Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Berapa Dana yang Cukup untuk Pensiun? Perbandingan Singapura dan Indonesia
8 Februari 2025 18:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perencanaan pensiun menjadi isu penting dalam kehidupan modern, terutama di tengah meningkatnya harapan hidup dan biaya hidup yang terus bertambah. Artikel The Straits Times berjudul "Why Many People Think Having Over $600k Is Enough to Retire On" (2 Februari 2025) oleh Tan Ooi Boon menyoroti bagaimana masyarakat Singapura memperhitungkan dana pensiun yang cukup. Namun, apakah angka yang sama relevan bagi masyarakat Indonesia?
ADVERTISEMENT
Singapura memiliki sistem pensiun yang terstruktur melalui Central Provident Fund (CPF), yang mewajibkan pekerja menyisihkan sebagian penghasilannya untuk masa pensiun. Sementara itu, Indonesia memiliki mekanisme pensiun yang lebih beragam, seperti program pensiun pemerintah, BPJS Ketenagakerjaan, dan dana pensiun swasta. Menurut Dr. Michael Sherraden dari Washington University, kesiapan finansial adalah faktor utama yang menentukan kualitas hidup di masa pensiun, baik di negara maju maupun berkembang. Keputusan untuk pensiun tidak hanya bergantung pada usia, tetapi juga dipengaruhi oleh kesehatan, kejenuhan terhadap dunia kerja, atau keinginan untuk mengejar impian pribadi yang selama ini tertunda.
Survei yang dikutip dalam artikel Boon menunjukkan bahwa masyarakat Singapura merasa aman jika memiliki tabungan sekitar SGD 612.000 atau sekitar Rp7,3 miliar. Namun, angka ini belum tentu cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan pensiun, terutama dengan meningkatnya biaya kesehatan dan harapan hidup yang lebih panjang. Di Indonesia, jumlah dana yang dianggap cukup untuk pensiun bervariasi tergantung pada gaya hidup dan lokasi tempat tinggal. Namun, jika mengikuti standar yang digunakan di Singapura, dana sebesar Rp7,3 miliar tentu sudah lebih dari cukup untuk menikmati masa pensiun yang nyaman di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kesiapan finansial adalah aspek penting dalam pensiun. Selain memiliki tabungan yang cukup untuk kebutuhan pokok seperti biaya hidup dan kesehatan, diversifikasi aset juga perlu diperhatikan. Investasi dalam bentuk properti, saham, atau dana pensiun yang dikelola dengan baik dapat menjadi jaminan keberlangsungan hidup di masa tua. Namun, kesiapan finansial saja tidak cukup. Banyak pensiunan mengalami stres karena kehilangan rutinitas kerja dan merasa tidak lagi memiliki peran dalam masyarakat. Beberapa pensiunan di Indonesia memilih tetap produktif dengan membuka usaha kecil, mengelola investasi, atau terlibat dalam kegiatan sosial seperti menjadi mentor bagi generasi muda.
Selain itu, keterlibatan dalam komunitas keagamaan atau organisasi sosial tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kesehatan mental dan spiritual. Dengan tetap memiliki tujuan dan aktivitas yang bermakna, masa pensiun dapat menjadi fase kehidupan yang lebih dinamis dan memuaskan. Artikel Boon menyoroti bahwa banyak orang di Singapura masih kurang memahami kebutuhan jangka panjang setelah pensiun, sehingga mereka sering kali kesulitan menjaga stabilitas finansial. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, di mana banyak pekerja masih bergantung pada pensiun dari perusahaan atau pemerintah tanpa persiapan mandiri yang memadai.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, penting bagi individu untuk merancang perencanaan pensiun yang matang, tidak hanya dengan menabung, tetapi juga dengan membangun sumber penghasilan pasif yang dapat menopang kebutuhan jangka panjang. Selain aspek finansial, kesehatan mental dan spiritual juga berperan dalam menikmati masa pensiun. Studi dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa individu yang memiliki kehidupan sosial aktif dan tetap terlibat dalam aktivitas bermakna memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi setelah pensiun.
Di Indonesia, masa pensiun sering kali diidentikkan dengan kehidupan yang lebih religius, seperti lebih banyak beribadah atau mendalami aspek spiritual. Namun, pendekatan ini sebaiknya diimbangi dengan kegiatan sosial yang produktif agar tetap merasa memiliki peran dalam masyarakat. Masa pensiun yang bahagia bukan hanya tentang memiliki uang yang cukup, tetapi juga tentang kesiapan mental dan spiritual dalam menghadapi fase baru kehidupan.
ADVERTISEMENT
Orang yang memasuki masa pensiun dengan kesiapan menyeluruh cenderung lebih menikmati hidup, memiliki hubungan sosial yang baik, serta tidak merasa terasing dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mempersiapkan diri sejak dini, baik secara material maupun mental-spiritual, adalah kunci untuk menikmati masa pensiun yang berkualitas. Pensiun seharusnya bukan menjadi momok yang ditakuti, melainkan fase yang dinanti dengan kesiapan yang matang. Dengan perencanaan yang baik, keseimbangan antara modalitas material dan mental dapat membawa seseorang pada kehidupan pensiun yang sejahtera dan bermakna.