Konten dari Pengguna

Dilema Generasi Muda Saat Ini: KPR atau Menabung Dulu?

Syafina Najha
Seorang mahasiswi S1 Ekonomi Islam Universitas Airlangga
16 Juni 2024 13:21 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafina Najha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rumah, Kunci, Uang Kertas (Sumber: pixabay/kalhh)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rumah, Kunci, Uang Kertas (Sumber: pixabay/kalhh)
ADVERTISEMENT
Dilema Generasi Muda Saat Ini: KPR atau Menabung Dulu?
Ilustrasi Surat Rumah dan Kuncinya (Sumber: Pixabay/OleksandrPidvalnyi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Surat Rumah dan Kuncinya (Sumber: Pixabay/OleksandrPidvalnyi)
Harga tanah dan bangunan semakin tinggi tiap tahunnya. Rumah atau tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar pada tiap keluarga, bukan lagi sekadar tempat berlindung dari cuaca dan tempat istirahat setelah bekerja. Lahan di lokasi strategis makin menipis. Di kota-kota besar yang terus tumbuh dan berkembang, pentingnya rumah tidak hanya mencakup aspek tempat tinggal, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini perlu diperhitungkan, terutama oleh generasi muda. Berburu rumah bukan hal yang mudah. Pembelian rumah merupakan keputusan finansial yang penting. Butuh perencanaan dan pertimbangan yang matang.
ADVERTISEMENT
KPR telah lama menjadi pilihan yang diminati banyak orang untuk memiliki rumah impian mereka tanpa perlu menunggu bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang secara penuh. Berdasarkan Survei Bank Indonesia pada Senin (19/2/2024) yaitu hampir 76% (75,89%) responden memilih untuk mengambil KPR untuk pembiayaan rumah. Disusul 17,24% responden yang memilih pembayaran tunai bertahap, dan yang memilih opsi pembayaran secara tunai hanya 6,73 responden. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat lebih memilih pembiayaan rumah melalui KPR. Namun, apakah KPR lebih efektif dibandingkan menabung untuk membayar rumah secara tunai?
Apa sih KPR itu?
Dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Berdasarkan skema pembiayaan, KPR dibagi menjadi dua jenis, yaitu KPR Subsidi (diperuntukkan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dan juga KPR Non Subsidi/Komersial (diperuntukkan bagi seluruh masyarakat). KPR adalah solusi yang umum digunakan untuk membeli rumah karena memungkinkan pembeli untuk mencicil pembayaran rumah daripada membayar penuh di awal.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan pembayaran tunai?
Pengambilan keputusan untuk beli rumah secara KPR maupun menabung untuk pembayaran secara tunai memerlukan pemikiran yang matang. Setiap pilihan pasti ada pro dan kontra nya. Mari kita jelajahi bagaimana kekurangan dan kelebihan pembelian rumah dengan KPR dan menabung untuk pembayaran tunai agar dapat menjadi pertimbangan untuk memutuskan membeli rumah.
Kelebihan KPR
Pertama, membeli rumah dengan KPR memungkinkan seseorang mendapatkan rumah lebih cepat tanpa menunggu dan menabung lama.
Dengan KPR, seseorang bisa langsung menempati rumah yang diinginkan sambil membayar cicilan. Akibatnya, biaya bulanan KPR biasanya lebih rendah dibandingkan menabung sambil menyewa serta tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang tunai secara penuh. Harga rumah sudah keburu melambung tinggi.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, pembayarannya fleksibel
Kebanyakan KPR menawarkan berbagai pilihan pembayaran. Cicilan dengan waktu yang panjang dapat mengakibatkan pembayaran per bulannya lebih terjangkau. Hal ini dapat dipertimbangkan jika mempunyai pendapatan per bulannya yang cukup sehingga dana lainnya dapat dialokasikan kepada biaya lainnya, seperti investasi.
Ketiga, pasti legal dan terpercaya
Pembayaran dengan KPR yang dibantu oleh bank pastinya sudah dijamin aman sertifikatnya. Bank tidak mungkin mengambil risiko bekerja sama dengan pihak-pihak yang merugikan.
Kekurangan KPR
Setiap ada kelebihan, tentu saja ada kekurangan. Berikut kekurangan pembelian melalui KPR agar dapat dipertimbangkan dengan bijak sebelum memilih.
Pertama, adanya bunga dan cicilan bisa membuat total biaya lebih tinggi
Dalam memilih opsi KPR tentu saja terkait dengan adanya bunga dan cicilan. Cicilan ini harus dibayar selama jangka waktu 10-20 tahun. Tentu saja dengan bunga yang disepakati. Dikutip dari Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Kredit Pemilikan Rumah (KPR), berdasarkan jenis Suku Bunga nya, perhitungan cicilan KPR terdapat beberapa macam. Bunga Floating (tetap/fluktuatif dan berubah dalam jangka waktu tertentu), Bunga Fixed (sama dalam jangka waktu tertentu), Bunga Cap (terbatas sesuai dengan perkembangan perekonomian namun pihak bank tetap membatasinya), dan juga Bunga Fix dan Cap (hybrid, penerapan suku bunga gabungan, berbeda tiap jangka waktu tertentu).
ADVERTISEMENT
Jenis Suku Bunga Floating agak berisiko dan mengikuti perkembangan tingkat BI rate. Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) (24/04/2024) dikutip dari Bank Indonesia, diputuskan bahwa suku bunga acuan atau BI rate naik menjadi 6,25%, level tertinggi dari 7 tahun terakhir ini. Kenaikan suku bunga acuan ini tentu saja berdampak pada masyarakat yang mempunyai beban cicilan KPR. Perbankan akan menaikan besaran tingkat bunga yang akan dibebankan kepada nasabah.
Nah, kalau harga tunai rumah yang dibeli 300 juta rupiah, maka harga total dari seluruh cicilan dan bunga bisa mencapai dua hingga tiga kali lipatnya.
Kedua, beware of Kredit Macet!
Non Performing Loan (NPL) atau Kredit Macet adalah situasi di mana ketika perusahaan atau individu tidak mampu membayar cicilan untuk melunasi utangnya. Tren rasio kredit bermasalah KPR di Indonesia memburuk. Kondisinya per Desember 2023, dilansir dari data OJK dan Bank Indonesia (BI) lebih buruk dari masa pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Menurut data yang dirilis oleh OJK, tingkat kredit macet (NPL) di sektor properti mencapai 2,4%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 2,1%. Selain itu, pada akhir tahun 2020 dan 2021, tingkat NPL tersebut masing-masing sebesar 2,3% dan 2,2%. Sementara itu, data dari Bank Indonesia (BI) per Januari 2024 menunjukkan bahwa tingkat NPL di sektor properti mencapai 2,63%, mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang berada di angka 2,47%. Bahkan, tingkat NPL pada Januari 2024 juga lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 2,46%.
Salah satu risiko saat mengambil kredit adalah menunggaknya cicilan ketika tidak mampu membayar. Sanksi yang diberikan adalah terkena denda dan status kreditnya berubah menjadi “Kredit Kurang Lancar”, “Kredit yang Diragukan”, dan terakhir “Kredit Macet”. Setelah itu akan ditagih debt collector hingga rumah yang dicicil dapat disita oleh pihak. Maka dari itu, ketika mengambil cicilan KPR rumah yang jangka waktunya lama tapi keuangan belum stabil, sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu. Pastikan sudah mengukur kemampuan finansial juga menyiapkan dana darurat untuk menghadapi kejadian yang tidak terduga.
ADVERTISEMENT
Ketiga, tempat tinggal belum tetap
Rumah tidak bisa dipindahkan ke tempat lain begitu saja. Jika sedang mencicil KPR selama 20 tahun, namun 5 tahun pertama menempati sudah “dipaksa” pindah entah apapun alasannya (sosial, pekerjaan, ekonomi, dll). Lantas bagaimana?
Keempat, kegusaran hati
Ketika tiap bulannya dilanda pikiran tentang cicilan rumah yang belum selesai selama bertahun-tahun, maka hati tidak dapat tenang. Ada hutang/cicilan rumah, ada biaya kebutuhan sehari-hari, ada biaya kebutuhan di masa mendatang, dsb. yang harus diperhatikan dengan baik.
Nah, setelah menyimak pro dan kontra KPR di atas, bagaimana dengan pro dan kontra menabung untuk pembayaran tunai?
Ilustrasi Uang dalam Tabung (Menabung) (Sumber: Pixabay/stevepb)
Kelebihan Menabung untuk Tunai
Pertama, pastinya bebas hutang dong!
Membayar tunai berarti bebas dari hutang dan bunga KPR. Tidak perlu pusing mikirin cicilan rumah tiap bulannya. Dana nya dapat dialokasikan buat yang lain deh! Selain itu, dengan tidak adanya bunga maka total biaya yang dikeluarkan lebih rendah, sesuai dengan harga asli rumah tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua, prosesnya pasti lebih mudah
Untuk mengambil KPR membutuhkan beberapa dokumen persyaratan, karena ini kaitannya dengan kredit. Jika membayar tunai akan berinteraksi dengan penjual, sehingga terjadi kesepakatan tanpa adanya pihak lain. Tentu saja bebas biaya administrasi yang diperlukan saat mengambil KPR. Aturan-aturan tetap ada, tapi tidak serumit KPR sehingga jika sudah mendapatkan rumah tersebut bebas mau diapakan.
Kekurangan Menabung untuk Tunai
Pertama, butuh waktu cukup lama untuk mendapatkan rumah impian
Tidak semudah KPR yang langsung dapat rumah meski mengeluarkan uang lebih sedikit. Menabung untuk pembayaran tunai memerlukan waktu lebih lama dan menunda kepemilikan rumah karena akan langsung mengeluarkan biaya yang besar. Selama masa menabung, seseorang mungkin harus menyewa tempat tinggal sementara, menimbulkan biaya tambahan. Kuncinya adalah harus sabar dan konsisten menabung.
ADVERTISEMENT
Kedua, hati-hati tertipu
Proses pembelian secara tunai harus lebih diperhatikan legalitas penjualnya. Bisa saja tertipu oleh pihak-pihak bodong yang mengaku dan merugikan. Pilihlah developer yang track record nya sudah bagus dan jangan tergiur harga murah.
Sebagai generasi muda mungkin sering berpikir, "KPR atau nabung dulu ya?" Kekurangan dan kelebihan di atas perlu menjadi pertimbangan dalam hal memilih cara pembelian tempat tinggal. Semua opsi ada pro dan kontra nya. KPR emang bisa bantu akses rumah dengan cicilan yang lebih ramah di kantong, tapi perlu hati-hati juga dengan risiko keuangan yang mungkin datang. Sementara, nabung untuk pembayaran tunai butuh disiplin dan sabar, tapi bisa bikin rasa lebih aman finansial dan bebas dari beban cicilan lama-lama. Jadi, pilihannya tergantung kebutuhan dan situasi diri sendiri. Jangan lupa pikirin juga soal uang jangka panjang dan keamanan finansial, ya!
ADVERTISEMENT