Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Membicangkangkan Nude Art, Nude Photography dengan Secangkir Kopi yang Tak Jadi Dibuat
15 Maret 2017 1:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari syarifudin taufiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
I Cerita pagi ini dibuka tanpa secangkir kopi panas dan berita - berita terupdate tentang masalah politik, hingga hastag #JOGJAORADILDO di akun Line Netizen Budiman yang sebelumnya mengundang sarat kontoversi. Pada pagi ini saya sangat tertarik ketika membaca berita tentang Nude Art di kumparan.com , hanya saja kenapa gambarnya harus diblur? itu membuat saya eh para pembaca kecewa.
ADVERTISEMENT
Tentu sudah pasti berita itu menjadi perbicangan hangat pagi itu, bahkan lebih hangat dari kopi yang tidak jadi saya sajikan. Ketika sampai kampus beberapa teman saya berpendapat tentang Nude Art dan Nude Photography, katanya hal itu sah dikatakan sebagai seni, yang porno itu pikiran orangnya saja, lalu ada juga yang bilang tentang konten porno tapi konteksnya tidak porno. Lho gimana ini? bagaimana bisa mengatakan konten porno yang tidak porno? Mungkin tidak lama lagi KFC bakal jualan cilok dan cimol.
Jika nude photography dianggap seni, artinya seni adalah ekspresi kebebasan, dan kebebasan adalah milik semua orang termasuk perempuan. Namun, kebebasan berekspresi dalam berkesenian maknanya dianggap sudah berbeda jika menyentuh wilayah seksualitas. Adapun beberapa kasus yang menguatkan bahwa tubuh perempuan adalah objek yang indah untuk diabadikan. (Kheyene Molekadella Boer, 50:2012)
ADVERTISEMENT
Nude Art dan Photography sekarang bukan hanya disebut sebagai seni, namun juga dijadikan lahan bisnis yang sangat menjanjikan, hal inilah yang disebut perempuan menjadi komoditas untuk kepentingan ekonomi, sebut juga political economic of the body, juga hal ini kaitannya dengan budaya patriarki dimana para lelaki mendominasi daripada perempuan, kemudia perempuan dijadikan sebuah kebutuhan oleh laki - laki. Mungkin karena ini saya tidak jadi buat kopi pagi ini. Semoga kumparan.com tidak memblur foto yang ada di storynya, eh btw ini gimana cara nyoret tulisannya?
Nah daripada anda berpikir terlalu keras mending bagi kalian yang mahasiswa segeralah lulus agar bisa menikmti apa yang ingin kalian nikmati, bagi yang sudah bekerja, bekerjalah yang tekun agar bisa buat keluarga senang, siapa sih yang tidak senang kalau banyak duit?
ADVERTISEMENT
Mungkin akan banyak yang beranggapan tulisan ini tidak berbobot, tapi tidak apalah mungkin mereka fansnya Paris Saint Gemany (PSG) yang katanya kalah gara - gara Barca dikasih dua pinalti sama wasit, terus disalah salahin.
Sumber gambar : google