Konten dari Pengguna

Kisah Kehidupan Anak Desa: Bendung Sungai (Bagian 2)

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
25 Agustus 2023 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bantaran sungai. Gambar dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bantaran sungai. Gambar dari Pexels

Memang apa maksud dan tujuan bendung sungai?

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sungai itu kalau dibendung maka bagian bawah bendungan maka airnya akan surut sampai tinggal sedikit sampai habis. Nah, kondisi begitu maka habitat air tadi seperti ikan, udang, bukur, ece (bukur dan ece itu kerang sungai) akan terlihat.
ADVERTISEMENT
Nah, itulah maksud dan tujuan utama mbendung sungai tadi, yakni untuk mencari ikan-ikan yang ada. Maka begitu warga tahu jika sungai dibendung akhirnya banyak warga yang berbondong-bondong meluncur menuju sungai mencari ikan. Akhirnya sungai yang sebelumnya sepi menjadi sangat ramai di sepanjang bantaran sungai sekian kilo meter ke bawah.
Oo... begitu ya baru paham saya. Berarti bisa menjadi amal sholeh juga untuk warga lainnya ya?
Nah, itulah manfaatnya bagi warga desa lainnya. Gimana, seru dan asyik kan?

Terus berapa lama bendungan tersebut mampu bertahan?

Ya, sebenarnya seberapa kuat bendungan bisa bertahan itu tergantung beberapa hal, apa saja? Pertama, tergantung debit dan derasnya arus sungai waktu itu. Semakin besar debit dan semakin deras aliran sungai maka bendungan semakin cepat penuh volume air yang tertahan dan tekanan semakin besar yang akhirnya bendungan tidak kuat lama menahan air dan akhirnya bendungan mudah jebol (ambrol) dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Kedua, faktor kekuatan bendungan itu sendiri. Kekuatan bendungan itu tergantung dari seberapa kuat dan banyaknya pathok-pathok tersebut dibuat, semakin kuat pathok dan semakin banyak posisi pathok (pancang) ditancapkan maka bendungan semakin kuat menahan debit dan tekanan arus air.
Pathok biasanya dibuat dari bambu-bambu yang sudah tua. Faktor ketiga adalah seberapa besar dan tinggi bendungan dibuat, semakin besar dan tinggi bendungan dibuat maka semakin kuat dan mampu menahan volume air semakin banyak sehingga bendungan semakin bertahan lama pula.
Biasanya bendungan dibuat dengan lebar sekitar 0,5 meter, jadi bisa juga untuk jalan lewat nyeberang sungai. Nah, sudah paham kan teman-teman cara membuat bendungan?
Oo.. ya ya, saya lebih paham sekarang.
ADVERTISEMENT

Cerita-cerita seru dan menarik terkait mbendung sungai?

Ilustrasi bendungan sunga. Gambar dari Pexels
Ada satu cerita keseruan dan menarik juga saat bendungan akan ambrol. Nah, ini yang tidak kalah asyiknya juga. Kok bisa? Ya, sebenarnya saat bendungan akan ambrol sudah bisa diprediksi dan terlihat dari jumlah volume air yang tertampung, biasanya jika air telah melimpah berarti bendungan sudah dipastikan sebentar lagi akan ambrol (ambyar).
Atau saat ada bagian bendungan yang paling rapuh terlihat akan ambrol. Bisa juga kalau tidak ambrol-ambrol dengan sengaja kami bedah saja, hal ini biasanya jika ada orang tua yang marah-marah gegera sungainya surut, hahaha...
Kami terus pada lari untuk sembunyi. Dasar anak-anak. Di saat detik-detik akan ambrol-nya bendungan itu kami secara spontan memberi aba-aba. Dan jika ada orang yang masih berada di dalam badan sungai yang dekat bendungan supaya segera untuk naik ke darat (mentas) agar tidak terikut arus (Jawa: kentir) yang sangat deras.
ADVERTISEMENT
Ramai sekali suasana saat bendungan jebol. Kami bersorak-sorai sambil tepuk tangan. Ada-ada saja nih anak.
Ilustrasi bendungan sungai. Sumber foto dari Pexels
Pada saat bendungan ambrol, maka aliran (arus) dan debit air sungai sangat besar dan deras sehingga dapat menggerus (mengikis) pinggir sungai yang biasanya berupa tanah atau pasir ladu. Hal tersebut membuat air sungai menjadi sangat kotor—mirip seperti saat kondisi pasca air hujan lebat maka air sungai menjadi sangat kotor, arus sungai sangat deras dan banyak sampah terikut terbawa arus.
Akibatnya, banyak ikan dan udang yang gontai seperti mabuk dan muncul ke permukaan serta menepi ke pinggir-pinggir kanan dan kiri sungai. Maka saya dan teman-teman siap menangkap dan mengambilnya.
Bahkan sering terjadi udang-udang mengumpul cukup banyak masuk ke lubang-lubang (Jawa: rong) pinggir sungai dan saya tinggal meraupnya, maka dalam waktu relatif cepat saya mendapat banyak ikan dan udang, alhamdulilllah.
ADVERTISEMENT
Nah demikian teman-teman cerita saya tentang membendung sungai, bagaimana menarik bukan? Ditunggu kisah-kisah menarik selanjutnya ya. Jangan lupa pantengin terus kisah lanjutannya!