Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Ka BIN Budi Gunawan : Masjid Sebagai Benteng Utama dari Ujaran Kebencian dan Radikalisme
28 April 2018 20:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Susi Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kepala BIN Budi Gunawan saat menghadiri acara silaturahmi dengan Takmir Masjid se Jawa Tengah di Masjid Agung Jawa Tengah memberikan sambutan.
ADVERTISEMENT
Budi Gunawan menilai Masjid harus menjadi pilar ketahanan umat (society resilience) dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk fisik maupun fungsi dan perannya. Alhamdulillah, dimana ada komunitas muslim disitu ada masjid.
Di masa rasulullah, Masjid memiliki multi fungsi, selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat menimba ilmu (tholabul ilmi), tempat bermasyarakat, dan tempat syi’ar dakwah Islam sehingga Islam bisa mencapai titik kejayaan dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
''Kita bersyukur sekarang ini suasana dakwah dan penyebaran islam di tanah air tumbuh dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran keagamaan dan pembinaan akhlaq di kalangan masyarakat telah membaik.'' kata Budi Gunawan saat memberikan sambutan Sabtu (28/4/2018).
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini muncul kekhawatiran banyak masjid disinyalir menjadi tempat pengajaran dan penyebaran paham radikalisme yang menjadi bibit-bibit munculnya terorisme, sesungguhnya kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, apalagi di alam kebebasan berbicara seperti saat ini.
Kepala Badan Intelijen Negara itu mengatakan bahkan ceramah-ceramah agama di masjid-masjid saat ini banyak berisi materi-materi yang mengajak orang untuk “berperang” melawan orang yang berbeda keyakinan dan agama,
Bahkan menggiring para jamaah untuk melakukan kekerasan atas nama agama dan menyebutnya sebagai jihad mulia yang balasannya adalah surga, dan mati di jalan jihad ini adalah mati mulia.
''Banyak generasi muda yang punya semangat keagamaan tinggi, tetapi tidak cermat dan kritis memilah dan memilih sumber referensi akhirnya ikut bergabung demi imajinasi indah yang menyesatkan.'' sambung Ka BIN.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, bersamaan dengan aktifitas ritual yang dapat dikembangkan di masjid, kelompok intoleran juga telah melakukan sejumlah aksi yang justru merugikan umat Islam.
''Banyak pengalaman menunjukkan, misalnya, kondisi di timur tengah yang hancur pasca gelombang arab springs. Fenomena ini terjadi bermula dari khotbah intoleran dan radikal yang dikembangkan di masjid.'' tambah Budi Gunawan.
Budi Gunawan menambahkan, bahkan Khotbah para pengikut intoleran dan radikal berbeda dengan ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW yang lebih ditekankan pada penegasan implementasi taqwa dalam konteks kehidupan sehari-hari.
''Sedangkan kelompok intoleran menekankan pada tema politik dan hasutan-hasutan yang merusak citra pemimpin dan citra umat islam yang ingin mengajarkan Islam rahmatan lil’alamiin.'' lanjut Budi Gunawan.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah masjid perlu tetap dikelola sesuai fungsinya, sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan, pengajaran dan pembangunan karakter positif serta harus menjadi peredam gerakan radikalisme, bukan justru menjadi pusat pengajaran paham radikalisme maupun intoleran yang dapat memecah belah bangsa sehingga mengancam keselamatan dan keutuhan nkri.
Masjid harus menjadi pilar ketahanan umat (society resilience) dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan.
“Saya mengapresiasi dan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terkait peran positif yang telah-sedang-akan selalu diberikan oleh para Ulama/Kiai dan para takmir Masjid, dalam merawat prinsip-prinsip kebersamaan dan kerukunan kebangsaan di Indonesia”. tegasnya.
Oleh karenanya, saya berharap takmir masjid dapat menggali dan menginventarisir potensi-potensi yang ada untuk kepentingan umat, baik dari sisi advokasi, pemberdayaan dan sebagainya sehingga kerahmatan masjid dapat dirasakan oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu pelatihan peningkatan kapasitas (capacity building training) dalam rangka mendorong dan meningkatkan kemampuan takmir Masjid mewujudkan Masjid sebagai media penyebaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan pemersatu bangsa sangat penting.
Jadi kesimpulannya Takmir Masjid harus menjadi garda terdepan dalam membentengi tempat ibadah masing-masing dari paham radikal maupun politik praktis, agar Masjid tidak menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian, terutama menjelang tahun-tahun politik seperti saat ini.

Artikel diatas saya tulis berdasarkan fakta-fakta berikut ini :
1) https://www.inews.id/news/read/106713/silaturahmi-dengan-takmir-se-jateng-kepala-bin-masjid-pemersatu-umat?sub_slug=nasional
2) https://news.okezone.com/read/2018/04/28/337/1892450/silaturahmi-dengan-takmir-masjid-se-jateng-kepala-bin-masjid-harus-jadi-pilar-ketahanan-umat
3) https://tangerangonline.id/2018/04/28/kepala-bin-takmir-masjid-harus-bentengi-tempat-ibadah-dari-paham-radikalisme/