Hati-hati dengan Jejak Digital

Yadie MDR
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2021 17:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yadie MDR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi media sosial. Foto: PhotoMIX-Company via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial. Foto: PhotoMIX-Company via Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu yang paling penting dan perlu diperhatikan dalam penggunaan media sosial adalah aspek keamanan yang nantinya juga menentukan masa depan. Siapa pun orangnya kalau sudah beraktivitas di dunia maya, baik orang itu sadar atau tidak pasti meninggalkan jejak digital atau yang disebut dengan digital footprint.
ADVERTISEMENT
Jejak digital dapat mengungkit kembali tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Semua itu karena aktivitas yang dilakukan secara daring yang membuat semua jejak digital dapat dianalisis dan dilacak setelah itu digunakan untuk menggambarkan profil dan perilaku yang sebenarnya. Kalau jejak digitalnya baik maka hal itu tidak terlalu berisiko sebaliknya jika jejak digitalnya sangat buruk maka hal itu akan merugikan diri sendiri.
Semua orang yang memiliki media sosial dan beraktivitas di dunia maya wajib memikirkan dengan baik apa yang harus diposting, di-share, di-like di internet untuk mengantisipasi penyalahgunaan jejak digital dikemudian hari. Karena banyak sekali orang yang diserang dengan mengambil jejak digitalnya sehingga dapat merugikan orang itu dan bahkan merugikan pada banyak orang.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang sering meremehkan jejak digital saat ini, salah satunya adalah pemuda-pemudi pada zaman sekarang, mulai dari posting gambar dan video yang tidak sopan dan lain sebagainya. Mereka banyak yang tidak memikirkan masa depannya, seandainya mempunyai masa depan yang cerah seperti menjadi publik figur mulai dari artis, pejabat negara, semua itu sangat mungkin terjadi bagi anak muda pada zaman sekarang karena mereka penerus dari semua itu.
Jika mereka tidak pandai dalam menjaga jejak digitalnya maka itu akan menjadi hal yang sangat berisiko untuk masa depannya apalagi menjadi publik figur yang memang banyak orang yang ingin menjatuhkannya mulai dengan cara mengungkit masa lalunya dan itu bisa dilacak dari akun media sosialnya, maka dari itu butuh antisipasi dari sekarang untuk menjaga hal yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Pada zaman sekarang jejak digital ibarat bom yang sudah siap meledak kapan saja. Pihak-pihak tertentu dapat memanfaatkan bom itu untuk menargetkan pemilik jejak digital itu. Apabila pemilik dari jejak digital mempunyai nilai buruk maka dapat merugikannya. Sekarang semua serba digital dan semua dapat diakses dan dilacak dari jarak jauh, maka zaman sekarang harus hati-hati dalam bermedia sosial.
Indonesia sendiri pada saat ini sepertinya belum ada kurikulum yang menjelaskan pentingnya jejak digital sementara di negara lain anak-anak yang masih kecil sudah diberikan pendidikan literasi sejak masih usia sekolah. Oleh karena itu jangan heran melihat kelakuan anak muda Indonesia masih serabutan di media sosial, contohnya banyak sekali komentar yang berseliweran, padahal di masa depan perilaku di media sosial atau komentar akan menjadi CV seseorang yang berbentuk digital
ADVERTISEMENT
Kalau Indonesia dengan kondisi anak muda yang tidak hati-hati dalam bermedia nantinya akan berdampak pada generasi selanjutnya yang kemungkinan tidak dapat mengendalikan dengan baik dan berisiko media sosial menjadi pengganggu kehidupan pribadi seseorang yang berdampak luas bahkan bisa sampai mengganggu stabilitas nasional. Anak muda di Indonesia sekarang hanya memikirkan konten supaya banyak penontonnya dan lain sebagainya tanpa melihat risiko jejak digitalnya.
Jejak digital sangat berpotensi untuk dilihat, disalin, dicuri dan dapat dipublikasikan oleh berbagai pihak untuk meraup keuntungan seperti kasus pencurian data dari Facebook oleh konsultan politik Cambridge Analytica dari Inggris data tersebut dianalisis dan kemudian digunakan untuk mengarahkan pemilih Donald Trump.
Tidak hanya itu saja seperti jejak yang kita tinggalkan di internet juga dijadikan bahan pertimbangan oleh pemberi kerja. Seperti kasus di Amerika serikat lebih dari 60 persen manajer urung memperkerjakan orang karena menemukan hal yang tak patut dalam rekam jejak mereka di internet dan itu sudah banyak diterapkan oleh perusahaan dan instansi di Indonesia. Banyak sekali perusahaan mencoba mengevaluasi keberadaan media sosialnya untuk mengetahui dan memastikan benar-benar calon kandidat yang potensial.
ADVERTISEMENT
Dengan mengambil profil di media sosial dan yang paling berbahaya jika sampai mengisi data yang dibutuhkan mulai dari tempat dan tanggal lahir, alamat, email dan nomor telepon. Selain itu mencari informasi dari akun orang-orang yang ada di sekitarnya. Yang harus diketahui lagi adalah jejak digital tidak bisa hilang sepenuhnya walaupun telah menghapus apa yang sudah diupload. Informasi tersebut ada di internet dan semua itu akan menjadi jejak digital yang sangat berisiko.
Oleh karena itu kita harus hati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan internet. Pemerintah harus sadar dengan keadaan ini selain itu masyarakat harus dapat mendorong pemerintah untuk membuat undang-undang peraturan data pribadi agar tidak salah digunakan. Jika kalau ada orang yang dulunya masih khilaf maka sekarang masih punya kesempatan untuk mengurangi risiko tersebut dengan menghapus semua interaksi yang ada di media sosial mulai dari chat room, komentar, like, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT