Konten dari Pengguna

Jejak Sejarah dan Pengaruh Luar Biasa Masjid Gedhe Kauman

Syafiq Luqman
Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
11 November 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafiq Luqman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Halaman utama Masjid Gedhe Kauman (foto: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Halaman utama Masjid Gedhe Kauman (foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Masjid Gedhe Kauman yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Daerah Istimewa Yogyakarta ini berdiri megah di jantung Yogyakarta, lokasinya pun terletak sangat dekat dengan Keraton Yogyakarta. Masjid ini merupakan masjid tertua yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan awal sebagai tempat ibadah bagi umat islam saja, namun seiring berjalannya waktu masjid ini mengundang banyak minat pengunjung karena nilai sejarah dan budayanya yang masih kental hingga saat ini.
ADVERTISEMENT

Sejarah Perjuangan dan Budaya

Secara sejarah, Masjid Gedhe Kauman dibangun pada tahun 1773 Masehi atau 1187 Hijriah. Pembangunan pertama masjid ini ditandai dengan candra sengkala berbunyi “Gapura Trus Winayang Jalma”. Selain berfungsi sebagai identitas Yogyakarta dalam menjadi kerajaan islam, dulu Masjid Gedhe Kauman juga pernah digunakan oleh TNI sebagai markas saat melawan agresi militer Belanda. Pada awal masa kepemimpinan Kesultanan Yogyakarta, masjid ini pernah menjadi pusat dilakukannya penyelesaian masalah yang terkait dengan hukum islam. Tidak hanya itu, masjid ini juga menjadi tempat segala kegiatan keagamaan lainnya seperti pertemuan para ulama, dakwah islamiyah, hingga peringatan hari-hari besar.
Kegiatan di Masjid Gedhe Kauman sangat beragam, masjid ini selalu mengadakan perayaan untuk hari-hari besar islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan masih banyak lagi. Khususnya dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, masjid ini kerap mengadakan Upacara Sekaten yang dapat dihadiri oleh masyarakat sekitar mapun wisatawan. Dalam upacara ini Keraton membawakan gamelan yang diletakkan di dua sisi berlawanan pada halaman depan masjid dan dimainkan secara bergantian. Ada kegiatan yang ditunggu-tunggu saat upacara ini, dimana saat Keraton mengeluarkan gunungan-gunungan yang telah didoakan oleh penghulu Keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir sebagai bentuk Ngalap Barokah.
ADVERTISEMENT
Beberapa kegiatan rutinan pun diadakan di Masjid Gedhe Kauman, salah satunya adalah kajian yang selalu dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu. Kajian ini diadakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman agama dan pembinaan spiritual warga sekitar, bahkan tidak hanya jamaah Masjid Gedhe Kauman saja yang bisa mendengarkan kajian, melainkan seluruh warga yang berada di sekitar masjid pun dapat turut mendengarkan kajian lewat pengeras suara yang dipasang di setiap sudut terluar masjid.
Bangunan Masjid Gedhe Kauman memiliki nilai budaya yang kental. Gaya arsitektur bangunan ini mengadaptasi dari Masjid Demak dan dikerjakan oleh Kiai Wiryokusumo. Terdapat 48 pilar didalam masjid dan 4 pilar utama dengan atap bersusun tiga, atau yang bisa disebut Tajug lambang teplok yang Secara filosofis, penggunaan tiga susunan tersebut memiliki arti iman, islam, dan ihsan. Yang menjadi ciri khas utama dari bangunan suci ini adalah terdapat mahkota berbentuk bunga dibagian atapnya, biasa dikenal dengan mustaka. Penggunaan mustaka juga turut digunakan sebagai tanda bahwa masjid ini milik Sultan.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan sejarahnya, Masjid Gedhe Kauman sempat beberapa kali melakukan perluasan hingga renovasi. Perluasan pertama dilakukan dengan membuat serambi berbentuk limasan dua tingkat karena faktor jamaah yang terus bertambah. Perluasan kedua dilakukan pasca gempa bumi pada tahun 1867 yang meruntuhkan serambi masjid. Namun serambi tersebut dibangun kembali oleh Sultan Hamengku Buwono VI dengan luas dua kali lipat dari serambi masjid sebelumnya. Hingga pada zaman kemerdekaan Republik Indonesia, Masjid Gedhe Kauman mendapat perhatian dari pemerintah dengan terus diadakan renovasi dan berbagai bentuk pemeliharaan secara bertahap hingga saat ini.
Masjid Gedhe Kauman tampak depan (foto: dokumen pribadi)

Pengaruh bagi Masyarakat

Masjid Gedhe Kauman telah menjadi salah satu ikon pariwisata tertua yang ada di Yogyakarta. Dari tahun ke tahun peminat pengunjung Masjid Gedhe Kauman semakin bertambah, salah satu faktor yang memengaruhi banyaknya wisatawan adalah maraknya wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang berkunjung ke masjid ini untuk berfoto dan mengunggahnya ke akun media sosial, dampak positif dari pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini terasa sehingga dapat mengundang lebih banyak lagi wisatawan yang datang ke masjid ini.
ADVERTISEMENT
Manfaat dari adanya Masjid Gedhe Kauman saat ini tidak hanya dirasakan oleh warga dan wisatawan muslim saja, melainkan warga dan wisatawan non muslim pun juga mendapatkan manfaatnya. Masjid Gedhe Kauman berhasil mengenalkan nilai-nilai islam lewat sejarah dan budaya kepada para wisatawan, khususnya bagi wisatawan asing. Sehingga tidak sedikit wisatawan non muslim yang datang dengan niat hanya untuk berkunjung kemudian memustuskan diri untuk masuk agama islam dan menjadi mualaf. Bahkan seiring berjalannya waktu, pihak masjid pun menyediakan penerjemah bagi wisatawan asing untuk memudahkan mereka yang ingin menjadi mualaf.
Faktor ekonomi masyarakat sekitar juga menjadi salah satu bagian yang terkena dampak positif dari ramainya Masjid Gedhe Kauman oleh wisatawan. Warga yang memiliki profesi sebagai UMKM bekerja sama dengan pihak masjid untuk memanfaatkan peluang ini. Walaupun dibatasi jumlah per harinya, masjid memberikan akses perizinan yang mudah bagi siapapun yang ingin berdagang di area halaman masjid hanya dengan menghimbau untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan tanpa dipungut biaya apapun, sehingga banyak sekali pedagang yang mengambil kesempatan untuk bisa berdagang di sana.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, bertambahnya wisatawan Masjid Gedhe Kauman saat ini tidak berpengaruh terhadap jumlah pemasukan masjid dari infaq jamaah melainkan mengalami penurunan. Menurut Pak Prayudi seorang relawan Masjid Gedhe Kauman sejak tahun 2003, semenjak pandemi Covid-19 jumlah pemasukan infaq masjid mengalami penurunan, yang dimana sebelum pandemi Covid-19 infaq masjid bisa menyentuh di angka 20 juta lebih dalam sepekan, tetapi kini hanya di angka 12 juta sampai 13 juta dalam sepekan. Dalam analisisnya, perekonomian masyarakat saat ini masih menurun karena dampak dari pasca pandemi Covid-19.
Pak Prayudi pun berpesan kepada seluruh kalangan masyarakat, khususnya kepada jamaah maupun wisatawan Masjid Gedhe Kauman “lebih sering datang ke Masjid Gedhe Kauman baik itu untuk salat, mendengarkan kajian-kajian, ataupun hanya sekedar berkunjung saja, dan juga sebarkan di media sosial tentang masjid ini agar semakin banyak pengunjungnya dan kalau ada saran-saran silakan disampaikan”.
Saya dengan tim berswafoto bersama Pak Prayudi, seorang relawan Masjid Gedhe Kauman