Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Stoicisme: Seni Mengendalikan Diri di Tengah Kehidupan yang Tidak Terkendali
29 Oktober 2024 10:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fajjar Rasya Asshiddiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stoicisme, filsafat kuno yang berkembang di Yunani dan Roma sekitar abad ke-3 SM, semakin populer di masa kini. Filosofi yang sederhana namun dalam ini menawarkan solusi praktis untuk menghadapi berbagai tantangan hidup modern, mulai dari ketidakpastian ekonomi, tuntutan karier, hingga relasi pribadi. Bukan sekadar teori, Stoicisme menawarkan langkah nyata untuk menjalani hidup yang lebih damai dan penuh makna.
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, mungkin sulit dipercaya bahwa ajaran yang lahir lebih dari 2.000 tahun lalu tetap relevan. Namun, Stoicisme justru berhasil bertahan karena esensinya yang sederhana: kendalikan apa yang bisa kamu kendalikan, dan lepaskan yang tidak bisa. Prinsip dasar ini, yang dikenal sebagai "dikotomi kendali," merupakan landasan dalam Stoicisme.
1. Apa Itu Stoicisme?
Stoicisme berasal dari ajaran para filsuf seperti Zeno dari Citium, Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca. Bagi mereka, kebahagiaan bukan terletak pada kekayaan atau ketenaran, tetapi dalam ketenangan jiwa. Menurut Stoicisme, kita sering merasa cemas atau kecewa karena bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita. Misalnya, reaksi kita terhadap opini orang lain atau bahkan cuaca buruk.
ADVERTISEMENT
Bagi Stoic, tujuan hidup adalah eudaimonia atau hidup yang penuh makna, damai, dan selaras dengan kebijaksanaan. Untuk mencapai ini, Stoicisme mengajarkan kita untuk berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan, seperti sikap, reaksi, dan keputusan kita sendiri.
2. Dikotomi Kendali: Kendalikan yang Bisa Kamu Kendalikan
Salah satu prinsip paling kuat dalam Stoicisme adalah dikotomi kendali. Ini berarti kita harus fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali kita dan menerima dengan lapang dada apa yang di luar kendali kita. Bayangkan kita terjebak dalam kemacetan lalu lintas; kemacetan tersebut berada di luar kendali kita. Namun, kita bisa memilih untuk marah atau menerima situasi itu dengan tenang.
Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi dan filsuf Stoik, menulis dalam buku Meditations, "Jika kamu tertekan oleh sesuatu yang di luar kendalimu, bukan hal itu yang mengganggu kamu, tetapi penilaian kamu terhadapnya. Kamu memiliki kendali untuk mencabut penilaian itu." Pemikiran ini mengajarkan bahwa kita sering kali menyakiti diri sendiri dengan reaksi kita terhadap hal-hal yang sebenarnya tak bisa kita ubah.
ADVERTISEMENT
3. Stoicisme dalam Praktik: Menghadapi Tekanan Hidup dengan Tenang
Salah satu contoh aplikasi Stoicisme yang sederhana adalah dalam hal menerima kritik. Di era media sosial, orang bisa sangat cepat menghakimi, memberi komentar negatif, atau bahkan membully secara online. Stoicisme mengajarkan kita untuk tidak mengizinkan opini orang lain mempengaruhi perasaan kita. Epictetus berkata, "Bukan orang atau peristiwa yang mengganggu kita, melainkan opini kita tentangnya." Artinya, kita perlu memperkuat diri dari dalam dan tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal.
Jika kita dapat menyesuaikan perspektif kita untuk lebih tenang dalam menanggapi hal-hal di luar kendali kita, banyak stres dan kecemasan akan hilang. Alih-alih marah atau kecewa, kita bisa belajar menghadapinya dengan tenang dan tetap fokus pada tujuan hidup kita.
ADVERTISEMENT
4. Cara Menerapkan Stoicisme dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa langkah sederhana untuk mulai menerapkan prinsip Stoicisme:
ADVERTISEMENT
5. Mengapa Stoicisme Relevan di Masa Kini?
Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, Stoicisme memberikan jalan untuk mencapai ketenangan. Dengan berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan, kita bisa menyingkirkan kekhawatiran dan kegelisahan yang sering kali kita buat sendiri. Prinsip-prinsip Stoik membantu kita untuk hidup dengan tenang meski situasi di sekitar kita tidak stabil.
Selain itu, Stoicisme mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada kebahagiaan eksternal. Hidup yang bermakna bukan tentang memiliki lebih banyak hal, tetapi tentang bagaimana kita merespons dan menerima apa yang terjadi di luar kendali kita.
Stoicisme bukan hanya filsafat, tetapi juga cara hidup yang mengajarkan kita untuk merespons dunia dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Dengan mengendalikan pikiran dan reaksi kita sendiri, kita bisa hidup lebih damai, fokus, dan bermakna, meskipun kehidupan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Stoik ini dalam keseharian, kita bisa menjalani hidup yang lebih seimbang, penuh kebajikan, dan tenang di tengah dunia yang terus berubah.
ADVERTISEMENT