Alasan Organisasi Melakukan Transformasi Struktur dan Sistem Kerja

Nur Muin Susanto
Seorang Aparatur Sipil Negara Pemerintah Kota Prabumulih, yang lama berkutat dengan Human Resources dan antusias akan perkembangan sosial, ekonomi, sains dan teknologi
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2022 17:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Muin Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi desain struktur, foto : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi desain struktur, foto : pexels.com
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara kita mengubah pola pikir dalam bertransformasi dari organisasi yang hierarkis menjadi non hierarkis? Memahami alasan dibalik tujuan transformasi organisasi akan memotivasi diri dalam mengubah pola pikir. Kita pun lebih yakin dan percaya tindakan yang diperlukan saat proses perubahan akan membuahkan manfaat.
ADVERTISEMENT
Model organisasi hierarkis selama berabad-abad sangat sedikit atau bahkan tidak pernah mengalami perubahan. Namun beberapa dekade terakhir ada percobaan perubahan yang mendasarkan desainnya melalui berbagai macam model struktur dengan beraneka istilah antara lain flat organization, star model, incremental model, teal organization, horizontal organization, dan lain-lain.
Samantha Slade (Going Horizontal, 2018) seorang praktisi dalam transformasi organisasi menggunakan istilah horizontal organization. Agar konsisten maka istilah horizontal akan dipergunakan dalam tulisan ini untuk menggambarkan organisasi non vertikal atau non hierarkis tersebut.
Alih-alih menuturkan teknis pelaksanaan atau desain organisasi, ia menulis tentang bagaimana bersikap dan berlatih untuk melakukan transformasi organisasi menuju organisasi yang lebih horizontal. Berikut beberapa alasan yang diungkapkannya kenapa organisasi bertransformasi menuju struktur dan sistem kerja baru.
ADVERTISEMENT

- Sifat alami manusia adalah non hierarkis

Sifat alami manusia adalah non hierarkis, menjadi bagian dari DNA. Manusia hidup mandiri secara fungsional dalam keseharian tanpa ada 'bos'. Beraktifitas mulai dari makan, menjaga rumah, merawat sesama, merencanakan dan termasuk menerima kegagalan dengan penuh kedewasaan dan kemandirian. Di lain waktu, manusia juga akan menghadapi berbagai perbedaan preferensi, opini dan perspektif dengan orang lain. Namun, pilihan mana yang terbaik tetap diputuskan oleh sang individu. Ketika ada seseorang menyuruh untuk berbuat sesuatu, muncul kekhawatiran dalam diri dan timbul perasaan 'alergi' apabila ada seseorang dengan kekuatan atau otoritas lebih tinggi menyuruh melakukan hal yang tidak diinginkan. Tidak ada rantai komando dalam kehidupan sehari-hari. Secara alamiah manusia adalah spesies horizontal. Bekerja melawan insting inilah yang membuat sebagian besar pekerja merasa tidak semangat dalam bekerja. Kita butuh lingkungan kerja yang lebih horizontal.
ADVERTISEMENT
Hal penting yang perlu diperhatikan bahwa penerapan jalan horizontal dalam dunia kerja tetap harus mengikuti pondasi dasar dalam berorganisasi seperti ikatan perjanjian kerja, tanggungjawab terhadap organisasi dan tujuannya, menunjukkan kinerja, akuntabilitas finansial serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang ada.

- Jalan menuju horizontal dimungkinkan dan hadir di tempat kerja

Struktur organisasi dan budaya di kebanyakan tempat kerja adalah vertikal atau hierarkis. Ada yang mengatakan hal itu demi efisiensi, ada juga yang mengatakan bahwa ini merupakan bagian dari sejarah kolonialisme di masa lalu. Perlu digarisbawahi bahwa dalam model organisasi vertikal isu kesejahteraan individu manusia bukanlah menjadi fokus utama kenapa model organisasi ini dibuat. Akibatnya budaya dan struktur organisasi yang dominan saat ini tidak selaras dengan fitrah manusia yang memiliki kemandirian.
ADVERTISEMENT
Walau kebanyakan struktur organisasi yang digunakan adalah vertikal, karakteristik menuju jalan horizontal sebetulnya telah hadir di sekitar kita. Ungkapan oleh orang-orang yang mencintai pekerjaannya seperti “bos saya mempercayai saya” atau “saya memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang saya inginkan” atau “saya didorong untuk mencoba berbagai hal” merupakan salah satu elemen dari budaya horizontal. Suatu cara yang lebih manusiawi dan alami di mana orang merasa diperlakukan dengan saling percaya dan penuh perhatian sebagai orang dewasa.

- Hierarkis (organisasi vertikal) tidak membawa kita ke masa depan

Sumber utama stres di tempat kerja erat kaitannya dengan budaya hierarkis seperti hubungan yang buruk dengan atasan, kurangnya pengakuan, serta partisipasi yang rendah dalam pengambilan keputusan dan tata kelola. Di sisi lain, organisasi berjuang untuk menarik dan mempertahankan karyawan teladan dikarenakan individu dengan talenta tinggi meninggalkan tempat kerja untuk mencari tempat yang bisa memberikan sarana pembelajaran dan pengembangan diri yang lebih baik. Organisasi menghadapi tantangan tenaga kerja yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Kita memasuki era baru. Jejaring organisasi berkembang. Infrastruktur tumbuh secara paralel baik perusahaan digital maupun para pekerja kreatif atau pekerja nomaden yang peduli dengan kebebasan dan kemandirian kerja. Tenaga kerja di masa yang akan datang terhubung dengan begitu banyak informasi, kemungkinan dan kreativitas sehingga sistem tradisional dengan organisasi vertikal tampaknya kurang siap untuk memanfaatkan potensi penuh para pekerja ini.
Pola pikir internet bukanlah pola pikir hierarkis. Para milenial bertanya-tanya, mengapa informasi dan otoritas tidak bisa dinamis dan mengalir. Kenapa organisasi tidak transparan tentang kekuasaan, tanggung jawab, dan kepedulian bersama. Sedangkan kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan adalah kunci bagi organisasi di masa depan untuk menawarkan ruang bagi para pekerja baru.
Kecerdasan buatan siap mengguncang dunia kerja kita. Sebagian pekerjaan hari ini akan hilang digantikan oleh teknologi. Para pekerja dituntut memiliki kemampuan berempati, kreatif dan bisa mengambil keputusan dengan cepat. Dan kemampuan ini akan lebih dihargai dan berkembang dengan baik dalam budaya horizontal.
ADVERTISEMENT
Yang semula kita anggap remeh tentang cara organisasi berfungsi ternyata memiliki makna lebih dalam dari yang dibayangkan sebelumnya. Transformasi membutuhkan pola pikir baru, menerapkannya secara pribadi maupun kolektif dengan model organisasi baru. Jalan horizontal diperlukan untuk organisasi di masa depan dan jalan ini diposisikan untuk memenuhi harapan para generasi mendatang.
Jalan menuju horizontal tidak hanya untuk jajaran pimpinan, tetapi dimulai dari diri sendiri, menjadi pekerjaan setiap individu dalam organisasi hingga akhirnya menjadi budaya saat terimplementasikan.
Lalu bagaimana ciri-ciri organisasi yang sukses dalam menerapkan pola pikir horizontal? Baca Ciri-ciri Organisasi Yang Sukses Menerapkan Budaya Horizontal