Konten dari Pengguna

Tasawuf sebagai Fondasi Budaya dan Politik di Indonesia

Syaefunnur Maszah
Sedang riset IM Doktoral Unpak, Sekretaris Jenderal Parsindo, & Wakil Ketua DPC Peradi.
20 Februari 2025 17:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaefunnur Maszah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Tasawuf (Sumber: Masjid Pogung Dalangan, Free to use under the Unsplash License)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Tasawuf (Sumber: Masjid Pogung Dalangan, Free to use under the Unsplash License)
ADVERTISEMENT
Tasawuf telah menjadi bagian integral dari perkembangan Islam di Indonesia, mempengaruhi pola pikir, nilai-nilai sosial, serta etika dalam kehidupan berbudaya dan bernegara. Menurut Annemarie Schimmel, seorang ahli studi Islam, tasawuf adalah dimensi esoteris Islam yang menekankan pengalaman spiritual dan hubungan langsung dengan Tuhan melalui penyucian diri. Sementara itu, Fazlur Rahman menyebut tasawuf sebagai jalan untuk menginternalisasi ajaran Islam secara mendalam, melampaui pemahaman tekstual menuju praktik kehidupan yang lebih holistik. Hamka dalam "Tasawuf Modern" menegaskan bahwa tasawuf bukan hanya aspek spiritual individu, tetapi juga memiliki dampak sosial yang luas dalam membentuk peradaban yang berlandaskan moralitas tinggi. Dengan akar yang kuat dalam sejarah Islam Nusantara, tasawuf tidak hanya membentuk pribadi Muslim yang saleh, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap harmoni sosial dan tata kelola negara.
ADVERTISEMENT
Secara etimologis, tasawuf berasal dari kata "ṣūf" yang berarti wol, merujuk pada kesederhanaan hidup yang dijalani para sufi. Dalam terminologi keislaman, tasawuf adalah pendekatan spiritual yang menekankan kesadaran ketuhanan dan pemurnian jiwa. Al-Ghazali dalam "Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn" menegaskan bahwa tasawuf adalah jalan menuju kebijaksanaan dan ketenangan jiwa melalui zuhud, ikhlas, dan mahabbah (cinta kepada Tuhan). Dalam konteks budaya dan negara, tasawuf berperan dalam membentuk karakter masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai etika, kesabaran, dan toleransi, yang menjadi modal utama dalam kehidupan berbangsa. Hamka dalam "Tasawuf Modern" menekankan bahwa nilai-nilai tasawuf dapat membentuk pribadi yang tenang, tidak mudah terprovokasi, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Pengaruh tasawuf dalam budaya Indonesia terlihat dalam tradisi lokal yang mengandung unsur spiritualisme Islam, seperti tembang macapat di Jawa yang sarat dengan nilai-nilai sufistik. Syair-syair Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, misalnya, tidak hanya menjadi medium dakwah Islam tetapi juga menyampaikan ajaran moralitas dan kebijaksanaan. Seni tari seperti Saman di Aceh dan tradisi Barzanji di berbagai daerah juga mencerminkan ajaran tasawuf yang menekankan keselarasan antara jiwa dan ekspresi budaya. Nilai-nilai ini membentuk pola pikir masyarakat yang lebih inklusif, terbuka terhadap perbedaan, dan mengutamakan harmoni sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan bernegara, tasawuf turut mempengaruhi konsep kepemimpinan yang menekankan keseimbangan antara otoritas dan etika. Sultan Agung dari Mataram, misalnya, menerapkan prinsip kepemimpinan berbasis tasawuf yang mengedepankan kesederhanaan, kebijaksanaan, dan keadilan. Konsep kepemimpinan ini juga terlihat dalam peran Wali Songo dalam membentuk tatanan sosial yang harmonis, di mana pendekatan sufistik digunakan untuk membangun kesadaran kolektif dalam menjaga persatuan dan kemaslahatan umat. Dalam konteks kontemporer, nilai-nilai tasawuf dapat menjadi pedoman bagi pejabat publik agar tidak terjebak dalam materialisme dan praktik politik yang transaksional.
Kontribusi positif tasawuf terhadap budaya dan negara juga dapat dilihat dalam peran pesantren-pesantren tradisional yang mengajarkan akhlak dan budi pekerti. Pesantren seperti Darul Ulum di Jombang dan Suryalaya di Tasikmalaya mengajarkan tasawuf sebagai bagian dari kurikulum, membentuk generasi yang memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kedalaman spiritual. Hamka menekankan bahwa manusia yang memiliki dimensi tasawuf dalam dirinya akan mampu menjadi pemimpin yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, bukan sekadar kekuasaan. Dengan demikian, tasawuf menjadi faktor penting dalam membangun karakter bangsa yang berlandaskan kesadaran moral dan sosial yang kuat.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam perkembangan modern, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan esensi tasawuf dalam kehidupan yang semakin materialistik. Globalisasi sering kali membawa arus pemikiran yang menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai spiritual, sehingga revitalisasi tasawuf dalam ranah pendidikan dan sosial menjadi kebutuhan mendesak. Tasawuf dapat menjadi jawaban atas problematika sosial seperti individualisme yang ekstrem, ketimpangan ekonomi, serta krisis etika dalam politik dan pemerintahan.
Tasawuf bukan sekadar praktik individual, tetapi memiliki implikasi luas dalam kehidupan berbudaya dan bernegara. Melalui ajaran tentang kesederhanaan, toleransi, dan kasih sayang, tasawuf dapat menjadi pilar dalam membangun masyarakat yang harmonis dan pemerintahan yang berorientasi pada kemaslahatan rakyat. Dengan menggali kembali khazanah tasawuf dalam konteks modern, Indonesia dapat terus menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi keberadaban dan persatuan nasional.
ADVERTISEMENT