Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Harmonisasi Sains Dan Agama Dalam Menyikapi Permasalahan Sampah Dan Limbah
14 Mei 2025 12:51 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syafika Naila Khoirunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Permasalahan limbah maupun sampah merupakah salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh banyak kota di Indonesia, termasuk Pekalongan. Tidak hanya sampah plastik, akan tetapi juga sampah kain, kaca, kertas, logam dan lain sebagainya. Masalah sampah merupakan tantangan serius yang semakin mendesak untuk diatasi, mengingat dampak negatif yang ditimbulkan sangat besar. Dengan meningkatnya volume sampah dari berbagai sumber, termasuk limbah rumah tangga, industri, dan komersial menjadikan volume sampah yang dihasilkan semakin bertambah, tidak hanya mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat tetapi juga ekosistem.
ADVERTISEMENT
Sains memberikan pemahaman tentang bagaimana cara pengelolaan sampah maupun limbah dengan baik, teknologi daur ulang yang menghasikan biogas dan dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, serta inovasi dalam pengurangan penggunaan plastik. Dengan menerapkan ilmu pengetahuan, Masyarakat dapat mengembangkan strategi pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Di sisi lain, agama juga menekankan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari ibadah dan tanggung jawab sosial. Dengan mengintegrasikan kedua pendekatan ini, masyarakat dapat mengembangkan strategi yang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga sejalan dengan nilai-nilai spiritual dan sosial.
Masalah sampah dan limbah adalah tanggung jawab pemerintah, akan tetapi harus ada campur tangan dari seluruh elemen masyarakat. Banyak dari masyarakat memilih profesi sebagai pengrajin tekstil, melalui proses panjang mereka mengolah kain mori menjadi berbagai barang jadi seperti baju, kemeja, sprei, taplak meja dan lain sebagainya. Hal ini tentunya meninggalkan sisa-sisa limbah seperti limbah kain perca. Kain perca adalah sisa atau potongan kain yang biasanya dihasilkan dari proses pemotongan dan pembuatan pakaian atau produk tekstil lainnya. Tidak sedikit yang mengira kain perca hanyalah sisa kain yang tak terpakai dan tidak memiliki manfaat. Akan tetapi seiring berkembangnya IPTEK, limbah kain perca yang semula menumpuk dan hanya dianggap sampah kini dapat diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual yang tinggi. Mengingat, jika dibiarkan bertumpuk tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah, meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, serta menciptakan budaya peduli lingkungan yang berlandaskan pada ajaran agama. Dalam menghadapi tantangan ini, harmonisasi antara sains dan agama menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan holistik.
Seiring dengankemajuan ilmu pengetahuan di era teknologi seperti saat ini, sains juga memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pengelolaan sampah. Penelitian dalam mendaur ulang sampah, mengurangi limbah, dan inovasi baru dalam pengolahan sampah telah menghasilkan pengetahuan yang dapat mengajarkan kita memandang dan menangani sampah maupun limbah yang tak terpakai menjadi barang_barang terpakai yang memiliki nilai jual. Melalui penelitian dan inovasi, sains memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan limbah yang efektif dan efisien. Misalnya, teknologi pemilahan sampah yang efisien memungkinkan pengelolaan yang lebih baik antara limbah organik, anorganik, dan berbahaya. Inovasi dalam mendaur ulang limbah, seperti pemanfaatan kembali sisa kain yang tak terpakai juga dapat meminimalisir terjadinya penumpukan limbah tak terpakai. Selain itu, sains juga mengembangkan teknik pengolahan limbah yang ramah lingkungan. Dengan demikian, sains tidak hanya fokus pada pengelolaan, tetapi juga pada pengurangan dan pemanfaatan kembali sampah.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi sains tidak dapat berdiri sendiri, agama memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan. Dalam Islam, terdapat prinsip "Khalifah" yang menekankan manusia untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam. Selain itu, dalam sebuah hadis yang berbunyi اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ juga dijelaskan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga bumi dari kerusakan.
Contoh integrasi dari harmonisasi sains dan agama dalam menyikapi permasalahan sampah yaitu dapat dilihat Di Pekalongan, banyak wiraswasta yang menjalankan usaha dengan memanfaatkan limbah kain perca menjadi barang yang memiliki nilai jual. Inovasi ini muncul akibat melihat limbah kain perca yang banyak tidak digunakan dan hanya dibakar atau dibuang begitu saja. Melalui proses panjang mereka mengolah kembali limbah kain perca menjadi barang unik seperti baju, tas, dompet, keset dan lain sebagainya. Tentunya ini dapat mengurangi jumlah sampah yang tak terpakai serta tetap menjaga kelestarian lingkungan. Limbah kain perca yang dibakar maupun dibiarkan begitu saja akan menimbulkan dampak negatif seperti polusi lingkungan, membahayakan satwa, dampak estetika dan bahkan resiko kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Harmonisasi antara sains dan agama dalam menyikapi permasalahan sampah maupun limbah merupakan salah satu langkah penting menuju solusi yang berkelanjutan. Dengan memadukan pengetahuan ilmiah danajaran agama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Melalui harmonisasi ini, Pekalongan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menghadapi masalah limbah terutama limbah kain perca yang setiap harinya mengalami peningkatan agar dapat didaur ulang secara efektif dan berkelanjutan, demi kesejahteraan generasi mendatang.
Syafika Naila Khoirunnisa, Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan