Konten dari Pengguna

Cinta Retak Bisa Direkatkan

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
25 April 2025 11:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Cinta retàk bisa direkatkan (Sumber: Getty Images. Under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Cinta retàk bisa direkatkan (Sumber: Getty Images. Under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan rumah tangga, tidak semua kisah cinta berjalan mulus. Ada kalanya badai menerpa, kehadiran orang ketiga mengusik, dan kepercayaan yang dulu kokoh perlahan runtuh. Retaknya hubungan suami istri bukan akhir dari segalanya. Justru bisa menjadi titik balik untuk membangun kembali pondasi cinta dengan lebih dewasa dan penuh kesadaran. Kunci utamanya: niat bersama untuk berubah dan kembali menyatu, bukan hanya demi diri sendiri, tapi demi kebaikan bersama, terutama jika ada anak-anak yang menjadi saksi.
ADVERTISEMENT
Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa rumah tangga adalah tempat latihan jiwa, tempat suami dan istri sama-sama mengasah sabar, menahan amarah, dan menumbuhkan kasih. Ketika ada luka karena perselingkuhan atau kehadiran orang ketiga, Islam mengajarkan bukan hanya soal menghukum, tapi juga memberi ruang untuk taubat, perbaikan, dan rekonsiliasi, selama keduanya masih punya niat baik. Menutup pintu maaf bisa memperpanjang luka, sementara memberi kesempatan sering kali melahirkan keajaiban.
Psikolog keluarga John Gottman menemukan bahwa pasangan yang mampu melewati krisis berat justru sering menjadi lebih kuat, asalkan mereka memiliki tiga hal: keterbukaan komunikasi, keinginan untuk memahami emosi pasangan, dan komitmen untuk bersama memperbaiki relasi. Maka, pembicaraan yang jujur dan mendalam—bukan saling menyalahkan, tetapi mengungkapkan rasa sakit, kekecewaan, dan harapan—adalah awal yang sangat menentukan. Pasangan perlu ruang aman untuk menangis, marah, dan memaafkan.
ADVERTISEMENT
Dalam teori rebuilding trust dari Judith Herman, seorang ahli trauma, disebutkan bahwa kepercayaan yang rusak bisa dibangun kembali dengan tindakan konsisten dalam waktu yang lama. Pelaku pengkhianatan harus bersedia menunjukkan penyesalan nyata, bukan hanya dengan kata-kata, tapi melalui tindakan yang tulus, transparan, dan penuh kesabaran. Sementara yang disakiti perlu diberi ruang untuk memulihkan luka tanpa dipaksa cepat memaafkan.
Kembalinya keharmonisan bukan tentang melupakan yang sudah terjadi, tapi membangun ulang makna baru dari hubungan. Bila sebelumnya cinta dijalani dengan emosi muda yang labil, kini ia perlu dijalani dengan kematangan spiritual dan psikologis. Bisa jadi, peristiwa retak itu adalah panggilan untuk memperdalam iman, membangun komunikasi spiritual bersama, seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, atau saling mendoakan—aktivitas yang secara psikologis menguatkan ikatan batin.
ADVERTISEMENT
Tak kalah penting adalah melibatkan pihak ketiga yang bijak: konselor, ustaz, atau orang tua yang arif dan netral. Jangan libatkan yang hanya menambah luka. Dalam banyak kasus, pasangan justru bisa kembali bersatu setelah dibantu seseorang yang membuat keduanya bercermin dan mengingat kembali alasan mengapa dulu mereka memilih satu sama lain. Kadang, cinta yang lama tenggelam hanya perlu disentuh dengan sedikit cahaya dan keberanian untuk mengaku rapuh.
Proses memperbaiki hubungan adalah perjalanan panjang. Kadang satu pihak sudah lelah, sementara yang lain baru sadar. Tapi jika masih ada cinta yang tersisa dan ada ruang untuk saling mendengar, tidak ada kata terlambat. Kesembuhan tidak datang seketika, tapi selalu dimulai dari keputusan kecil: duduk berdua, bicara jujur, dan memulai dari nol, bersama.
ADVERTISEMENT
Maka jangan buru-buru menyerah. Cinta yang pernah membuat dua hati memilih setia bisa tumbuh kembali, bila disirami dengan doa, maaf, dan usaha keras. Retak bukan berarti pecah. Ia bisa jadi mozaik yang indah, jika dua hati masih bersedia menata ulang keping-kepingnya dengan cinta yang lebih matang.