Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Silaturahim: Merajut Jalinan Sosial yang Kuat
3 Maret 2025 9:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa dekade terakhir, masyarakat di berbagai belahan dunia mengalami keringnya relasi sosial, bahkan polarisasi yang semakin tajam. Teknologi yang seharusnya mendekatkan justru sering kali menjauhkan, karena interaksi lebih banyak terjadi di dunia maya daripada di kehidupan nyata. Perbedaan pandangan politik, ideologi, dan agama semakin memperlebar jarak, menyebabkan fragmentasi sosial yang memprihatinkan. Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam lingkup yang luas, tetapi juga merambah ke dalam keluarga dan lingkungan terdekat, melemahkan nilai-nilai kebersamaan yang dulu dijunjung tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, silaturahim memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai sarana memperkuat hubungan antarsesama. Ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin menekankan bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia adalah bagian dari akhlak yang mulia dan refleksi dari ketakwaan. Sementara itu, ulama modern seperti Yusuf Al-Qaradawi menegaskan bahwa silaturahim tidak hanya sebatas hubungan kekerabatan, tetapi juga meluas kepada masyarakat secara umum, termasuk membangun solidaritas lintas kelompok yang berbeda. Pandangan ini sejalan dengan kebutuhan zaman di mana manusia semakin individualistis dan sering terjebak dalam sekat-sekat sosial yang memisahkan mereka.
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk menjaga silaturahim. Dalam Surah An-Nisa ayat 1, Allah berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim." Hadis Nabi juga menguatkan pentingnya silaturahim. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa silaturahim bukan sekadar anjuran, tetapi memiliki konsekuensi nyata dalam kehidupan seseorang.
ADVERTISEMENT
Kisah Nabi Muhammad ﷺ dalam menjaga hubungan sosial menjadi teladan yang luar biasa. Salah satu peristiwa yang menggambarkan keutamaan silaturahim adalah saat beliau tetap menjalin hubungan baik dengan pamannya, Abu Talib, meskipun tidak memeluk Islam. Nabi juga menunjukkan akhlak mulia ketika menaklukkan Makkah, dengan memberi amnesti kepada mereka yang dahulu memusuhi dan menyakitinya. Sikap ini mencerminkan esensi silaturahim dalam Islam, yaitu membangun persaudaraan tanpa memandang perbedaan dan mengutamakan rekonsiliasi daripada permusuhan.
Silaturahim memiliki nilai positif yang luas bagi kehidupan individu maupun masyarakat. Dari sisi spiritual, menjaga silaturahim merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang akan mendatangkan berkah dalam kehidupan. Dari perspektif psikologis, hubungan sosial yang baik dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Sementara dari sisi sosial, silaturahim berperan dalam menciptakan keharmonisan, mengurangi konflik, dan membangun jaringan sosial yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Manfaat silaturahim juga terbukti dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia kerja, hubungan yang baik antarindividu dapat meningkatkan produktivitas dan membangun lingkungan yang lebih kondusif. Dalam kehidupan berbangsa, semangat silaturahim dapat meredam ketegangan politik dan sosial, menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis. Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, silaturahim menjadi salah satu solusi untuk membangun kembali kepercayaan dan persatuan.
Meskipun memiliki banyak keutamaan, silaturahim sering kali diabaikan dengan berbagai alasan. Kesibukan, egoisme, dan prasangka buruk menjadi penghalang utama yang merusak jalinan sosial. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk menghidupkan kembali budaya silaturahim, dimulai dari lingkup terkecil, seperti keluarga dan sahabat, hingga merambah ke komunitas yang lebih luas.
Islam telah memberikan panduan yang jelas bahwa silaturahim bukan hanya sekadar interaksi sosial, tetapi juga bentuk ibadah yang memiliki dampak besar dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di tengah tantangan sosial yang semakin kompleks, silaturahim dapat menjadi kunci untuk menyatukan kembali umat manusia dalam harmoni dan persaudaraan. Saatnya menjadikan silaturahim sebagai jembatan yang menghubungkan hati dan mempererat persaudaraan, agar masyarakat yang terfragmentasi dapat kembali menyatu dalam ikatan kebersamaan yang kokoh.
ADVERTISEMENT