Konten dari Pengguna

Dinamika Managemen dan Politik Dagang Kanada-AS: Pelajaran bagi Indonesia

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral Unpak, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
10 Februari 2025 15:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menarik, artikel berjudul "Canada to Trump: We’re not angry. We’re disappointed", diterbitkan pada 10 Februari 2025 oleh The Washington Post, ditulis oleh Ishaan Tharoor, membahas respons Kanada terhadap kebijakan proteksionis Presiden Donald Trump yang mengancam tarif 25 persen terhadap barang-barang dari Meksiko dan Kanada. Artikel ini menggambarkan bagaimana Kanada, sebagai mitra dagang utama Amerika Serikat, menghadapi tekanan politik dan ekonomi dari kebijakan luar negeri AS yang agresif. Meskipun ancaman tarif tersebut ditangguhkan selama 30 hari setelah pembicaraan dengan pemimpin Kanada dan Meksiko, artikel ini menyoroti bagaimana hubungan kedua negara mengalami perubahan mendasar, di mana Kanada mulai melihat bahwa aturan main dalam hubungan dagang dengan AS tidak lagi sama seperti sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif manajemen politik dagang, respons Kanada mencerminkan strategi negosiasi yang realistis dan berbasis kepentingan nasional. Alih-alih langsung mengambil sikap konfrontatif terhadap Trump, Kanada memilih pendekatan diplomasi yang tetap mempertahankan hubungan baik tetapi juga menunjukkan kekecewaan dan kewaspadaan terhadap perubahan kebijakan AS. Ini adalah bentuk adaptasi dalam manajemen risiko ekonomi di tengah ketidakpastian geopolitik. Kanada memahami bahwa ketergantungan penuh pada pasar AS bisa menjadi kelemahan, sehingga perlu adanya diversifikasi mitra dagang untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis Amerika.
Kebijakan Trump yang cenderung mengutamakan kepentingan domestik dengan pendekatan negosiasi yang keras juga menjadi cerminan dari tren proteksionisme yang semakin menguat di berbagai negara besar. Bagi Kanada, kebijakan ini menjadi pengingat bahwa dalam politik dagang global, tidak ada aliansi yang benar-benar stabil ketika kepentingan ekonomi domestik suatu negara mulai terganggu. Oleh karena itu, negara-negara yang selama ini mengandalkan perdagangan dengan Amerika Serikat perlu menyiapkan strategi mitigasi risiko, seperti meningkatkan kerja sama dengan blok perdagangan lain atau memperkuat daya saing industri domestik.
ADVERTISEMENT
Bagi Indonesia, ada beberapa pembelajaran penting dari dinamika hubungan Kanada-AS ini. Pertama, ketergantungan yang terlalu besar pada satu mitra dagang dapat menjadi titik lemah dalam ekonomi nasional. Indonesia perlu memastikan bahwa kebijakan ekspor dan impor tidak hanya bergantung pada negara tertentu, tetapi juga terdiversifikasi ke berbagai pasar global, termasuk Asia, Eropa, dan Afrika. Dengan begitu, tekanan politik dari satu negara tidak akan terlalu berdampak besar terhadap perekonomian nasional.
Kedua, strategi negosiasi dalam menghadapi mitra dagang yang lebih dominan harus dilakukan dengan keseimbangan antara diplomasi dan ketegasan. Kanada menunjukkan bahwa meskipun tetap menjaga hubungan baik dengan AS, mereka tidak serta-merta tunduk pada tekanan. Indonesia dapat menerapkan pendekatan serupa dalam menghadapi kebijakan dagang negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China. Memiliki posisi tawar yang kuat sangat penting agar Indonesia tidak sekadar menjadi penerima kebijakan global, tetapi juga memiliki pengaruh dalam menentukan arah kebijakan perdagangan internasional.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Indonesia perlu memperkuat strategi industrialisasi dan kemandirian ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada dinamika politik global. Kanada menyadari bahwa ketergantungannya pada AS bisa menjadi ancaman, sehingga kemungkinan besar mereka akan lebih mendorong investasi domestik dan memperluas perdagangan dengan negara-negara lain. Indonesia juga harus memiliki visi serupa dengan memperkuat sektor manufaktur, pertanian, dan teknologi agar tidak terlalu bergantung pada kebijakan luar negeri negara-negara besar.
Keempat, transparansi dan prediktabilitas dalam kebijakan perdagangan sangat penting untuk menciptakan stabilitas ekonomi. Kanada mengalami ketidakpastian akibat ancaman tarif Trump yang tiba-tiba, yang menunjukkan bagaimana kebijakan yang berubah-ubah dapat mengguncang pasar dan dunia usaha. Indonesia perlu memastikan bahwa regulasi perdagangan dan kebijakan ekonomi memiliki arah yang jelas, sehingga investor dan pelaku bisnis memiliki kepastian dalam mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Kasus Kanada dan Amerika Serikat ini menjadi contoh nyata bahwa dalam politik dagang global, kepentingan nasional selalu menjadi prioritas utama. Tidak ada negara yang benar-benar menjadi mitra tetap jika kebijakan ekonomi domestik mulai dirugikan. Oleh karena itu, Indonesia harus terus memperkuat posisinya di pasar global dengan kebijakan perdagangan yang adaptif, strategi negosiasi yang cerdas, dan diversifikasi ekonomi yang kuat agar tidak mudah terpengaruh oleh dinamika politik internasional yang tidak menentu.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memberikan sambutan pembuka pada sebuah konferensi ekonomi di Toronto (Foto: Katherine KY Cheng/Getty Images)