Konten dari Pengguna

Kelahiran Sang Anak Itu

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
22 Agustus 2023 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak sedih, murung, trauma. Foto: Thanes.Op/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sedih, murung, trauma. Foto: Thanes.Op/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kebiasaan hidup di desa, banyak anak perempuan pada waktu itu yang dinikahkan pada usia yang masih sangat belia, biasanya umur 13 tahun atau selepas sekolah SD. Ibarat masih bau kencur, pada usia tersebut sebenarnya masih butuh masa untuk bermain, sekolah dan belajar dengan teman sebayanya. Secara fisik dan psikis belum siap untuk menjadi istri atau seorang ibu. Maka tidak heran jika orang jaman dahulu memiliki anak relatif banyak, bisa 7, 8, 9, 12 atau bahkan lebih dari itu.
ADVERTISEMENT
Hal ini karena usia subur untuk memiliki anak mereka lebih panjang, disamping rerata mereka belum mengenal program KB pada saat itu. Kelahiran anak biasanya berjarak 2-3 tahun antara anak pertama dengan adiknya, begitu seterusnya. Sebagai ilustrasi jika seseorang anak dinikahkan pada usia 13 tahun dan diasumsikan masa subur untuk mempunyai anak sampai umur 43 tahun, berarti mereka memiliki kesempatan punya anak selama 43-13 30 tahun, 30 dibagi 2-3 tahun, maka peluang memiliki anak adalah 15-10 anak. Logiskan? Ya juga sih.
Demikian juga yang terjadi dalam keluarga besar Simbah kami. Simbah memiliki 5 anak, 4 awal laki-laki dan terakhir perempuan. Pakde mbarep anaknya 8, pakde kedua anaknya 8 juga, pakde ketiga anaknya 4 dan Bapak saya anaknya 8 juga lhoo, serta bulik anaknya 7. Betul-betul keluarga besar kan? Ya Alhamdulillah, berarti saya punya sedulur yang cukup banyak, belum para menantu dan anak-cucunya kan? Sekarang jika dihitung telah lebih dari 150an anggota keluarga besar simbah saya. Waauuuoow dan ramai sekali jika semuanya bisa berkumpul.
ADVERTISEMENT
Ibu saya adalah seorang remaja putri dari kampung beda kelurahan yang berjarak sekitar 2,5 km. Anak seorang “pandai besi” dan petani. Di kala remaja biasa kerja mbatik dan pastinya membantu simbah di sawah. Beliau seorang istri petani dan ibu yang tangguh yang telah melahirkan 5 kakak-kakak saya sebelumnya, melahirkan bayi laki-laki mungil nan imut dan melahirkan lagi 2 adik-adik saya. Namun ada kakak saya laki-laki yang Allah panggil saat masih berumur sekitar 4 tahun gegera sakit.
Konon wajahnya sangat mirip dengan saya. Jadi kalau begitu, saya adalah anak nomor berapa coba? Harapan orang tua pada anak tersebut semoga dapat menyenangkan bagi orang tuanya, keluarga, kerabat dekat dan tetangga yang datang, ya kan? Bayi itu secara bertahap tumbuh dengan tempaan alam pedesaan yang masih segar udaranya, asri, alami dan belum banyak paparan polusi baik alamnya maupun polusi dari hiruk-pikuknya arus modernitas, gadget.
ADVERTISEMENT
Di saat usia anak-anak, saya layaknya anak desa yang lainnya suka bermain karetan, layangan, undel, ceki, dadu gambar ikan-ikan, plintheng, benthik, gembok-kunci, dakocan, gobak sodor, jilungan, sunda manda, kelereng, tanah liat (lempung), daun-daun tuk dibentuk mahkota tokoh wayang, main rerumputan, mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali, dll. Suka langen di kali (sungai), plorotan lumpur, jlok-jlokan ke sungai, mancing, cari welut, nyuloh urang, newu kalen, mendung kali, dll. Asyiiik juga ya? Barangkali suasana dan aktivitas seperti itu sudah jarang ditemukan di saat ini lagi. Ada rasa kangen juga nih.
Sebagai anak desa dari keluarga petani sungguh kami telah ditempa alam dengan tugas dan tanggung jawab yang terasa cukup berat, wahhhh. Tiada kata tuk bermanja-manja. "Cah ndeso kok njaluk manja, manja ke siapa?" Mimpi kali ya?
ADVERTISEMENT
Orang tua dan kerabat senantiasa berdoa dan berharap semoga semua didikan, pengalaman hidup, tempaan dan gladian dari orang tua, alam dan lingkungan membuatmu menjadi anak yang sholeh, ulet, beruntung, tahan banting dan tidak mudah menyerah dengan keadaan ke depannya. Dan pastinya berguna bagi keluarga, masyarakat bangsa dan dunia. Sukses hidup di dunia sampai akhiratnya. Aamiin Ya Rabbal “alamiin.