Arti Penting Narasi dalam Ekonomi Masa Depan

Konten Media Partner
21 Juni 2020 9:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Arti Penting Narasi dalam Ekonomi Masa Depan

Arti Penting Narasi dalam Ekonomi Masa Depan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Judul     : Narrative Economics: How Stories Go Viral dan Drive Major Economic Events
ADVERTISEMENT
Penulis  : Robert J. Shiller
Penerbit        : Pricetown University Press, New Jersey
Cetakan        : Pertama, Desember 2019
Tebal    : 377 halaman
Eko Widodo
Semua peristiwa dimulai dari cerita atau narasi tertentu. Narasi itu hidup, tumbuh dan berkembang, kemudian memengaruhi berbagai bidang kehidupan.
Narasi dalam ekonomi menunjukkan bagaimana cerita yang berkembang dalam keseharian kita mampu memengaruhi kondisi perekonomian. Ekonomi narasi (narrative economic) adalah suatu kajian tentang menyebarnya narasi secara viral yang mampu memengaruhi perilaku ekonomi. Bagaimana narasi yang berkembang memengaruhi kondisi, kebijakan, dan perilaku aktor-aktor dalam ekonomi.
Pentingnya menaruh perhatian pada masalah narasi ini sudah sering dikumandangkan oleh bidang keilmuan sosial, seperti sosiologi, antropologi, dan ilmu politik. Dalam buku ini, Robert J. Shiller, penerima hadiah Nobel dalam bidang ekonomi, mengajak kita untuk menelusuri permasalahan narasi ke dalam teori ekonomi dengan melihat sejarah ekonomi suatu negara yang dikaitkan dengan narasi yang berkembang pada suatu masa.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, kajian tentang narasi sempat dianggap tabu untuk diterapkan dalam bidang ekonomi, dianggap sebagai hal yang kurang ilmiah. Disadari bahwa ketika seorang ekonom hendak memahami peristiwa ekonomi tertentu yang berpengaruh dalam sejarah umat manusia, mereka jarang menaruh perhatian besar pada narasi yang menyertai munculnya peristiwa itu. Sebagian besar hanya memperhatikan indikator ekonomi, sementara berbagai faktor lain, seperti peristiwa sosial, politik, maupun psikologi jarang sekali diperhatikan dengan serius. Namun, kemudian disadari bahwa jika ekonom tidak mampu memahami narasi yang berkembang dalam masyarakat, mereka juga tidak akan benar-benar dapat memahami perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi dan perilaku ekonomi pada suatu masa.
Pendekatan ekonomi yang berbasiskan narasi ini perlu dilakukan karena pendekatan ekonomi yang telah dipakai dan dijalankan selama ini sering gagal dalam memahami, menjelaskan, ataupun memprediksi fenomena ekonomi yang ada. Pendekatan ekonomi tradisional gagal untuk menguji peran keyakinan publik (public beliefs) dalam berbagai peristiwa ekonomi utama.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami narasi yang tengah berkembang di masyarakat, ekonom diharapkan menjadi semakin sensitif terhadap berbagai hal yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, mereka dapat memahami dan memprediksi kondisi ekonomi masa depan dengan lebih baik.
Buku ini bisa dikatakan sebagai suatu awal dari perubahan yang terjadi dalam teori ekonomi yang mulai memperkenalkan elemen yang penting dan baru dalam daftar berbagai faktor yang diyakini mampu memengaruhi dan menggerakkan ekonomi. Faktor baru tersebut adalah cerita populer yang menyebar dari mulut ke mulut, melalui media massa, atau media sosial. Dengan memahami ekonomi narasi, kita akan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengantisipasi dan mempersiapkan kejadian ekonomi tertentu dan dapat membantu kita dalam mengelola berbagai kebijakan dan institusi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tujuan kajian baru ini adalah untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengantisipasi datangnya perubahan kondisi. Ini dilakukan dengan mendorong para ekonom untuk mengidentifikasi dan melengkapi pemikiran mereka dengan narasi ekonomi yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan memahami fenomena ekonomi dengan lebih baik. Narasi baru dapat dengan cepat menular, dapat memengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya kondisi ekonomi tertentu akan dapat mengubah narasi yang sedang populer pada waktu tertentu tadi.
Narasi ini seperti virus yang menyebar. Tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ketika berada dalam kondisi yang tepat, virus tersebut bisa menyebar luas dan cepat, secara tidak terkendali, dan menjadi sangat sulit dikendalikan. Penyebaran virus yang tidak terkendali ini secara berantai akan memengaruhi berbagai bidang kehidupan yang lain.
ADVERTISEMENT
Narasi dilihat dari topik yang paling populer di periode tertentu. Misalnya, topik tentang hendak digantikannya tenaga kerja manusia dengan mesin. Topik ini dikenali akan selalu muncul menjelang terjadinya resesi ekonomi sejak tahun 1920-an. Misalnya, muncul dalam bentuk film klasik yang dibintangi Charlie Chaplin yang berjudul Modern Time, yang menggambarkan tersingkirnya kaum pekerja oleh mesin-mesin industri.
Kemunculan mesin-mesin pada tahun tersebut membuat orang takut kehilangan pekerjaan. Ini juga membuat orang pada waktu itu membatasi jumlah pembelanjaannya. Kondisi ekonomi menurun karena orang enggan membelanjakan pendapatannya, dengan demikian aktivitas ekonomi pun menurun. Terjadi kondisi yang dikenal dengan sebutan “ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy)”.
Padahal kenyataannya, memang benar tenaga kerja di sektor pertanian di Amerika Serikat pada waktu itu banyak digantikan oleh mesin, tetapi kekhawatiran bahwa manusia tidak bisa bekerja lagi tidaklah terbukti. Peran manusia tidak tersingkirkan, tetapi manusia beralih ke pekerjaan lain yang juga semakin banyak bermunculan. Muncul berbagai profesi baru untuk menggantikan profesi petani yang tersingkir oleh mesin.
ADVERTISEMENT
Contoh lain, pada tahun 1981-1982 tingkat pengangguran mencapai dua digit di AS dan narasi yang berkembang di tahun itu adalah merebaknya keunggulan robot yang akan bisa menggantikan manusia. Film Terminator, yang menampilkan kecanggihan robot yang akan tercipta, telah meningkatkan narasi akan digantikannya tenaga manusia oleh mesin. Film tentang robot yang paling laris sepanjang masa itu memperkirakan bahwa robot pada suatu masa akan mampu menggantikan manusia sebagai penguasa dunia. Ini menambah kekhawatiran manusia pada waktu itu yang menyebabkan semakin maraknya pengangguran.
Pada tahun-tahun terakhir ini, narasi yang berkembang adalah tentang mobil tanpa sopir dan Revolusi Industri 4.0 yang pada intinya mesin dengan perangkat kecerdasan buatan yang dimilikinya berpotensi besar menggantikan tenaga kerja manusia. Ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya resesi juga seperti pernah terjadi di masa lampau. Narasi seperti ini tentunya akan memengaruhi kemauan orang untuk melakukan konsumsi atau investasi, juga akan memengaruhi kemungkinan mereka untuk melakukan kegiatan wiraswasta atau tindakan spekulasi dalam ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit narasi yang menceritakan terjadinya banyak tindakan bunuh diri beberapa saat setelah terjadinya depresi besar pada tahun 1929. Ekonom terkemuka John Kenneth Galbraith mengatakan bahwa jumlah kejadian bunuh diri akibat faktor ekonomi pada tahun itu tidaklah signifikan. Namun, narasi dari mulut ke mulut yang menyebarkan berita terjadinya banyak tindakan bunuh diri akibat krisis ekonomi telah berhasil memicu ketakutan tersendiri. Hal ini telah menjadi hantu atau legenda tersendiri, bahwa jika terjadi krisis ekonomi lagi, hal itu akan memicu munculnya banyak tindakan bunuh diri. Ini membuat semua orang jadi takut kalau resesi terjadi lagi. Suatu ketakutan yang sebenarnya tidak berdasar pada fakta atau data.
Penyebaran suatu narasi terjadi seperti penyebaran wabah penyakit. Penyebaran wabah virus korona (covid-19) saat ini merupakan peristiwa yang lumrah saja terjadi di masa lampau. Umat manusia telah berulang kali berhadapan dengan penyebaran wabah penyakit yang berskala global. Virus yang ada dapat disamakan juga dengan narasi.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya virus, narasi lama dapat muncul kembali dengan melakukan modifikasi atau mutasi genetik yang disesuaikan dengan kondisi terkini yang dihadapi. Narasi baru pasti muncul dalam bentuk baru sebagai akibat dari adaptasi di lingkungan yang baru. Kemunculan narasi baru ini akan menimbulkan wabah baru yang mampu mengubah lingkungan tempat kita tumbuh dan berkembang, memengaruhi kehidupan yang kita jalani dalam segala aspeknya.
Banyak narasi lama yang dibahas dalam buku ini akan muncul kembali di masa depan dalam bentuk yang baru. Narasi baru tersebut, setelah tersebar luas, seiring dengan berjalannya waktu akan mengalami pelemahan, hingga pada suatu saat nanti akan beralih rupa dalam bentuk yang lebih baru. Waktu kemunculannya tidak dapat diramalkan berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki sekarang.
ADVERTISEMENT
Saat ini sepertinya perkembangan teknologi mesin dengan kecerdasan buatannya tidaklah begitu menakutkan. Namun, jika hal tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan kesenjangan pendapatan dan pengangguran, bentuk yang menakutkan dari narasi ini dapat muncul kembali, seperti yang telah terjadi di masa lampau. Perubahan besar dalam bidang teknologi akan mengubah besaran, keluasan, dan kecepatan penyebaran narasi, demikian juga faktor pemulihannya.
Penulis buku ini menyampaikan pesan bahwa narasi ekonomi merupakan hal yang semakin penting diperhatikan di masa mendatang, tetapi hal itu masih sering diabaikan. Hal ini sebagian karena hubungan antara peristiwa ekonomi dan narasi tertentu yang berkembang pada waktu tertentu merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan dinamis di sepanjang waktu.
Salah satu hambatan mengapa wacana tentang narasi ini sulit masuk di benak para ekonom adalah karena di masa lalu banyak ekonom yang menganggap bahwa pemikiran manusia bersifat rasional. Keputusan ekonomi merupakan hasil dari pemikiran yang rasional. Namun, sekarang telah banyak ekonom yang mau menerima bukti bahwa keputusan ekonomi manusia tidaklah sepenuhnya bersifat rasional. Hal ini menyebabkan tindakan dan perilaku ekonomi seseorang tidak dapat diprediksi dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Diharapkan, dengan mempelajari narasi yang berkembang di suatu masa,  setidaknya kita bisa lebih baik dalam memahami apa yang terjadi di suatu masyarakat pada masa itu. Pemahaman terhadap suatu fenomena akan lebih lengkap bila kita tidak hanya menggunakan disiplin ilmu ekonomi semata, tetapi juga melibatkan berbagai kajian keilmuan yang lain. Pemahaman yang dimiliki menjadi lebih lengkap dan menyeluruh. (*)
*) Peresensi adalah Dosen Program Studi Magister Administrasi Bisnis
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.