Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Jokowi, Turnbull, dan Hubungan Indonesia-Australia
18 Maret 2018 12:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Supriyanto Suwito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Sekretariat Kabinet
Akhir pekan ini Presiden Joko Widodo berkunjung ke Sydney, Australia. Ini adalah kunjungan ketiga Jokowi ke negeri Kanguru.
ADVERTISEMENT
Selama di Sydney, kegiatan resmi Jokowi adalah menghadiri KTT Australia-ASEAN dan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Namun, yang mendapat banyak perhatian media justru momen keakraban antara Jokowi dan Turnbull. Salah satunya adalah ketika Jokowi dan Ibu Iriana dijamu makan malam pribadi oleh Turnbull dan istrinya Lucy.
Chemistry Dua Pengusaha
Tidak dapat dipungkiri Jokowi dan Turnbull memiliki hubungan personal yang baik. Nampaknya, chemistry antara keduanya terbangun setelah aksi blusukan bersama di Pasar Tanah Abang akhir tahun 2015 lalu.
Presiden Jokowi dan PM Turnbull blusukan di Tanah Abang, November 2015 (Foto: Setkab)
Sejak saat itu hubungan keduanya cukup dekat. Di sela-sela berbagai pertemuan internasional, Jokowi dan Turnbull selalu menyempatkan bertemu. Komunikasi per telepon juga kerap dilakukan. PM Turnbull juga sering memberikan pujian secara terbuka kepada Jokowi di berbagai media maupun forum internasional.
ADVERTISEMENT
Kedekatan personal antara Jokowi dan Turnbull jelas menjadi salah satu faktor utama dibalik keakraban hubungan Indonesia-Australia dalam beberapa tahun terakhir. Padahal sebelumnya cukup banyak isu yang membuat gonjang-ganjing hubungan kedua negara. Mulai dari isu larangan ekspor daging sapi, penyadapan, pencari suaka, hukuman mati, hingga isu Papua.
Tidak ada resep khusus untuk menciptakan kecocokan pribadi antara dua pemimpin negara. Namun, latar belakang dan karakter yang kurang lebih sama bisa menjadi faktor yang cukup menentukan.
Baik Jokowi dan Turnbull sama-sama memiliki latar belakang sebagai pengusaha. Jika Jokowi adalah seorang pengusaha furnitur yang sukses, maka sebelum masuk politik Turnbull adalah pengusaha sukses di bidang investasi dan teknologi. Saat ini, Turnbull tercatat sebagai salah satu politisi terkaya di Australia.
ADVERTISEMENT
Baik Jokowi dan Turnbull juga memiliki kesamaan dalam hal keluwesan dalam bergaul dan berkomunikasi. Berbeda dengan pendahulunya Tony Abbott yang dikenal kaku, Turnbull mempunyai reputasi sebagai politisi yang ramah, hangat dan berkharisma. Mungkin hal inilah yang membuat Turnbull dan Jokowi langsung klik ketika pertama kali bertemu.
Dejavu Soeharto-Keating?
Kedekatan Jokowi dengan Turnbull mengingatkan pada persahabatan antara Presiden Soeharto dengan PM Australia Paul Keating di awal tahun 1990-an.
Presiden Soeharto dan PM Paul Keating (Foto: Indonesia Australia Report, http://www.indonesia-australia.com/)
Kala itu, ditengah kritikan tajam publik Australia terhadap praktik otoriter Pemerintah Orde Baru, Keating justru mendekat ke Indonesia. Bahkan ia mengambil inisiatif untuk membangun hubungan personal dengan Pak Harto.
Dengan gayanya yang simpatik, Keating berhasil mengambil hati Pak Harto. Boleh dikata, Keating adalah satu-satunya pemimpin negara Barat yang memiliki hubungan dekat dengan Pak Harto.
ADVERTISEMENT
Begitu dekatnya hubungan keduanya hingga saat Pak Harto meninggal tahun 2008, Keating menulis obituari panjang di harian the Age mengenai persahabatannya dengan Pak Harto.
Kedekatan Keating dengan Pak Harto membawa dampak positif terhadap hubungan Indonesia Australia yang kala itu mengalami pasang surut akibat isu Timor-Timur. Puncaknya, pada tahun 1995 kedua negara berhasil menandatangani Perjanjian Kerjasama Keamanan.
Dari Hubungan Personal menuju Kemitraan Dua Bangsa
Sebagai dua negara tetangga yang memiliki banyak perbedaan, hubungan Indonesia-Australia tidak pernah sepi dari gejolak. Ada kalanya hubungan demikian dekat. Namun tidak jarang ada periode ketika hubungan merenggang akibat berbagai permasalahan.
Meskipun agak klise, namun benar adanya bahwa hubungan dua tetangga ini haru terus menerus dipupuk. Kemauan untuk saling memahami satu sama lain penting sebagai prasayarat membangun rasa saling percaya.
ADVERTISEMENT
Harus diakui bahwa meski saat ini Indonesia-Australia menikmati hubungan yang akrab, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Sebagai contoh, hubungan ekonomi kedua negara masih jauh dari potensi yang ada. Volume perdagangan dan investasi kedua negara masih relatif kecil meskipun berbagai upaya telah dilakukan.
Hubungan Canberra dan Jakarta juga seringkali terganggu oleh isu-isu seperti Papua, pencari suaka, hukuman mati, maupun isu-isu HAM dan kebebasan beragama.
Selain itu, meskipun interaksi antarmasyarakat kedua negara cukup tinggi, pemahaman terhadap satu sama lain masih terbatas. Sebagai contoh, hasil survey Lowy Institute pada tahun 2017 menunjukkan bahwa hanya 27% sampel masyarakat Australia yang mengetahui bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.
Ini artinya kedekatan personal antara pemimpin kedua negara harus dimanfaatkan untuk terus mendekatkan hubungan kedua negara, bangsa, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, pertemanan Jokowi dan Turnbull harus diikuti kerja nyata untuk memperkokoh persahabatan dan kemitraan Indonesia dan Australia.
***