Konten Media Partner

74% Karyawan Tidak Mau Kembali ke Pola Kerja Sebelum COVID-19

20 November 2020 10:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kredit foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Kredit foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh perusahaan global cybersecurity, Kaspersky, terhadap 8.000 pekerja UKM di berbagai industri mengungkapkan bahwa hampir tiga perempat karyawan (74%) enggan kembali ke cara kerja sebelum pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, alih-alih kembali ke bisnis seperti biasa, para pekerja di seluruh dunia kini dapat membentuk masa depan bisnis sesuai keinginan mereka, baik itu menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang dicintai (47%), menghemat uang (41%), atau bekerja dari jarak jauh (32%).
Dalam upaya melepaskan diri dari belenggu rutinitas pekerjaan yang sebelumnya kaku, para karyawan juga memikirkan kembali hal-hal normal berikutnya untuk bekerja. Kini mereka menjunjung budaya kerja yang lebih gesit, akomodatif, dan manusiawi.
Hampir dua dari lima karyawan (39%) ingin meninggalkan sistem bekerja 9 to 5, dan angka ini bahkan lebih besar untuk mereka yang berusia 25-34 (44%). Ini mengindikasikan bahwa tren tersebut sedang berkembang, dan sekitar sepertiga (32%) ingin mengakhiri sistem bekerja lima hari dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini juga menyoroti bahwa hampir sepertiga (32%) karyawan melihat bahwa sistem bekerja jarak jauh menjadi manfaat terbesar ketiga yang muncul sebagai dampak dari pandemi virus corona, setelah menghabiskan waktu bersama keluarga (47%) dan menghemat uang (41%).
"Faktanya, sebagian besar manfaat yang diperoleh berupa penghargaan kepada diri sendiri, karena akhirnya memahami bahwa mendapatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah penting," ujar Alexander Moiseev, Chief Business Officer Kaspersky dalam keterangan resmi.
Namun, karena karyawan semakin menjunjung cara kerja modern dan fleksibel, penting bagi bisnis untuk mendukung dengan cara meningkatkan dan menyesuaikan fasilitas yang dibutuhkan. Mengingat lebih dari sepertiga (38%) tenaga kerja secara aktif membutuhkan lebih banyak dukungan teknologi dari organisasi mereka saat melakukan bekerja jarak jauh. Akhirnya permintaan untuk kesediaan alat dan teknologi demi membuat pengguna tetap produktif, terhubung, dan aman semakin besar.
ADVERTISEMENT
“Kita akhirnya dihadapkan dengan momen yang menentukan, dan ini sangat menarik. Jelas pandemi ini telah mempercepat transformasi digital dan sekaligus memadukan kehidupan kerja dan pribadi kita. Apa yang sekarang kami lihat adalah bahwa karyawan memanfaatkan teknologi untuk memiliki masa depan baru, dan secara aktif merangkul perubahan dalam mengejar kebebasan dan fleksibilitas yang lebih besar," terangnya
Menurut Alexander, perusahaan sekarang memiliki mandat untuk melakukan penyesuaian dan merombak tempat kerja modern menjadi sesuatu yang lebih produktif, berkelanjutan, dan mudah dibentuk.
"Saat dihadapkan dengan beban kerja jarak jauh yang sangat besar, para pemimpin bisnis kini harus cepat beradaptasi demi menjaga bisnis tetap aman dan tangguh. Sementara para karyawan menggunakan momen perubahan ini sebagai kesempatan untuk menilai kembali prioritas sebelumnya, dan merencanakan masa depan tentang apa yang benar-benar penting bagi mereka," tuturnya.
ADVERTISEMENT

Riset dilakukan di berbagai negara

Kaspersky menunjuk firma riset independen Censuswide untuk melakukan survei terhadap 8.076 karyawan bisnis kecil-menengah (10-250 karyawan) di Brasil, Belgia, China, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Luksemburg, Malaysia, Meksiko, Belanda, Rusia, Spanyol, Afrika Selatan, Turki, UEA, Inggris, dan Amerika Serikat pada Oktober 2020.
Editor: Eva Martha Rahayu www.swa.co.id