Konten dari Pengguna

Teror Zombie dalam Seri The Last of Us di Kehidupan Nyata

Swara Unsada
Swara Unsada
31 Januari 2023 9:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Swara Unsada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: unsplash.com/@yohannlibot
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: unsplash.com/@yohannlibot
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu belakangan ini, dunia maya diramaikan dengan seri The Last of Us yang menceritakan pandemi zombie yang berawal dari Jakarta. Dalam seri, diceritakan infeksi zombie ini berasal dari jamur Cordyceps. Jamur Cordyceps merupakan jamur yang menginfeksi inang dan mengambil alih tubuh inangnya dengan menginfeksi otak dan memakan organ tubuhnya dari dalam. Jamur ini hidup di lingkungan dengan suhu dibawah 25 ℃, jadi tidak mungkin tumbuh di tubuh manusia yang bersuhu 36,1 - 37,2 ℃. Seri The Last of Us menceritakan jamur Cordyceps berevolusi karena suhu dunia yang menjadi lebih hangat sehingga dapat menginfeksi manusia.
ADVERTISEMENT
Dilansir di Kompas.com, menurut dr. Steven Scholzman, seorang profesor dari Harvard Medical School, zombie hanyalah karya fiksi dan tidak ada di kehidupan nyata. Menurutnya, dari sudut pandang sains, zombie berjalan dengan terseok-seok karena kerusakan pada otak kecil manusia yang bertanggung jawab terhadap keterampilan motorik manusia. Dalam film-film, zombie biasanya digambarkan sebagai sosok mayat hidup yang selalu kelaparan dan memangsa manusia. Hal ini sulit dijelaskan, namun menurut dr. Steven hal ini kemungkinan terjadi karena patogen yang menyerang otak di bagian hipotalamus ventromedial yang mempengaruhi rasa kenyang.
Di dalam kehidupan nyata, belum ditemukan virus yang dapat mengendalikan otak manusia tetapi pada dunia hewan, teror zombie ini sering terjadi. Misalnya, jamur Cordyceps yang menginfeksi serangga seperti semut kayu. Spora jamur ini masuk ke dalam tubuh semut dan mengambil alih tubuh semut itu. Jamur akan mengontrol semut untuk pergi ke tempat yang lembab dan mencengkeram daun dengan rahangnya. Di tempat yang lembab ini, jamur akan tumbuh dan menggerogoti organ semut hingga mati. Ketika semut ini mati, jamur yang telah matang akan mengeluarkan batang jamur dari kepala semut.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan semut tersebut mengeluarkan spora dan menginfeksi semut lain. Namun, jamur Cordyceps tidak dapat menginfeksi manusia karena proses evolusi akan memakan waktu yang panjang hingga ratusan tahun. Bahkan dalam ilmu pengobatan China, jamur Cordyceps sering digunakan untuk berbagai penyakit seperti penyakit ginjal dan masalah seksual pria. (Shelly/SU)