Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menjalin Harmoni Orang Tua dan Anak dalam Islam
2 Maret 2025 16:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus konflik antara orang tua dan anak semakin banyak mencuat ke permukaan, bahkan ada yang berujung di meja pengadilan. Perselisihan ini tidak hanya terjadi karena faktor ekonomi atau warisan, tetapi juga akibat perbedaan pandangan, pola asuh, dan kurangnya pemahaman terhadap hak serta kewajiban masing-masing. Fenomena ini menunjukkan adanya krisis dalam hubungan keluarga yang seharusnya berlandaskan kasih sayang dan saling menghormati. Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan panduan tentang bagaimana hubungan antara orang tua dan anak seharusnya dibangun, baik dalam hal hak, kewajiban, maupun akhlak yang harus dijaga oleh kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Para ulama klasik dan modern sepakat bahwa hubungan orang tua dan anak harus didasarkan pada nilai-nilai kasih sayang, penghormatan, dan tanggung jawab. Imam al-Ghazali menekankan pentingnya pendidikan akhlak sejak dini, karena anak adalah amanah yang harus dibimbing dengan kelembutan dan keteladanan. Sementara itu, ulama kontemporer seperti Syekh Yusuf al-Qaradawi menyoroti pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak agar tercipta suasana saling memahami. Keseimbangan antara kasih sayang dan ketegasan dalam mendidik anak menjadi kunci utama agar tidak terjadi penyimpangan dalam hubungan keluarga.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya..." (QS. Al-Ahqaf: 15). Ayat ini menegaskan bahwa berbakti kepada orang tua adalah kewajiban utama seorang anak. Namun, Islam juga mengingatkan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab moral dalam mendidik anaknya dengan cara yang baik. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan akhlak yang baik" (HR. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa pendidikan akhlak merupakan investasi terbaik yang dapat diberikan orang tua kepada anaknya.
ADVERTISEMENT
Kisah para nabi memberikan banyak pelajaran berharga tentang hubungan ideal antara orang tua dan anak. Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, menjadi contoh keharmonisan dalam keluarga yang dibangun di atas keimanan dan ketaatan kepada Allah. Ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail tidak menolak, tetapi dengan penuh kepatuhan berkata, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. As-Saffat: 102). Ketaatan Nabi Ismail bukan karena paksaan, tetapi karena kepercayaan dan pendidikan yang diberikan oleh ayahnya sejak kecil.
Di sisi lain, Al-Qur’an juga menggambarkan hubungan yang bermasalah antara Nabi Nuh AS dan anaknya. Dalam QS. Hud ayat 42–43, diceritakan bagaimana anak Nabi Nuh menolak ajakan ayahnya untuk naik ke kapal dan justru memilih jalan yang berlawanan. Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun orang tua telah berusaha sebaik mungkin dalam mendidik anaknya, keputusan akhir tetap berada di tangan sang anak. Ini menjadi pelajaran bahwa orang tua harus berusaha memberikan yang terbaik, tetapi tidak selalu dapat mengontrol hasilnya.
ADVERTISEMENT
Akhlak dalam relasi orang tua dan anak memiliki nilai positif yang besar bagi kesuksesan keluarga. Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang dan penghormatan cenderung memiliki karakter yang lebih baik, lebih percaya diri, dan lebih bertanggung jawab. Orang tua yang memahami pentingnya mendidik anak dengan kesabaran dan kebijaksanaan juga akan memiliki hubungan yang lebih harmonis dengan anak-anak mereka. Sebaliknya, pola asuh yang otoriter atau terlalu permisif justru dapat menimbulkan konflik berkepanjangan dalam keluarga.
Dalam konteks sosial, keluarga yang harmonis akan menciptakan masyarakat yang lebih baik. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan akhlak yang baik dari orang tuanya cenderung menjadi individu yang lebih peduli terhadap sesama dan memiliki integritas tinggi. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang berperan besar dalam membangun peradaban yang berakhlak. Oleh karena itu, menanamkan nilai-nilai Islami dalam hubungan keluarga bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada tatanan sosial secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dalam membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, diperlukan keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak. Orang tua harus memahami bahwa anak bukanlah sekadar pelanjut keturunan, tetapi juga amanah yang harus dibimbing dengan penuh tanggung jawab. Di sisi lain, anak juga harus menyadari bahwa menghormati dan berbakti kepada orang tua adalah bagian dari perintah agama. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam hubungan keluarga, harmoni dan kebahagiaan dalam rumah tangga dapat terwujud, sehingga tercipta generasi yang lebih baik di masa depan.