Konten dari Pengguna

Paris: Kota Intelektual, Seni, dan Perlawanan

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
6 April 2025 13:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kampus Universitas Sorbonne Paris (Foto: Dok. Syaefunnur Maszah)
zoom-in-whitePerbesar
Kampus Universitas Sorbonne Paris (Foto: Dok. Syaefunnur Maszah)
ADVERTISEMENT
Paris telah lama menjadi simbol kebebasan berpikir, tempat bertemunya para intelektual, seniman, ilmuwan, dan pemimpin perubahan dari berbagai penjuru dunia. Sejak Abad Pencerahan, kota ini menjadi panggung utama perdebatan ideologi besar yang membentuk wajah dunia modern. Universitas Sorbonne, salah satu kampus tertua dan paling berpengaruh di Eropa, mencerminkan semangat akademik yang terus hidup dan berkembang. Tak heran, pemikir sekelas Ayatullah Khomeini pun pernah bermukim di Paris dalam pengasingannya, menjadikan kota ini sebagai pusat perlawanan intelektual terhadap otoritarianisme.
ADVERTISEMENT
Kebebasan akademik yang dijunjung tinggi di Paris menjadikannya rumah bagi ribuan mahasiswa internasional setiap tahunnya. Mereka datang bukan sekadar untuk meraih gelar, tetapi untuk menyelami tradisi pemikiran yang menempatkan rasionalitas, seni debat, dan kebebasan berekspresi sebagai nilai utama. Dari ruang kelas Sorbonne hingga diskusi terbuka di taman-taman publik, Paris adalah universitas hidup yang tak pernah berhenti mendidik.
Musée du Louvre, Paris, awalnya benteng dibangun tahun 1190 oleh Raja Philippe Auguste (Foto: Dok. Syaefunnur Maszah)
Selain menjadi kota intelektual, Paris juga merupakan altar seni dan budaya dunia. Museum Louvre, teater-teater klasik, hingga jalanan yang penuh pertunjukan seniman jalanan memperlihatkan bahwa seni bukan sekadar hiasan, melainkan denyut nadi kehidupan. Nilai estetika dijunjung tinggi dalam setiap aspek—dari arsitektur bangunan hingga cara masyarakatnya berpakaian dan berbicara. Seni dan budaya bukan diposisikan sebagai hiburan, tetapi sebagai ekspresi kebebasan dan martabat manusia.
ADVERTISEMENT
Paris juga dikenal sebagai pusat mode dunia. Kota ini bukan hanya tempat berkumpulnya rumah mode papan atas seperti Chanel, Dior, dan Louis Vuitton, tetapi juga laboratorium kreativitas tempat tren global lahir dan menyebar. Peragaan busana di Paris bukan sekadar pertunjukan kain, melainkan manifesto visual dari semangat zaman. Dunia memandang Paris sebagai kiblat gaya yang menggabungkan tradisi dan pembaruan dalam satu bahasa visual yang elegan.
Namun, kekuatan Paris tidak berhenti pada budaya dan pemikiran. Kota ini juga menjadi pusat teknologi dan kekuatan militer yang strategis dalam lanskap global. Berbagai riset sains dan inovasi teknologi dilahirkan dari universitas dan lembaga riset di kota ini. Paris memiliki peran penting dalam industri pertahanan dan kebijakan luar negeri Prancis, menjadikannya kota yang tak hanya indah dan cerdas, tetapi juga kuat.
ADVERTISEMENT
Pariwisata tetap menjadi salah satu pilar utama ekonomi Paris. Daya tarik sejarah, seni, dan atmosfer kosmopolit menjadikan kota ini tujuan yang tidak pernah sepi dari kunjungan. Namun lebih dari itu, Paris menjual pengalaman spiritual dan intelektual, sesuatu yang belum banyak ditawarkan oleh kota-kota lain di dunia. Wisatawan datang bukan hanya untuk melihat, tetapi untuk merasakan menjadi bagian dari cerita panjang peradaban.
Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya dapat belajar banyak dari Paris. Membangun kota bukan hanya soal infrastruktur, tetapi menciptakan ruang di mana kebebasan berpikir, seni, dan pendidikan dapat tumbuh subur. Kampus harus diposisikan sebagai jantung kota, dan mahasiswa sebagai motor perubahan, bukan sekadar pengisi bangku kuliah.
ADVERTISEMENT
Paris adalah contoh bagaimana sebuah kota dapat menjadi mercusuar peradaban—di mana ide dan imajinasi tidak dibatasi, melainkan dirayakan. Bila Indonesia ingin menghadirkan kota-kota yang hidup, cerdas, dan bermartabat, maka Paris bukan untuk ditiru bentuknya, tetapi untuk dicontoh semangatnya. Kota yang tidak hanya mengajarkan bagaimana hidup, tetapi juga mengapa hidup itu berarti.