Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Swiss: Negeri Hijau Menawan Hati Investor, Ramah Lingkungan & Wisatawan
6 April 2025 10:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Swiss, sebuah negara kecil di jantung Eropa, dikenal bukan hanya karena keindahan pegunungannya yang menakjubkan, tetapi juga karena sejarah panjangnya sebagai negara netral, demokratis, dan makmur. Sejak abad ke-13, Swiss berkembang dari konfederasi kota-kota kecil menjadi simbol stabilitas politik dan ekonomi. Dengan penduduk sekitar 9 juta jiwa dan komposisi multibahasa—Jerman, Prancis, Italia, dan Romansh—Swiss telah membuktikan bahwa keberagaman bukan penghalang, melainkan kekuatan. Ketika dunia bergolak, Swiss tetap damai, dan ketenangan ini menjadi magnet bagi para investor, wisatawan, dan penyelenggara forum internasional.
ADVERTISEMENT
Salah satu daya tarik utama Swiss adalah kemampuannya menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Kota-kota seperti Zurich, Geneva, dan Lausanne secara konsisten menempati peringkat teratas dunia sebagai kota hijau dan layak huni. Mereka memanfaatkan transportasi publik yang ramah lingkungan, infrastruktur energi terbarukan, serta kebijakan tata ruang yang memprioritaskan kualitas hidup. Di balik keindahan lanskapnya, terdapat tata kelola kota yang rapi dan berorientasi pada masa depan.
Bagi investor, Swiss adalah jantung finansial Eropa. Zurich menjadi rumah bagi bank-bank ternama dan perusahaan teknologi finansial (fintech) inovatif. Geneva, selain sebagai pusat diplomasi internasional, juga menjadi lokasi strategis bagi perusahaan multinasional. Perbankan Swiss sejak lama dikenal sebagai "preferred banking destination" dunia karena mengedepankan privasi, keamanan data, dan layanan kelas atas bagi klien global. Investasi langsung asing di Swiss tidak hanya tumbuh karena stabilitas hukum dan pajak yang kompetitif, tetapi juga karena kualitas sumber daya manusia yang tinggi dan lingkungan bisnis yang ramah terhadap inovasi.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pariwisata, Swiss tak pernah kehilangan pesonanya. Dari Interlaken hingga Zermatt, dari Danau Geneva hingga Titlis, negeri ini menyajikan pemandangan yang seolah tak pernah habis untuk dieksplorasi. Pariwisata di Swiss tidak hanya menjual panorama, tetapi juga pengalaman hidup yang berkualitas—udara bersih, pelayanan publik yang efisien, dan keamanan yang tinggi. Kota-kota Swiss juga kerap menjadi tuan rumah berbagai event internasional, mulai dari World Economic Forum di Davos hingga kongres kesehatan dan perubahan iklim yang melibatkan pemimpin dunia.
Ada banyak hal yang bisa dipelajari oleh Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. Pertama, perencanaan tata ruang yang berorientasi pada manusia, bukan kendaraan. Swiss menempatkan pejalan kaki, pengguna sepeda, dan transportasi umum sebagai prioritas utama. Di Jakarta, pembelajaran ini dapat diwujudkan melalui pembangunan ruang terbuka hijau dan sistem transportasi multimoda yang lebih ramah lingkungan. Surabaya, yang tengah giat memperluas taman kota dan memperbaiki sistem drainase, bisa memperkuat transformasi ini dengan meniru pendekatan ekourban Swiss yang terintegrasi.
ADVERTISEMENT
Kedua, di Bandung yang dikenal sebagai kota kreatif, inspirasi bisa diambil dari Lausanne yang sukses menyinergikan inovasi teknologi, seni, dan edukasi dalam satu ekosistem. Pemerintah Swiss secara aktif mendukung startup dan kolaborasi riset antara universitas dan industri, menjadikannya salah satu ekosistem inovasi terbaik di dunia. Bandung, dengan basis akademisnya yang kuat, berpotensi menjadi versi tropis Lausanne jika tata kelola urban dan kolaborasi lintas sektor terus diperkuat.
Ketiga, untuk Bali, pelajaran paling relevan adalah pengelolaan pariwisata berbasis keberlanjutan. Swiss tidak menjual mass tourism, melainkan curated experience yang berbasis pada keaslian dan keberlanjutan. Bali bisa mengurangi ketergantungan pada pariwisata massal dengan membangun daya tarik berbasis budaya dan ekowisata, serta memperkuat kualitas pelayanan dan pelestarian lingkungan. Pemerintah daerah dapat meniru sistem sertifikasi wisata ramah lingkungan ala Swiss yang mengedepankan standar tinggi dan tanggung jawab sosial.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, daya tarik Swiss bukan semata karena bentang alamnya, melainkan karena keberhasilan mereka dalam membangun sistem. Keindahan Swiss adalah hasil dari desain yang terencana, komitmen terhadap lingkungan, dan budaya hidup yang menghargai keteraturan. Di era perubahan iklim dan urbanisasi yang makin kompleks, Swiss menawarkan pelajaran berharga: bahwa kemajuan dan keberlanjutan bukan dua kutub yang berseberangan, tetapi bisa berjalan beriringan jika ada visi, regulasi, dan partisipasi publik yang kuat.