Konten dari Pengguna

Kepemimpinan Era Ketidakpastian: Dari Stabilitas ke Adaptabilitas

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
16 Maret 2025 11:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Leadership (Sumber: Hunters Race. Free to use under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Leadership (Sumber: Hunters Race. Free to use under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, buku pedoman kepemimpinan tradisional didasarkan pada prinsip stabilitas, kontrol, dan perubahan bertahap. Pemimpin di masa lalu membangun strategi jangka panjang yang mengandalkan prediktabilitas, hierarki yang kuat, dan pendekatan manajerial yang ketat. Namun, realitas dunia modern telah mengubah lanskap kepemimpinan secara drastis. Ketidakpastian yang meningkat akibat disrupsi teknologi, gejolak geopolitik, dan perubahan ekonomi global membuat pendekatan lama ini semakin usang dan tidak relevan.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan modern tidak lagi dapat bergantung pada struktur yang kaku dan aturan baku. Sebaliknya, adaptabilitas menjadi kunci utama. Pemimpin yang sukses harus mampu berpikir strategis dalam menghadapi situasi yang terus berubah serta memiliki keberanian untuk mengambil keputusan cepat berdasarkan informasi yang dinamis. Yang lebih penting, mereka harus mampu menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan—tantangan terbesar dalam eksekusi strategi bisnis maupun kebijakan publik.
Sebaliknya, kepemimpinan yang destruktif ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengelola perubahan, kegagalan dalam membaca dinamika pasar atau politik, serta kecenderungan untuk mempertahankan cara lama yang tidak lagi relevan. Pemimpin dengan pola pikir sempit dan otoriter sering kali terjebak dalam ilusi stabilitas, padahal mereka justru menciptakan stagnasi dan menutup peluang inovasi. Dampaknya dapat berakibat fatal, baik dalam dunia usaha, sosial, maupun pemerintahan, di mana organisasi menjadi tidak kompetitif, masyarakat kehilangan kepercayaan, dan negara mengalami krisis kepemimpinan.
ADVERTISEMENT
Sebagai alternatif, pendekatan kepemimpinan situasional dan transformatif telah terbukti lebih efektif dalam menghadapi era ketidakpastian. Kepemimpinan situasional menekankan fleksibilitas, menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan kebutuhan spesifik dalam suatu konteks. Di dunia bisnis, misalnya, CEO yang mampu beralih dari gaya kepemimpinan otoritatif ke kolaboratif dalam menghadapi krisis akan lebih mampu mempertahankan daya saing perusahaan.
Sementara itu, kepemimpinan transformatif mendorong perubahan mendasar dengan menginspirasi dan memotivasi orang-orang di sekitarnya. Pemimpin seperti Satya Nadella di Microsoft, yang berhasil mengubah budaya perusahaan dari kompetitif menjadi lebih kolaboratif dan inovatif, adalah contoh nyata bagaimana kepemimpinan transformatif dapat membawa perubahan besar. Dalam ranah sosial, pemimpin gerakan perubahan seperti Malala Yousafzai menunjukkan bagaimana visi dan inspirasi dapat menggerakkan massa untuk berjuang demi pendidikan perempuan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kenegaraan, Nelson Mandela adalah contoh pemimpin transformatif yang mampu mengubah sejarah dengan pendekatan inklusif dan rekonsiliatif. Di tengah ketidakpastian politik, ia tidak hanya memimpin dengan visi, tetapi juga menginspirasi persatuan dan perubahan sosial yang berkelanjutan. Kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan global saat ini—bukan sekadar manajer krisis, tetapi juga visioner yang mampu merancang masa depan.
Dunia tidak lagi bergerak dalam garis lurus yang mudah diprediksi. Kepemimpinan yang efektif saat ini bukan tentang mempertahankan status quo, melainkan tentang kesiapan menghadapi tantangan yang tidak terduga dengan strategi yang fleksibel dan eksekusi yang tangkas. Pemimpin yang ingin bertahan harus terus belajar, mengasah intuisi strategis, dan berani mengambil keputusan yang mungkin tidak populer tetapi diperlukan.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diulas dalam artikel Leadership in Uncertainty: Bridging Knowledge-Doing Gap with Resilience, Adaptability, penulis Rudolf Tjandra menegaskan bahwa ketahanan dan adaptabilitas adalah dua pilar utama dalam kepemimpinan masa kini. Pemimpin yang sukses bukanlah mereka yang sekadar memiliki visi, tetapi mereka yang mampu mengubah visi tersebut menjadi tindakan nyata.