Konten dari Pengguna

Angon Kebo

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
22 Agustus 2023 20:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kerbau Toraja. Foto: Asrullah ai/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kerbau Toraja. Foto: Asrullah ai/shutterstock
ADVERTISEMENT
Di kampung saya waktu itu, banyak keluarga yang memiliki kebo (kerbau). Ada yang punya 2, 3, 4, 5 bahkan ada yang lebih dari itu. Demikian juga Simbah saya pun memiliki kebo, seingat saya ada 4, satu babon dan 3 anak-anaknya (gudel). Setelah simbah meninggal selanjutnya diwariskan kepada Bapak saya, karena Bapaklah yang menempati rumah warisan (Sanggrahan) yang ditempati simbah tersebut. Maka telah menjadi tugas anak-anak, khususnya anak lelaki untuk angon kebo-kebo tersebut.
ADVERTISEMENT
Ternak kebo berbeda dengan ternak sapi, lho. Ternak kebo dirasa lebih berat dibanding ternak sapi, karena tiap hari kebo harus dingon (dikeluarkan dari rumah biar makan rerumputan di jalan atau sawah) setiap pagi dan sore. Selesai dingon harus diguyang (dimandikan) di kali atau blumbang. Sementara sapi tidak harus dingon dan diguyang setiap hari. Maka ternak sapi terasa lebih mudah dan ringan kan?
Oya, kalian biar lebih kenal dengan hewan yang satu ini, mari kita perhatikan tentang sifat-sifat kebo dulu ya. Kerbau atau biasa disebut kerbau air (untuk membedakannya dengan kerbau Afrika), adalah binatang memamah biak yang menjadi ternak bagi banyak bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah domestikasi dari kerbau liar (orang India menyebutnya arni) yang masih dapat ditemukan di daerah-daerah Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, China, Filipina, Taiwan, Indonesia, dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Saat ini populasi kerbau liar di Asia mulai menurun dan dikhawatirkan pada masa yang akan datang tidak akan ada lagi populasi kerbau liar yang dapat ditemukan. Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg (1,2 ton). Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 meter.
Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dari kerbau peliharaan adalah bahwa kerbau peliharaan memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran keturunan antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau dapat bervariasi.
ADVERTISEMENT
Klasifikasi kerbau masih belum pasti, tetapi Bubalus bubalis ini biasa dikelompokkan menjadi tiga anak jenis:
1. Kerbau liar (B. bubalis arnee), moyang bagi kerbau sungai.
2. Kerbau sungai (B. bubalis bubalis) yang berasal dari Asia Selatan.
3. Kerbau rawa (B. bubalis carabauesis) yang berasal dari Asia Tenggara.
Moyang kerbau rawa tidak lagi ditemukan secara liar, tetapi diketahui bahwa genom kerbau rawa terdiri dari 24 pasang kromosom, sedangkan kerbau sungai memiliki 25 pasang kromosom. Keturunan persilangan dari dua anak jenis ini dapat ditemukan dan mereka dapat menghasilkan keturunan (fertil). Kerbau tidak dapat berkawin silang dengan sapi yang memiliki 60 kromosom, meskipun masih termasuk dalam anak suku yang sama Bovinae.
Susu dari kerbau banyak digunakan oleh manusia. Contohnya sebagai bahan keju Mozzarella. Daging kerbau juga merupakan hasil ekspor utama di India. Meskipun demikian daging kerbau kurang disukai di Asia karena kekerasannya. Kulit kerbau sering digunakan juga sebagai bahan sepatu, wayang kulit, dan helm sepeda motor.
ADVERTISEMENT
Asia adalah tempat asal kerbau, 95% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia. Banyak negara-negara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik untuk daging, susu atau tenaga kerjanya. Pada tahun 1992, populasi kerbau di Asia diperkirakan mencapai 141 juta ekor. Kadar lemak dari susu kerbau sangatlah tinggi. Ada dua subspesies yang hidup di Asia yaitu kerbau sungai yang dapat ditemukan di Nepal hingga di ketinggian 2.800 m, dan kerbau rawa yang hidup di dataran rendah.
Sejumlah anak membajak sawah dengan kerbau di Kampung Dolanan Sidowayah, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2023). Foto: Aloysius Jarot Nugroho/Antara Foto
Kerbau dapat hidup dengan efisien dalam masa-masa kekurangan pakan, yang menyebabkan hewan itu tahan hidup. Kerbau rawa biasa digunakan untuk membajak sawah, karena mereka dapat bergerak di atas lumpur jauh lebih baik daripada sapi.
ADVERTISEMENT
Kerbau adalah hewan pekerja yang tangguh, dan sampai sekarang masih dipakai sebagai hewan penarik pedati maupun untuk membajak sawah di beberapa tempat di Asia. Kerbau menghasilkan susu dan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Di Minangkabau, Sumatra Barat, susu kerbau juga diolah menjadi dadiah (sejenis yoghurt).
Masyarakat kota Kudus di Jawa Tengah memiliki larangan adat untuk mengkonsumsi daging sapi dan menggantikannya dengan daging kerbau, maka Kudus dikenal dengan soto kebo-nya. Saya sudah pernah makan soto kebo saat ke Kudus waktu itu, ya lumayan enak. Kalau waktu kecil saya dulu, di daerah Sragen malah sering makan daging kebo karena jika ada tetangga punya hajat misalnya mantu menyembelih kerbau atau membeli daging kerbau sebagai salah satu sajiannya.
ADVERTISEMENT
Tanduk kerbau digunakan sebagai hiasan rumah di beberapa suku bangsa Nusantara. Selain itu, tanduk kerbau dapat menjadi bahan baku kerajinan, seperti pipa rokok (congklang), penggaruk, penjepit wayang kulit, serta hulu keris. Kotoran kerbau dapat digunakan sebagai pupuk serta bahan bakar jika dikeringkan.
Nah itulah teman-teman tentang jenis dan kegunaan hewan kerbau. Sudah fahamkan?
Sejak kecil saya sudah diajarkan bekerja keras. Ayahku yang hebat, sebagai petani yang sering membajak (mluku) sawah, nggaru dan mbujul (mbrujul adalah mluku di tanah kering, biasanya menggunakan mata luku yang lebih pendek) yang ditarik sepasang kebo-kebo tersebut. Nah, tugasku adalah menggembala kerbau itu tiap pagi dan sore. Aku sudah ikut ‘angon kebo’ sejak usiaku lima tahun.
ADVERTISEMENT
Dan itulah hari-hariku setiap sore, punya aktivitas rutin: angon kebo. Selain bersama ayahku, kakakku juga ikut angon kebo sembari membuntuti kerbau-kerbau itu menikmati rumput hijau di sawah. Saat aku masih kelas satu SD, urusan angon kebo itu diserahkan sepenuhnya pada kakakku. Ya, aku masih kelas 1 SD, sedangkan kakakku kelas 4 SD. Aku tak tahu persis alasan ayahku menyerahkan urusan angon kebo itu pada 2 anaknya yang masih kecil. Tapi aku hanya melihat ayahku di sore hari, selain ngarit – mencari pakan kerbau – juga menggarap sawahnya.
Tapi ayahku percaya pada kami berdua. Dan memang seingatku, tak pernah aku angon kebo sendiri, begitu juga kakakku. Selalu berdua. Hingga kini, aku tak paham juga, kenapa kerbau-kerbau itu mau saja aku giring ke mana aku mau. Padahal, jika saja kerbau itu lari, pasti aku tak bisa mengejarnya.
ADVERTISEMENT
Nah demikian seri kehidupan anak desa. Ini adalah cerita nyata yang kualami sendiri, cerita yang penuh cerita ceria nan gembira yang senantiasa tertanam memori tersebut dalam ingatanku. Ditunggu seri cerita berikutnya ya teman-teman.