Menakar Peluang Tim Thomas Indonesia

Konten dari Pengguna
6 Mei 2018 15:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supriyanto Suwito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menakar Peluang Tim Thomas Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Perhelatan kejuaran bulu tangkis beregu Piala Thomas dan Uber akan diselenggarakan Bangkok, 20-27 Mei. Di sektor putra, Indonesia mematok target juara Piala Thomas. Dua tahun lalu Indonesia dikalahkan oleh Denmark di final dengan skor tipis 3-2. Indonesia terakhir kali membawa pulang Piala Thomas tahun 2002.
ADVERTISEMENT
Skuad Thomas Indonesia kali ini diisi oleh pemain-pemain muda. Tunggal putra akan mengandalkan juara Indonesia Masters 2018 Anthony Ginting, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Firman Abdul Kholik. Di sektor ganda, selain pasangan fenomenal peringkat satu dunia Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, Indonesia akan menurunkan pasangan muda juara Malaysia Masters 2018 Fajar Alfian/Rian Ardianto dan ganda senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Dalam beberapa kali gelaran Piala Thomas, sektor ganda selalu menjadi andalan Indonesia untuk mendulang dua poin. Adapun di sektor tunggal yang memang menjadi kelemahan Indonesia, biasanya targetnya hanya mencuri satu angka dari tiga pertandingan. Namun, di Piala Thomas kali ini sektor ganda nampaknya tidak akan mudah mengamankan dua poin. Satu angka hampir pasti bisa dikunci oleh Kevin/Markus. Namun, untuk angka kedua pasangan ganda Indonesia mesti berjuang keras.
Hendra/Ahsan di All England 2018 (Foto: Bergas Agung/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hendra/Ahsan di All England 2018 (Foto: Bergas Agung/kumparan)
Pasangan muda Fajar/Rian memang menunjukkan grafik penampilan yang terus meningkat di tahun 2018 dengan menjuarai Malaysia Masters dan menjadi finalis German Open. Namun, dengan jam terbang yang masih terbatas, kemampuan keduanya belum benar-benar teruji. Sebaliknya, pasangan Hendra/Ahsan yang dipasangkan kembali akhir tahun lalu belum menunjukkan penampilan yang meyakinkan. Sebagai pasangan senior, duo Hendra/Ahsan diharapkan memberikan inspirasi dan kepemimpinan yang sangat penting dalam pertandingan beregu.
ADVERTISEMENT
Di sektor tunggal, baik Anthony Ginting dan Jonatan Christie memiliki kans untuk menyumbangkan setidaknya satu poin. Di awal tahun ini, Anthony Ginting tampil cemerlang dengan menjuarai Indonesia Masters yang dikuti pemain-pemain top dunia. Namun, setelah itu grafik permainan Ginting cenderung menurun. Setelah kandas di babak pertama All England, Ginting juga harus angkat koper setelah dikalahkan Lee Chong Wei di babak kedua.
Sementara itu, meski belum mendapatkan momentum untuk juara di level individu, penampilan Jonatan Christie dalam format beregu cukup menjanjikan. Dalam kualifikasi Piala Thomas bulan Februari lalu Jonatan selalu menyumbang poin dalam pertandingan yang ia mainkan. Titik lemah Indonesia harus diakui adalah di tunggal ketiga. Baik Ihsan maupun Firman level permainannya masih sangat fluktuatif. Jika tunggal ketiga harus dimainkan, kita hanya mengharapkan adanya kejutan seperti ketika Firman menjadi pahlawan kemenangan Indonesia atas Korea di kualifikasi Piala Thomas zona Asia.
Lin Dan di final All England 2018. (Foto: Bergas Agung Brilianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lin Dan di final All England 2018. (Foto: Bergas Agung Brilianto/kumparan)
Kebangkitan China dan Ambisi Juara Bertahan Denmark
ADVERTISEMENT
Dua tim yang menjadi unggulan teratas sekaligus favorit juara adalah China dan Denmark. Setelah gagal total pada tahun 2014 dan 2016, China menatap Piala Thomas tahun ini dengan optimisme tinggi. Hal ini tidak berlebihan, karena China kali ini turun dengan skuad yang di atas kertas sangat tangguh. Di tunggal putra, mereka akan menurunkan juara Olimpiade 2016 Chen Long, juara All England 2018 dan rising star Shi Yu Qi, serta sang legenda Lin Dan. Meski sudah berusia, Lin Dan masih sangat ditakuti, terbukti dengan keberhasilannya mencapai final All England dan hari ini menjuarai New Zealand Masters mengalahkan Jonatan Christie.
Di sektor ganda, China juga memiliki kekuatan merata. Pasangan peringkat tiga dunia dan juara dunia Liu Cheng/Zhang Nan ada salah satu dari sedikit ganda yang bisa mengimbangi Markus/Kevin. Sementara itu, Li Junhui/Liu Yucheng yang baru baru ini berhasil menjadi kampiun di kejuaraan Asia akan menjadi lawan yang sulit dikalahkan. Kedua ganda China tersebut saat ini menduduki peringkat tiga dan empat dunia.
ADVERTISEMENT
Sebagai kampiun edisi Piala Thomas 2016, Denmark jelas berambisi untuk mempertahankan kembali gelar juara. Dengan materi pemain yang merata, hal ini bukan sesuatu yang mustahil. Dengan pulihnya mantan peringkat dua dunia Jan O Jorgensen, sektor tunggal Denmark yang dimotori juara dunia dua kali Victor Axelsen akan menjadi sangat kuat.
Sementara di sektor ganda, meskipun sudah sangat senior, pasangan Mathias Boe/Carsten masih menjadi salah satu ganda yang paling ditakuti. Terbukti keduanya masih bisa tembus final All England dan saat ini menduduki peringkat kedua dunia persis di bawah Marcus/Kevin. Sementara itu, dengan jam terbang tinggi dan gaya permainan ofensif, duo Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding akan menjadi lawan tanggung bagi ganda manapun.
Juara tunggal putra All England, Shi Yuqi. (Foto: Bergas Agung Brillianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Juara tunggal putra All England, Shi Yuqi. (Foto: Bergas Agung Brillianto/kumparan)
Kuda Hitam: Jepang dan India
ADVERTISEMENT
Selain China dan Denmark yang menjadi tim favorit juara, Indonesia juga tidak boleh meremehkan dua tim yang berpotensi menjadi kuda hitam dalam perebutan Piala Thomas 2018, yaitu Jepang dan India.
Kembalinyai tunggal putra Kento Momota membuat tim Jepang semakin solid. Kurang dari satu tahun setelah dibebaskan dari sanksi larangan bertanding, Momota berhasil masuk kembali ke jajaran pemain elit dunia. Yang paling spektakuler, bulan lalu Momota berhasil menjadi juara Asia setelah mengalahkan Chen Long. Selain Momota, tunggal putra Jepang juga diperkuat oleh Kenta Nishimoto dan Kazumasa Sakai.
Di sektor ganda, dua ganda Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda dan Takuto Inoue/Yuki Kaneko juga menunjukan perfoma yang terus meningkat. Kamura/Sonoda berhasil mencapai final Kejuaraan Asia, sementara Inoue/Kaneko berhasil menjuarai Jerman Open 2018 setelah mengalahkan pasangan Indonesia Fajar/Rian.
ADVERTISEMENT
India memiliki kekuatan di sektor tunggal yang cukup merata. Di sektor ini ada peringkat tiga Kidambi Srikanth yang tahun lalu berhasil raih lima gelar super series. Dua tunggal lainnya yaitu Prannoy HS dan Sai Praneeth juga layak diperhitungkan. Meskipun tidak sekuat tunggal, ganda India juga perlu diperhitungkan, terutama mengingat grafik positif penampilan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, yang baru saja menjadi finalis Commonwealth Games.
Spirit Kolektivitas
Pada babak penyisihan, Indonesia akan berada dalam grup yang cukup berat bersama dengan Korea Selatan dan tuan rumah Thailand. Meskipun saat ini Korea tidak memiliki ganda kuat, namun mereka memiliki tunggal putra peringkat kedua dunia Son Wan Ho serta pemain senior Lee Hyun Il yang sudah sangat berpengalaman.
ADVERTISEMENT
Thailand, meski kualitas individu masih dibawah Indonesia, sebagai tuan rumah pasti akan tampil ngotot. Tim Thailand juga ditangani oleh Rexy Mainaky yang bukan saja dikenal memiliki tangan dingin, namun juga tahu persis kekuatan dan kelemahan Indonesia. Indonesia tidak boleh menganggap remeh Thailand.
Terlepas dari kualitas dan komposisi masing-masing tim, Piala Thomas sebagai kejuaraan beregu selalu menghadirkan berbagai kejutan. Keberhasilan suatu tim menjadi juara tidak semata-mata ditentukan oleh kualitas individu pemain. Spirit kolektivitas seringkali menjadi motivasi lebih para pemain sehingga dapat berujung pada hasil akhir yang berbeda.
Tim Indonesia kali ini memang bukan the dream team. Namun, kans untuk mengembalikan Piala Thomas ke Indonesia masih terbuka lebar. Semoga dengan spirit kolektivitas, Kevin dan kawan-kawan mampu mengembalikan tradisi supremasi bulu tangkis putra Indonesia.
ADVERTISEMENT