Konten dari Pengguna

Tadao Ando, Arsitek Otodidak yang menjadi Living Legend Arsitektur Dunia

Suzanne Ayuningtyas
ASN yang selalu gagal diet
14 Mei 2023 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzanne Ayuningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ando Sensei, bagaimana bisa membuat bangunan beton minimalis begitu estetik?”, itulah pertanyaan yang saya tanyakan kepada Tadao Ando living legend arsitek Jepang. Kekaguman saya terhadap karya-karya arsitekturnya berawal ketika masih menjadi mahasiswa, saya menemukan buku bekas karya arsitektur Tadao Ando. Waktu itu, saya bertekad untuk kelak melihat secara langsung gedung-gedung yang dirancang oleh Tadao Ando.
The original uploader was Bujatt at English Wikipedia., CC BY-SA 2.5 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/2.5>, via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
The original uploader was Bujatt at English Wikipedia., CC BY-SA 2.5 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/2.5>, via Wikimedia Commons
Sebenarnya kenapa saya menjadi fans Tadao Ando, padahal bukan anak arsitektur yang paham teknis, konsep apalagi filosofi dalam merancang bangunan? utamanya karena kesederhanaan dalam rancangannya. Meskipun menggunakan beton yang geometris, namun tetap harmonis dengan elemen alam seperti cahaya, angin, tanaman dan air.
ADVERTISEMENT
Kisah suksesnya boleh dibilang cukup unik. Ia lahir di Osaka pada tahun 1941 dan tumbuh di Jepang paska Perang Dunia II. Ia pertama kali tertarik arsitektur pada usia 15 tahun namun, tidak langsung terjun ke bidang tersebut. Ia terlebih dahulu menjadi petinju agar mendapat kesempatan bepergian ke luar negeri untuk melihat gaya arsitektur yang berbeda.
Mike from Vancouver, Canada, CC BY-SA 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/2.0>, via Wikimedia Commons
Ia juga tidak menempuh pendidikan formal di bidang arsitektur, melainkan belajar secara otodidak melalui buku. Ia bahkan rela mengurangi jatah makan untuk dapat membeli buku arsitektur. Pada tahun 1969, ia berhasil membuka studio desainnya sendiri, Tadao Ando Architectural & Associates.
Ia meyakini bahwa arsitektur adalah sesuatu yang harus dialami dengan semua panca indera, bukan hanya mata. Hal itu tercermin dari karya-karyanya dengan mudah dapat dikenali, namun pada saat yang sama penuh filosofi dan pemikiran.
Appie Verschoor from Rotterdam, the Netherlands, CC BY-SA 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/2.0>, via Wikimedia Commons
Pada tahun 1993 hingga tahun 2019, Tadao Ando bersama dengan Pemerintah Prefektur Osaka kemudian melaksanakan Ando Program yang memberikan kesempatan kepada arsitek-arsitek muda dari berbagai negara termasuk 40 arsitek muda Indonesia untuk magang di Perusahaan Tadao Ando.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, ketika bertugas di KJRI Osaka, saya berkesempatan untuk menyambut para Arsitek Indonesia dalam Ando Program tahun itu. Meskipun singkat, saya pun dapat bertemu langsung dengan Tadao Ando. Ia menyampaikan pesan untuk never stop dreaming, dari seorang petinju ia kemudian menjadi arsitek terkemuka dunia hingga saat ini.