Konten dari Pengguna

Dinamika Baru Politik Global di Era Trump

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral Unpak, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
26 Februari 2025 13:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasí: Pengaruh global Amerika Serikat (Sumber: Ferdinand Stöhr. Free to use under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasí: Pengaruh global Amerika Serikat (Sumber: Ferdinand Stöhr. Free to use under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengalami perubahan drastis di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Pendekatan multilateral yang selama ini menjadi ciri khas tatanan dunia pasca-Perang Dunia II mulai ditinggalkan, digantikan oleh model hubungan internasional yang lebih transaksional. Trump tampaknya melihat dunia sebagai arena persaingan antara negara-negara besar, di mana kekuatan dan negosiasi langsung lebih diutamakan ketimbang kerja sama dalam kerangka institusi global. Pandangan ini tercermin dalam berbagai kebijakan luar negerinya yang menekankan kepentingan nasional Amerika secara eksklusif, bahkan jika harus mengabaikan kesepakatan yang telah dibangun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana artikel berjudul "Trump’s new world order is taking shape", ditulis oleh Ishaan Tharoor pada 26 Februari 2025 di The Washington Post, pendekatan politik luar negeri Trump berorientasi pada kepemimpinan kuat dan kesepakatan bilateral, bukan pada aturan internasional atau lembaga multilateral. Ishaan Tharoor mengutip pernyataan Alex Younger, mantan kepala MI6 Inggris, yang menegaskan bahwa dunia tidak lagi ditentukan oleh aturan bersama, tetapi oleh keputusan para pemimpin otoriter yang lebih mengandalkan kekuatan dan pengaruh langsung. Gaya kepemimpinan seperti ini bukan hanya menjadi ciri khas Trump, tetapi juga Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. Pendekatan ini mencerminkan pergeseran dari tatanan dunia berbasis norma ke politik kekuasaan yang lebih eksplisit.
ADVERTISEMENT
Trump style dalam politik luar negeri menekankan pragmatisme, konfrontasi, dan negosiasi berbasis kepentingan langsung. Alih-alih mempertahankan peran AS sebagai pemimpin sistem internasional yang berbasis aturan, Trump cenderung membangun hubungan dengan negara lain berdasarkan manfaat jangka pendek bagi AS. Ini terlihat dalam kebijakannya terhadap NATO, perang dagang dengan China, serta pendekatannya dalam menghadapi Iran dan Korea Utara. Prinsip dasar dari gaya ini adalah bahwa setiap negara harus memperjuangkan kepentingannya sendiri tanpa bergantung pada mekanisme global.
Implikasi dari pendekatan ini bagi hubungan internasional sangat kompleks. Secara positif, pendekatan Trump dapat menciptakan dinamika baru dalam diplomasi global, mendorong negara-negara untuk lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada AS. Namun, di sisi lain, melemahnya peran lembaga internasional dapat meningkatkan ketidakpastian geopolitik, memperbesar risiko konflik, dan mengurangi efektivitas kerja sama dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan keamanan internasional. Dunia yang semakin didominasi oleh kepemimpinan kuat tanpa aturan yang jelas berpotensi memicu instabilitas yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Bagi Indonesia, perubahan ini memberikan tantangan sekaligus peluang dalam politik luar negeri. Dengan tatanan global yang semakin kompetitif dan kurang mengandalkan aturan multilateral, Indonesia perlu lebih proaktif dalam menentukan sikap dan membangun strategi diplomasi yang fleksibel. Hubungan bilateral dengan negara-negara besar harus dikelola secara cermat agar tetap menguntungkan tanpa terjebak dalam rivalitas kekuatan global. Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan peran sebagai pemimpin di kawasan ASEAN untuk menjaga stabilitas dan memperkuat posisi dalam percaturan politik internasional.
Pembelajaran penting dari fenomena Trump adalah bahwa politik luar negeri harus mampu beradaptasi dengan dinamika global yang terus berubah. Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada mekanisme lama, tetapi harus lebih kreatif dalam membangun aliansi dan memperkuat diplomasi ekonomi serta politik. Selain itu, memperkuat kapabilitas pertahanan dan kemandirian ekonomi menjadi langkah strategis untuk menghadapi ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
Dunia yang semakin dipengaruhi oleh kepemimpinan kuat dan politik transaksional menuntut Indonesia untuk lebih cermat dalam membaca arah kebijakan global. Adaptasi, fleksibilitas, dan kemandirian menjadi kunci bagi Indonesia untuk tetap relevan dan berdaya saing dalam dinamika politik internasional yang semakin kompleks.