Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Nasib BRIN di Kabinet Prabowo-Gibran?
17 Oktober 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Jamal Suteja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mentari pagi di Jakarta tampak cerah saat Presiden Terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, mulai memanggil sejumlah tokoh bakal calon menteri ke rumahnya di Kertanegara 4, Jakarta Selatan. Di tengah dinamika politik yang tengah berubah, ada kegelisahan yang muncul di kalangan para peneliti dan ilmuwan yang bernaung di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sebagian besar bertanya-tanya, apa yang akan terjadi dengan lembaga riset terbesar di Indonesia ini di bawah kepemimpinan kabinet Prabowo-Gibran? Apakah riset dan inovasi, yang menjadi kunci untuk memecahkan masalah ekonomi dan membawa Indonesia keluar dari jebakan middle income trap, akan mendapatkan tempat di jajaran pemerintahan yang baru?
ADVERTISEMENT
Setelah terpilih menjadi Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto di sejumlah media mengemukakan rencana menambah kementerian baru. Jumlahnya lebih dari 40 kementerian. Dengan jumlah yang gemuk itu, Prabowo juga menegaskan dirinya ingin membentuk zaken kabinet. Kabinet yang diisi oleh orang-orang yang capable dan profesional di bidangnya.
Maka, fit and proper test yang dilakukan beberapa hari lalu oleh Presiden terpilih Prabowo memberikan gambaran awal tentang wajah kabinet baru. Namun, di balik gegap gempita pembentukan kabinet baru, pertanyaan besar tentang nasib BRIN masih menyimpan tanda tanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, BRIN telah menjadi pusat perhatian dalam upaya mendorong riset dan inovasi di Indonesia. Keberadaan lembaga ini tidak hanya menampung ribuan peneliti dari berbagai disiplin ilmu, tetapi juga menjadi ujung tombak untuk menghadapi tantangan besar bangsa, termasuk persoalan ketahanan pangan dan energi, teknologi hijau, dan transformasi digital hingga geopolitik.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, perhatian yang rendah terhadap riset dan inovasi masih menjadi masalah klasik yang belum teratasi secara serius dan simultan. Bagaimana tidak setiap ada pergantian kabinet, nomenklatur kelembagaan riset selalu berubah. Terakhir dengan adanya kebijakan integrasi lembaga riset yang melebur menjadi BRIN. Padahal, dalam berbagai kajian, riset dan inovasi memegang peranan krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen, sebuah angka yang disebut-sebut sebagai target ambisius Prabowo untuk membawa Indonesia lebih maju.
Indonesia selama beberapa dekade terakhir terjebak dalam status negara berpendapatan menengah (middle income trap). Untuk keluar dari perangkap ini, banyak negara yang gagal namun sedikit yang berhasil. Di antara negara yang sedikit itu, mereka melakukannya dengan mengedepankan riset dan inovasi. Contoh sukses dari Korea Selatan dan Singapura menunjukkan bahwa investasi besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, perhatian terhadap riset dan inovasi masih belum sejalan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Dorongan anggaran dan kebijakan pemerintah untuk riset dan pengembangan masih terbilang minim. Kebijakan yang berpihak terhadap lembaga riset seperti BRIN masih belum terlihat nyata untuk membangun iklim yang ramah terhadap aktivitas riset dan inovasi.
Ketika nama-nama calon menteri mulai mencuat, belum ada tanda bahwa BRIN akan mendapatkan perhatian serius dalam kabinet Prabowo-Gibran. Apakah lembaga ini akan tetap eksis dalam bentuknya yang sekarang, ataukah akan kembali terpinggirkan dalam hiruk-pikuk politik dan ekonomi?
Jika perhatian terhadap riset dan inovasi semakin terabaikan, ada risiko bahwa Indonesia akan kehilangan kesempatan untuk menciptakan terobosan yang dapat mendongkrak perekonomian. Namun, masih ada harapan yang dapat diperjuangkan.
ADVERTISEMENT
Pertama, pemerintah baru harus melihat riset dan inovasi sebagai investasi jangka panjang, bukan beban anggaran. Keberadaan BRIN yang kuat bisa menjadi alat strategis untuk menggerakkan inovasi di berbagai sektor, mulai dari energi terbarukan, bioteknologi, hingga kecerdasan buatan (AI). Namun jika BRIN tidak masuk dalam jajaran kabinet akankah riset menjadi prioritas?
Kabinet Prabowo-Gibran perlu mempertimbangkan penempatan tokoh yang kompeten dan berpandangan maju dalam urusan riset dan inovasi, agar lembaga ini dapat bekerja lebih efektif. Prabowo juga perlu untuk menetapkan roadmap dan juga kelembagaan yang lebih stabil, tidak mudah berubah-ubah hanya untuk mengakomodasi politik praktis.
Meski Prabowo memiliki latar belakang pendidikannya kental dengan militer, namun sisi lainnya punya literasi tinggi yang akrab dengan pemikiran dan juga buku. Ayahnya Soemitro Djojohadikoesoemo yang seorang begawan ekonomi pada zamannya, mewarisi tradisi pemikiran tersebut. Namun apakah itu tanda adanya keberpihakan dalam pengembangan dunia riset dan ilmu pengetahuan?
ADVERTISEMENT
Kedua, pemerintah perlu memberikan ruang bagi BRIN untuk menjalin kemitraan strategis dengan sektor swasta, baik domestik maupun internasional. Kolaborasi dengan dunia industri, startup teknologi, dan universitas global akan mempercepat transfer pengetahuan dan inovasi ke dalam produk nyata yang bisa diimplementasikan untuk kemajuan ekonomi.
Ketiga, penataan ulang kelembagaan BRIN mungkin menjadi pilihan yang harus dipertimbangkan. Jika BRIN tidak masuk ke dalam struktur kementerian, bisa jadi peran lembaga ini perlu dikuatkan secara independen dengan status yang lebih otonom, sehingga dapat mengelola riset dengan lebih fleksibel, tanpa terjebak dalam birokrasi yang menghambat inovasi.
Lembaga ini juga harus diberi wewenang untuk merumuskan kebijakan riset yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan tantangan global. Selain itu, pemerintah baru juga perlu menempatkan BRIN dalam mengkaji setiap langkah pemerintah dalam menetapkan kebijakan dan program.
ADVERTISEMENT
Di tengah ketidakpastian ini, BRIN masih memegang harapan bagi masa depan riset dan inovasi di Indonesia. Di saat negara-negara lain berinvestasi besar-besaran di bidang ini, Indonesia tidak boleh ketinggalan. Apalagi dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.
Kabinet Prabowo-Gibran memiliki kesempatan emas untuk mengubah arah pembangunan bangsa dengan memberikan tempat yang lebih strategis bagi riset dan inovasi dalam agenda nasional. BRIN, dengan segala tantangannya, tetap bisa menjadi motor penggerak kemajuan bangsa dalam mengungkit kekayaan biodiversitas Indonesia agar memiliki nilai ekonomi.
Nasib BRIN mungkin belum jelas di bawah kabinet baru ini, tetapi masa depan riset dan inovasi di Indonesia bergantung pada seberapa besar keberpihakan pemerintah terhadap ilmu pengetahuan. Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga riset, dan dunia industri, Indonesia kemungkinan besar dapat benar-benar lepas dari middle income trap dan meraih pertumbuhan ekonomi yang selama ini diimpikan oleh para founding father dan juga 250juta rakyat Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT