Konten dari Pengguna

K-popers dalam Aktivisme Sosial dan Politik

Muhammad Surya Kukuh
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
12 Januari 2023 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Surya Kukuh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan dari penggemar K-Pop, salah satunya menjual merchendise (Sumber: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan dari penggemar K-Pop, salah satunya menjual merchendise (Sumber: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Korean Pop atau biasa disebut K-Pop merupakan salah satu budaya Korea yang masuk dan berkembang pesat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Budaya K-Pop masuk ke Indonesia sejak tahun 2011 melalui fenomena Korean wave. Belakangan ini, K-pop menjadi budaya populer yang begitu mewabah pada remaja maupun orang dewasa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mereka secara tersirat mengonsumsi budaya Korea melalui musik, tarian dan konten yang ditonton. Berdasarkan data internal Twitter, Global Tweets, Indonesia termasuk dalam dua puluh negara dengan penggemar K-Pop terbanyak di tahun 2021. Hal tersebut menunjukkan bahwa K-Pop memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat.
Penggemar K-Pop dikategorikan berdasarkan grup atau idola mana yang mereka gemari. Mereka biasa dikenal dengan sebutan “Fan Kingdom” atau disingkat Fandom. Fandom K-Pop saat ini tersebar di berbagai belahan dunia mulai dari fandom kecil hingga fandom besar yang memiliki persaingan ketat antarfandom lainnya dalam chart musik, penghargaan maupun pengakuan. Fandom tersebut aktif di media sosial dan seringkali mendominasi percakapan di berbagai platform.
Berdasarkan laporan Twitter, terdapat lebih dari 7 miliar cuitan yang mengandung kata kunci K-Pop dari bulan Juli 2020 hingga 30 Juni 2021. Indonesia juga menempati urutan pertama sebagai negara dengan cuitan K-Pop terbanyak. Data tersebut menunjukkan bahwa penggemar maupun fandom K-Pop aktif menggunakan media sosial sebagai tempat untuk terhubung dengan idola kesukaan mereka dan saling berinteraksi antar sesama penggemar.
Sejumlah penggemar membawa poster saat menyaksikan penyanyi KPOP Red Velvet dalam acara Allobank Festival di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (21/5/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Menariknya, fandom K-Pop tidak hanya bereaksi tentang idolanya saja. Mereka ternyata juga berkontribusi dalam aktivisme sosial. Aktivisme adalah pergerakan atau partisipasi pada suatu kejadian yang melibatkan usaha dan menyebabkan perubahan. Keberhasilan aktivisme diukur dari seberapa banyak orang yang mendukung isu atau permasalahan yang sedang diperjuangkan. Biasanya, fandom K-Pop menggunakan sosial media untuk memperlancar tujuan aktivisme yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan aktivisme yang berhasil dilakukan fans K-Pop antara lain :

1. Menyabotase kampanye pemilihan presiden AS Donald Trump

Pada tahun 2020, fandom K-Pop mengajak orang-orang untuk memesan tiket kampanye Trump tetapi tidak hadir dalam acara tersebut. Kampanye itu kemudian hanya dihadiri oleh 6.200 orang, menyebabkan jatuhnya ekspektasi Trump yang mengira tiket kampanyenya dipesan hingga satu juta orang. Hal tersebut menyebabkan aktivisme fandom K-Pop dalam ranah politik AS menjadi perbincangan dan pemberitaan di seluruh dunia.

2. Menggalang dana

Penggemar BTS yang biasa disapa ARMY menggalang dana dalam kampanye #MatchAMillion dan berhasil mengumpulkan dana hingga USD 1 juta. Kampanye tersebut bertujuan untuk menyamai dana yang digalang BTS pada Gerakan BLM (Black Live Matter). Selain fandom dari BTS, perkumpulan penggemar K-Pop lainnya juga melakukan penggalangan dana untuk beberapa insiden yang terjadi khususnya di Indonesia. Seperti fandom dari NCT, WayV dan fandom Seventeen, Carat, yang menggalang dana untuk insiden korban Kanjuruhan. Mereka memanfaatkan platform kitabisa.com dan sosial media untuk mengumpulkan donasi serta menyebarkan kampanye.
ADVERTISEMENT

3. Penolakan Omnibus Law

Para penggemar K-Pop membangun dan membuka ruang diskusi untuk membahas Omnibus Law. Beberapa dari mereka membuat konten dengan sumber yang dapat dipercaya untuk mengangkat isu ini. Mereka juga saling bertukar informasi dan saling mengoreksi informasi maupun konten yang mereka unggah.
Dengan beragamnya kegiatan aktivisme yang dilakukan oleh para penggemar K-Pop khususnya dalam bidang sosial harusnya bisa membuat masyarakat sadar akan pentingnya berbagi antar sesama tanpa melihat perbedaan suku ataupun komunitas. K-Pop yang dikenal masyarakat luas sebagai orang-orang yang menggemari budaya Korea tidak hanya berkumpul sebagai kesatuan yang memiliki idola yang sama, namun juga dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat atau kalangan luas lainnya.