Masker Sudah Tidak Mahal Mas

Surya Pratama S
Koordinator Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bonsai Planters&BettaFish Breeders
Konten dari Pengguna
2 Mei 2021 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Surya Pratama S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perempuan Memakai Masker dengan Katur Pernapasan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan Memakai Masker dengan Katur Pernapasan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 saat ini kita yakin masih ada di sekitar kita. Kumandang adaptasi kebiasaan baru, yang lazim disebut new normal, pun kadung terlaksana.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, ajaran untuk sekadar cuci tangan, jaga jarak, dan pakai masker, selalu dianggap hal sepele.
Sedikit ulang kaji, bahwa sejak kasus konfirmasi positif pertama COVID-19, memang sempat terjadi sebuah kegamangan. Saat itu dapat kita lihat bahwa di satu sisi pemerintah seolah banyak menimbang, dan masyarakat pun cemas menunggu apa saja kebijakan yang akan dikeluarkan secara nasional.
Dalam kurun waktu itupun, terjadi banyak hal yang menyebabkan masyarakat cenderung mengantisipasi wabah COVID-19 secara mandiri, berbekal keterbatasan pengetahuan.
Singkat kata terciptalah common sense, bahwa setiap orang yang mau melakukan rutinitas sebagai pencari nafkah, harus menggunakan masker.
Kesadaran masyarakat tersebut, ternyata malah sudah diantisipasi lebih dulu oleh para pebisnis alat medis, untuk mencari keuntungan.
ADVERTISEMENT
Yang terjadi adalah, masker menjadi barang langka. Jika pun ada, harganya mahal, bisa sepuluh kali lipat dari harga eceran tertingginya.
Di Pasar Pramuka bulan Februari sampai awal April 2020 lalu, harga masker melonjak hingga sepuluh kali lipat. Misal produk masker "Sensi" awalnya hanya Rp 25.000 per box, bisa ludes dijual dengan harga di kisaran Rp 350.000-380.000 per box. Bahkan di toko online, harga masker tersebut tanpa kontrol, mencapai 30 juta rupiah.
Persepsi Masker Mahal
Stigma masker mahal pun tersebar luas, dan menjadi sebuah persepsi seseorang atau individu di masyarakat, dan berujung pada perilaku. Bila seseorang telah mempersepsikan bahwa masker harganya mahal, terlebih ia tergolong dalam masyarakat pada kelas ekonomi rendah, tentu yang terjadi adalah kebanyakan dari mereka akan memilih untuk tidak menggunakan masker.
ADVERTISEMENT
Terkait persepsi berujung perilaku ini Ini dapat dilihat pada cognitive theory yang dikemukakan oleh Jean Piaget, dan social learning theory dari Albert Bandura. Kesamaan dari kedua teori tersebut adalah bahwa perilaku yang berkembang pada individu di dalam masyarakat, dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi di lingkungannya.
Diungkapkan dalam kedua teori tersebut tentang bagaimana caranya persepsi mempengaruhi perilaku seseorang.
Menimbang dari teori tersebut, sudah selayaknya pihak yang berwenang meninjau kembali pola kampanye ke masyarakat.
Kalimat ajakan untuk menggunakan masker dan menjaga jarak, tentunya perlu disusun ulang. Informasi paling penting adalah, harga masker sudah sangat murah. Bahkan di toko online sudah mencapai di bawah Rp 500 per buahnya.
Kita tahu bersama bahwa wabah COVID-19 masih ada. Untuk itu pemerintah tidak boleh lengah, karena banyak kepentingan yang dituju, tentu membutuhkan masyarakat sehat nan berkualitas. Mensana in corpore sano. (Surya)
ADVERTISEMENT