Upik abu menjelma menjadi Citizen jurnalis

Susana Nisa
A woman in her mid autumn and Hu Ge secret admirer
Konten dari Pengguna
21 Mei 2018 22:04 WIB
Tulisan dari Susana Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkenalanku dengan dunia jurnalistik berawal di negeri Bauhinia ini. Hong kong, sebuah kota metropolitan yang menawarkan berbagai kenikmatan surgawi, bagi setiap perantau dari berbagai negeri. Di kota yang terkenal dengan julukan “The City that Never Sleep” ini, aku menemukan salah satu kepingan mozaik kehidupanku. Sebuah angan dan mimpi di masa kecil, menjelma menjadi realita. Semua berawal dari workshop yang diadakan oleh Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK) pada 2010 silam. Sebuah workshop bertajuk ‘How to be a Professional Radio Broadcaster’, dengan nara sumber seorang penyiar radio dari tanah air. Pelatihan dasar jurnalistik dan kepenyiaran yang diberikan oleh nara sumber menjadi bekal awal bagiku menapaki dunia jurnalistik. Sebuah dunia baru yang kujalani beriringan dengan tugas keseharianku sebagai seorang asisten rumah tangga. Tak mudah menjalaninya. Karena dibutuhkan semangat dan sikap optimis tanpa batas untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang layak dipersembahkan ke ranah publik.
ADVERTISEMENT
Awalnya aku hanya berani menulis catatan-catatan kecil di laman facebook milikku. Karena respon dan tanggapan positif dari teman-teman, hal itu semakin menambah semangatku untuk berbagi informasi melalui beberapa artikel yang aku terjemahkan dari situs-situs berita berbahasa asing. Dari situ, aku mulai belajar menulis cerpen, cermin, feature dan berita. Dengan bermodal bismillah, mulai kukirimkan beberapa karya tulisku ke media berbahasa Indonesia yang ada di Hong Kong. Alhamdulillah, pihak redaksi menerima dan memuatnya. Sejak itu, perlahan namun pasti, aku mulai menyibukkan diri dan mempergunakan setiap waktu luang untuk menulis. Apa saja, yang terpenting bagiku adalah bisa menambah kosakata, wawasan dan melatih diri untuk berdisiplin menghasilkan karya tulis. Baik cerpen, cermin dan lainnya. Meskipun aku suka menulis, tetapi aku tidak suka terikat secara permanen dengan siapapun. Dalam hal ini media atau koran apapun. Sehingga menjadi penulis lepas, menjadi pilihanku untuk mengepakkan sayap di dunia jurnalistik dan kepenulisan.
ADVERTISEMENT
Tak ada usaha yang sia-sia. Dengan doa yang selalu terucap dan ikhtiar tanpa henti, pada awal November 2015, cerpenku yang berjudul ‘’Setangkai tulip putih’’ menjadi pemenang I dalam program bilik sastra dari RRI-VOI Jakarta. Setelahnya, beberapa penghargaan dari lomba menulis cerpen, opini dan publik speaking aku raih.
Dan awal Maret 2017, dengan berbekal ilmu jurnalistik yang masih minim, aku mengirimkan video liputan BMI Hong Kong dalam peringatan hari perempuan sedunia ke NET CJ, salah satu wadah yang disediakan oleh NET TV bagi para citizen jurnalis. Tak kuduga, video tersebut ditayangkan di program NET 10 dan menjadi video terpilih untuk bulan Maret 2017. Rasa bangga dan bahagia bercampur aduk. Karena aku sama sekali tidak menyangka jika video yang kukirimkan bisa tayang bahkan menjadi video terpilih bulan itu. Ucapan syukur terucap tanpa henti. Dan video pertama yang tayang tersebut menjadi pemantik semangatku untuk terus berkarya. Kini, setahun sudah aku menjadi bagian dari keluarga besar NET CJ. Meski tanpa ikatan kontrak, karena kami para jurnalis warga atau citizen jurnalis memang tak bertuan, kami milik masyarakat, dan tidak pernah memihak, namun, ada rasa memiliki dan dimiliki antara kami, para citizen jurnalis dan redaksi NET CJ. Dari lubuk hati terdalam aku merasa sangat berterima kasih karena diberi ruang untuk menyampaikan aspirasi, informasi dan berperan serta menjadi agen perubahan.
ADVERTISEMENT
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1799479060109769&id=100001430785778
http://netcj.co.id/Moment/video/187773/-Ramainya-Parade-Buruh-Migran-di-Hongkong-
Dan aku sangat percaya pada bunyi tag iklan, “Nothing is impossible”. Tak ada hal yang mustahil. Dengan doa, usaha dan ridho-Nya, di sinilah aku berada. Di sebuah negeri yang telah menempaku menjadi seorang asisten rumah tangga, penulis lepas juga sebagai citizen jurnalis. Aku bersyukur, karena Yang Kuasa mengijinkan aku untuk menjejakkan kaki di Negeri Bauhinia ini. Mendapatkan ilmu, uang dan berbagai hal bermanfaat yang belum tentu aku peroleh jika berada di tanah air. Terima kasih Hong Kong, karenamu, kini si upik abu menjelma menjadi citizen jurnalis.