Konten dari Pengguna

Mistisisme dalam Islam Indonesia: Akomodasi dan Tantangan

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
26 Februari 2025 11:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Islam di Indonesia (Sumber: Ochimax studio. Free to use under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Islam di Indonesia (Sumber: Ochimax studio. Free to use under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Mistisisme dalam Islam Indonesia telah menjadi bagian integral dari kehidupan keagamaan dan sosial masyarakat. Menurut Dr. Simuh dalam bukunya Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, mistisisme atau tasawuf adalah dimensi esoteris Islam yang menekankan pengalaman spiritual dan hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam konteks Indonesia, tasawuf berkembang melalui tarekat dan praktik spiritual yang berbaur dengan budaya lokal. Mistisisme ini tidak hanya sebatas praktik ibadah individu, tetapi juga berperan dalam membentuk struktur sosial keagamaan yang khas.
ADVERTISEMENT
Secara teoretis, mistisisme Islam memiliki fondasi yang kuat dalam ajaran Al-Qur’an dan hadis serta diperkuat oleh pemikiran para sufi besar. Harun Nasution dalam kajiannya menyoroti bahwa mistisisme Islam di Indonesia mengalami proses adaptasi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensinya. Kuntowijoyo menambahkan bahwa dimensi mistis dalam Islam Indonesia bukan hanya sebagai ekspresi keagamaan, tetapi juga sebagai mekanisme sosial yang menjaga stabilitas komunitas Muslim. Dalam konteks ini, tasawuf berfungsi sebagai jalan tengah antara ajaran normatif Islam dan realitas budaya yang telah mengakar di masyarakat.
Contoh konkret dari mistisisme Islam Indonesia dapat ditemukan dalam tradisi tarekat yang berkembang pesat, seperti Naqsyabandiyah, Qadiriyah, dan Syattariyah. Para pengikut tarekat menjalankan ritual wirid, dzikir, dan suluk sebagai sarana mencapai kedekatan spiritual dengan Tuhan. Selain tarekat, fenomena ritual keagamaan yang mengandung unsur mistis seperti riyadhah (latihan spiritual), semedi, dan tirakat juga umum ditemukan dalam praktik Islam masyarakat Indonesia. Keberadaan ritual-ritual ini menunjukkan bahwa mistisisme bukan sekadar warisan historis, tetapi tetap hidup dalam praktik keberagamaan kontemporer.
ADVERTISEMENT
Salah satu manifestasi mistisisme dalam Islam Indonesia adalah konsep kyai kasyaf, yaitu ulama yang diyakini memiliki kemampuan batiniah untuk melihat realitas yang tidak terjangkau oleh manusia biasa. Dalam tradisi pesantren, kisah kyai yang memiliki firasat tajam, mampu membaca pikiran, atau mengetahui peristiwa sebelum terjadi bukanlah hal asing. Fenomena ini sejalan dengan konsep karamah dalam Islam, yang merujuk pada keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Namun, dalam Islam, konsep ini tetap harus dipahami dalam kerangka tauhid agar tidak bergeser ke arah khurafat atau takhayul.
Dalam perspektif Islam modern, pandangan terhadap mistisisme mengalami pergeseran. Nurcholish Madjid menekankan bahwa aspek mistis dalam Islam tetap memiliki nilai positif selama tidak bertentangan dengan prinsip rasionalitas dan ajaran dasar Islam. Pemikir lain seperti Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melihat tasawuf sebagai elemen yang memperkaya spiritualitas Islam, tetapi menolak praktik mistik yang bertentangan dengan prinsip keadaban dan akal sehat. Kritik terhadap mistisisme juga muncul dari kalangan modernis yang menilai bahwa pengaruh tarekat dalam Islam Indonesia sering kali membuat umat cenderung pasif dan kurang kritis terhadap realitas sosial-politik.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang sosiologis, Clifford Geertz dalam studinya tentang Islam Jawa mengungkapkan bahwa mistisisme Islam berperan dalam membentuk struktur keberagamaan yang adaptif. Islam yang berbaur dengan unsur mistik memungkinkan penyebaran ajaran Islam secara lebih luas dan diterima oleh berbagai lapisan masyarakat tanpa mengalami benturan budaya yang tajam. Tradisi mistisisme juga memperkuat kohesi sosial dalam komunitas Muslim dengan menciptakan jaringan spiritual yang menghubungkan ulama, santri, dan masyarakat umum.
Islam Indonesia yang akomodatif terhadap mistisisme menunjukkan bahwa keberagamaan di Indonesia memiliki daya lentur dalam beradaptasi dengan konteks sosial dan budaya. Meskipun sering dikritik karena dianggap menjauhkan umat dari aspek rasionalitas, kenyataannya mistisisme tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi Muslim yang mencari pengalaman spiritual yang lebih dalam. Keberlanjutan tradisi mistik dalam Islam Indonesia membuktikan bahwa Islam tidak hanya berkembang dalam ranah hukum dan teologi, tetapi juga dalam dimensi spiritual yang kaya dan kompleks.
ADVERTISEMENT