Konten dari Pengguna

Kisah Kehidupan Anak Desa: Dimar Temaram (2)

Suprapto-apt
Saya seorang dosen di Fakultas Farmasi UMS Surakarta. Pemerhati lingkungan sosial, traveller, dan Penulis tentang kehidupan
31 Agustus 2023 10:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suprapto-apt tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ruangan gelap. Foto: needpix
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ruangan gelap. Foto: needpix
ADVERTISEMENT
Baru setelah orang tua mampu membeli lampu petromaks (petromax), penerangan rumah menjadi lebih baik. Barangkali menurut sebagai warga ia merupakan barang yang agak mewah, karena selain harganya agak mahal juga bentuknya relatif astistik. Bahan bakar utama petromaks adalah minyak tanah, namun perlu dibantu untuk pembakaran lampunya menggunakan spiritus (metanol yang diberi warna biru).
ADVERTISEMENT
Lampu ini menjadi primadona baru sebagai alat penerangan bagi warga desa saat itu karena cahayanya yang lebih terang sehingga bisa menjangkau radius yang lebih luas dan relatif mudah dioperasikan.
Petromaks dapat digunakan untuk keperluan penerangan dalam banyak hal misalnya acara orang punya hajatan mantu, rumah tangga, mencari (Jawa: nyuluh) urang, belut/welut, kodok, dan lain-lain.
Untuk hajatan mantu mesti membutuhkan beberapa lampu petromaks sesuai kebutuhan, dengan cara meminjam para tetangga yang memilikinya. Di situlah kelebihan warga desa untuk saling tolong-menolong dalam kebersamaan.

Siapa Penemu Lampu Petromaks?

Petromaks merupakan salah satu yang pertama dan paling sukses dalam kategori lentera (pressure lanterns) berbahan bakar minyak tanah dibuat pada tahun 1910 oleh Max Graetz – sehingga menjadi nama PETROMAKS (Petro dan Max) – menjadi terkenal di dunia. Lampu petromaks (The Petromax lentera), dan sepupunya yang lebih kecil Geniol lentera, tetap populer hingga hari ini, baik di sektor swasta dan untuk aplikasi profesional.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Cara Mengoperasikan Lampu Petromaks?

Ilustrasi petromaks. Foto: Shutterstock
Secara garis besar bisa saya jelaskan sebagai berikut:
1. Setelah memastikan sarung lampu (mantle) terpasang dengan benar, jarum tembakan minyak sudah pas, dan tidak ada yang kotor, maka pastikan tangki terisi minyak tanah.
2. Ambil spiritus lalu tuangkan ke tempatnya dengan cara mengangkat kaca dan bakar dengan korek, biarkan sejenak agar terjadi pembakaran awal.
3. Mulailah melakukan pompa sampai dirasakan cukup dan kaus lampu sudah menyala terang.
4. Gantungkan pada tempat yang sesuai, dan jika terangnya sudah berkurang, lakukan pemompaan kembali.
Jika lampu hendak dimatikan cukup dengan membuka tempat pembuangan angin dan ketika tekanan sudah tidak menyemburkan minyak lagi maka otomatis sarung lampu akan mati menyala.
ADVERTISEMENT

Prinsip Kerja Lampu Petromaks

Prinsip kerja lampu petromaks sebagaimana dijelaskan oleh Auer von Welsbach yang menemukan prinsip “gas flame” (api dari gas) yang memanaskan suatu bahan yang pijar pada tahun 1885. Dalam api biru dari sebuah “Bunsen burner” ia memanaskan sebuah kain yang bersinar enam kali lebih terang daripada api itu sendiri.
Kain tersebut digantung di atas burner/pembakar, satu-satunya sumber panas, dalam bentuk yang mengilhami nama "mantel" (yaitu, sebuah jubah). Mantel itu terdiri dari tenunan katun longgar yang direndam dalam larutan cair thorium dan cerium nitrat.
Setelah membakar “mantel” pertama kalinya, kapas terbakar, meninggalkan kerangka yang kaku dan rapuh dari thorium dan cerium oksida, biasanya kita sebut “kaos Petromak”. Oksida ini memancarkan cahaya terang ketika dipanaskan ke suhu yang sangat tinggi-prinsip lampu pijar.
ADVERTISEMENT

Petromaks Bertindak sebagai Pabrik Gas Kecil

Ilustrasi petromaks. Foto: Shutterstock
Tangki bahan bakar bertekanan sekitar 2 atmosfer (2 bar, atau 30 psi) dengan udara yang dibuat dengan pompa tangan. Tekanan ini digunakan untuk memaksa cairan minyak tanah menjadi uap.
Awalnya, alat penguap harus dipanaskan terlebih dahulu sehingga merubah minyak tanah menjadi gas sebelum menyalakan bahan/kaos petromak. Preheating ini dapat dicapai dengan membakar alkohol (spiritus) dituangkan dalam suatu cangkir preheating yang terletak di dasar alat penguap atau dibawah kaos.
Setelah beroperasi, panas dari pijaran api biru (terbungkus dalam kaos) digunakan untuk mengubah minyak tanah cair menjadi gas/uap yang naik melalui alat penguap. Minyak tanah cair menjadi uap pada suhu sekitar 250 °C (480 °F), sekitar setengah jalan ke puncak alat penguap.
ADVERTISEMENT
Uap minyak tanah melanjutkan perjalanan melalui alat penguap yang melingkar, dan mengalami peningkatan suhu, sampai keluar dari lubang kecil di ujung alat penguap (sprayer) mendekati kecepatan suara (1000 ft/sec).
Setelah keluar uap minyak tanah mulai menyebar dan bercampur dengan udara di ruang persegi kecil di sisi lampu petromaks. Bercampurnya uap minyak tanah dengan udara yang mengakibatkan bunyi mendesis lampu Petromax pada saat digunakan.
Uap minyak tanah dan udara bergerak ke dalam tabung di mana keduanya bercampur dalam satu aliran yang berputar (turbulen). Hal ini menjamin pembakaran yang sempurna dan keluar dari nosel keramik, menghasilkan panas dan nyala api warna biru yang bersih dan membakar kaos petromak. Nah begitulah prinsip kerja lampu petromax, bagus kan?
ADVERTISEMENT
Setelah muncul lampu petromaks tersebut maka suasana desa saya menjadi lebih ramai dan kondisi desa semakin bercahaya. Lambat laun temaramnya cahaya lampu-lampu tradisional sebelumnya mulai menepi, seiring mulai terkikis rasa sepi, takut, dan seramnya malam hari saat tiba.