news-card-video
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Reformasi Parpol dan Masa Depan Demokrasi Substantif

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
10 Maret 2025 15:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Demokrasi substantif untuk rakyat (Sumber: Fajar Grinanda. Free to use under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Demokrasi substantif untuk rakyat (Sumber: Fajar Grinanda. Free to use under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Partai politik memiliki peran krusial dalam mewujudkan demokrasi substantif di Indonesia. Sebagai pilar utama sistem demokrasi, parpol berfungsi sebagai saluran aspirasi rakyat, wahana pendidikan politik, serta penyaring kepentingan publik agar terwujud dalam kebijakan pemerintah. Namun, efektivitas peran ini sangat bergantung pada kualitas kaderisasi dan sistem rekrutmen yang diterapkan. Jika parpol mampu menghasilkan pemimpin berkualitas melalui proses yang transparan dan berbasis merit, demokrasi dapat berkembang dengan lebih sehat. Sebaliknya, jika parpol dikuasai oleh kepentingan sempit dan praktik oligarki, maka demokrasi hanya menjadi formalitas tanpa substansi.
ADVERTISEMENT
Fenomena politik dinasti yang semakin menguat di berbagai parpol menjadi tantangan serius bagi demokrasi di Indonesia. Kekuasaan politik yang diwariskan dalam lingkaran keluarga cenderung mengabaikan prinsip meritokrasi, yaitu kompetensi dan kapabilitas seharusnya menjadi faktor utama dalam seleksi kepemimpinan. Akibatnya, kader-kader potensial di luar lingkaran keluarga atau kelompok elite cenderung tersisihkan dan keputusan politik lebih didasarkan pada loyalitas personal ketimbang kepentingan publik. Dalam jangka panjang, politik dinasti dapat melemahkan regenerasi kepemimpinan yang sehat dan memperburuk citra parpol di mata masyarakat.
Vedi R. Hadiz dalam bukunya Islamic Populism in Indonesia and the Middle East menyoroti bagaimana praktik oligarki dalam politik Indonesia, termasuk dalam tubuh partai politik, telah menghambat lahirnya kepemimpinan yang berkualitas. Menurutnya, dominasi elite dalam parpol tidak hanya mempertahankan status quo, tetapi juga mempersempit ruang bagi munculnya pemimpin baru yang dapat membawa perubahan. Hal ini berdampak pada rendahnya inovasi dalam kebijakan publik dan meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem politik. Jika tren ini terus berlanjut, maka demokrasi Indonesia akan semakin kehilangan maknanya sebagai sarana untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
ADVERTISEMENT
Implikasi negatif dari politik dinasti dalam parpol tidak hanya terbatas pada menurunnya kualitas kepemimpinan, tetapi juga memperkuat praktik nepotisme dan korupsi. Ketika pemimpin partai lebih mengutamakan loyalitas keluarga atau kelompok dibandingkan kompetensi, maka kebijakan yang dihasilkan cenderung tidak berpihak pada kepentingan rakyat secara luas. Akibatnya, partisipasi politik masyarakat semakin menurun karena mereka merasa tidak memiliki akses yang adil dalam sistem politik. Jika dibiarkan tanpa perubahan, kondisi ini dapat semakin memperlemah legitimasi demokrasi dan menciptakan siklus kekuasaan yang eksklusif.
Sebagai perbandingan, beberapa negara maju telah membuktikan bahwa sistem merit dalam parpol mampu menghasilkan kepemimpinan yang lebih berkualitas. Di negara-negara seperti Jerman dan Kanada, meskipun masih terdapat politik dinasti dalam beberapa kasus, sistem politik yang transparan dan berorientasi pada kinerja tetap menjadi tolok ukur utama dalam rekrutmen kader. Hal ini memungkinkan munculnya pemimpin-pemimpin baru yang kompeten tanpa harus berasal dari keluarga politik. Dengan demikian, parpol tetap berfungsi sebagai institusi yang dinamis dan berorientasi pada kepentingan publik.
ADVERTISEMENT
Masa depan demokrasi Indonesia sangat bergantung pada keberanian parpol dalam mereformasi sistem kaderisasi mereka. Penerapan meritokrasi dalam seleksi kepemimpinan harus menjadi prioritas agar kader yang terpilih benar-benar memiliki kapasitas untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu, transparansi dalam proses seleksi dan pengambilan keputusan perlu diperkuat guna mengurangi dominasi elite yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Reformasi ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam parpol, tetapi juga memperkuat legitimasi demokrasi secara keseluruhan.
Langkah lain yang dapat diambil adalah mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses politik dengan memberikan ruang yang lebih luas bagi kader-kader muda dan profesional untuk berpartisipasi dalam kepemimpinan partai. Jika parpol mampu membuka akses yang lebih adil bagi semua kalangan, maka regenerasi kepemimpinan akan berjalan lebih sehat, dan kebijakan yang dihasilkan akan lebih mencerminkan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, kepercayaan publik terhadap sistem politik dapat kembali dibangun, dan demokrasi substantif dapat benar-benar terwujud.
ADVERTISEMENT
Reformasi parpol bukan sekadar kebutuhan, tetapi sebuah keharusan jika Indonesia ingin keluar dari jebakan oligarki politik dan membangun sistem demokrasi yang lebih inklusif. Dengan menerapkan sistem merit dalam kaderisasi dan menekan praktik politik dinasti, parpol dapat kembali menjalankan perannya sebagai pilar utama demokrasi. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional, tetapi juga memastikan bahwa demokrasi di Indonesia tetap relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.