Memperkuat Hubungan Diplomasi Indonesia Dengan Arab Saudi Melalui Moderasi Islam

Syafira Malik
Mahasiswa Universitas Udayana
Konten dari Pengguna
20 Mei 2024 8:25 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafira Malik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia dan Arab Saudi memiliki hubungan yang cukup dekat. Dilihat dari sejarahnya, kontak awal kedua negara ini sudah ada bahkan dari masa peradaban Phunisia dan Saba. Pada abad ke VII, kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Arab mulai menjalin hubungan dalam sektor ekonomi yang kemudian meningkat ke sektor keagamaan setelah tersebarnya agama islam. Awalnya bangsa Arab hanya berada di daerah Sumatera saja, tapi lambat laun mereka menyebar ke daerah lainnya seperti Jawa. Bukti adanya perkembangan bangsa Arab ke daerah Jawa adalah ditemukannya batu nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun yang meninggal pada tahun 495 Hijriah atau setara dengan 1101 Masehi. Selain faktor kerjasama dalam ekonomi dan keagamaan, Arab Saudi juga termasuk salah satu negara awal yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan berperan besar dalam usaha memerdekakan Indonesia melalui forum-forum internasional serta dukungan moral. Dengan adanya beberapa kejadian di atas, membuat hubungan antar Indonesia dan Arab Saudi menjadi semakin erat.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 1 Mei 1950, Indonesia dan Arab Saudi mulai membangun hubungan diplomasi yang ditandai dengan pembukaan Perwakilan Indonesia di Jeddah. Tetapi, pada tahun 1964 namanya berubah menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia. Lalu pada tahun 1985 terjadi pemindahan ibukota dari Jeddah ke Riyadh yang tentu saja hal ini diikuti oleh kepindahan Kedutaan Besar Republik Indonesia ke ibukota yang baru. Hubungan kedua negara diperkuat dengan kunjungan masing-masing pemerintah kedua negara ini. Dimulai oleh Soekarno pada tahun 1955 kemudian dilanjutkan oleh Raja Faisal pada tahun 1970. Sampai sekarang, setiap Presiden yang menjabat selalu melakukan kunjungan ke Arab Saudi dengan tujuan untuk tetap menjalin hubungan diplomasi yang baik.
Seiring dengan berjalannya waktu, upaya-upaya untuk terus meningkatkan hubungan diplomasi Indonesia dan Arab Saudi terus berjalan dengan sangat baik. Terhitung pada tahun 2019, lebih dari 40 perjanjian bilateral yang telah disepakati kedua negara ini. Salah satu upaya dalam meningkatkan hubungan diplomasi antar Indonesia dan Arab Saudi adalah melalui Moderasi Islam. Zaman sekarang tidak dapat dipungkiri bahwasannya kepentingan politik menjadi target utama dalam suatu pemerintahan negara. Dengan adanya tujuan politik tersebut tidak sedikit yang berdasar pada hukum-hukum Islam zaman dulu. Namun, ternyata hal ini malah menjadi perdebatan dari banyak kalangan karena hukum yang berlaku dianggap terlalu kejam dan merujuk pada radikalisme. Adanya pandangan seperti ini, membuat banyak pihak memandang Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan yang diterapkan dalam nilai-nilai agamanya. Ditambah lagi dengan adanya liberalisme yang membawa paham sekuler yaitu memisahkan antara urusan politik dengan urusan agama.
ADVERTISEMENT
Pernyataan-pernyataan di atas, membuat umat Islam merasa bahwa hukum zaman dahulu cukup tidak relevan untuk kehidupan manusia di zaman sekarang dan hukum-hukum yang cenderung mengacu pada kekerasan tidak akan selaras dengan masyarakat dunia. Oleh karena itu dalam menghadapi masalah legitimasi dan citra umat muslim, Arab Saudi pada dasarnya mengandalkan statusnya sebagai pelayan dua kota suci untuk membenarkan sistem monarki absolut yang diterapkannya. Selain itu, Arab Saudi juga menggunakan ajaran Salafisme sebagai sumber legitimasi bagi sistem monarkinya. Ajaran Salafisme yang menekankan ketaatan mutlak terhadap waliyul amr menjadi dasar legitimasi politik bagi Arab Saudi untuk mempertahankan sistem monarki dan menekan segala bentuk ekspresi politik yang mengarah pada gerakan demokrasi. Salah satu negara yang menjadi target dalam penyebaran ajaran Salafisme ini adalah Indonesia. Noorhaidi Hasan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul, “Laskar Jihad: Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di Indonesia Pasca-Orde Baru (2008)” bahwasannya Salafisme dikaitkan dengan dengan para pemikir reformis modern seperti Jamaluddin Al-Afghani (1883-1935), Muhammad Abduh (1849-1905), dan Muhammad Rashid Rida (1865-1935). Ketiga tokoh tersebut mengajak umat Islam untuk membuka pintu ijtihad (pengerahan seluruh daya upaya yang dimiliki secara optimal) dalam menyatukan ilmu pengetahuan yang nantinya akan menjadi dasar bagi moderasi Islam.
ADVERTISEMENT
Moderasi Islam merupakan suatu ajaran Islam yang menghindari kekerasan dan cenderung mengambil jalan tengah dalam setiap permasalahan yang terjadi. Gagasan tentang moderasi Islam awalnya dimulai pasca tragedi 9/11 yang terjadi di Amerika Serikat. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, moderasi Islam merupakan antitesis dari Islam radikal yang menjadi kekerasan sebagai untuk mendakwahkan Islam sehingga menyisakan citra negatif terhadap ajaran Islam itu sendiri. Rujukan yang biasanya digunakan dalam moderasi islam adalah Surah Al-Baqarah:143. Dalam tafsir ayat ini dijelaskan bahwa, agama Islam pastilah moderat dan tidak perlu dimoderatkan. Sebaliknya, yang perlu menjadi moderat atau diupayakan untuk bersikap moderat adalah umat Islam itu sendiri, karena umat berbeda dengan agama. Bisa jadi, seorang umat tidak menjalankan ajaran agamanya dengan baik sehingga dia tidak merepresentasikan dari agamanya itu sendiri. Salah satu tokoh kebaruan islam, Muhammad Abduh pada saat beliau berkunjung ke Paris mengatakan, “aku melihat Islam di Paris, meski aku tidak melihat seorang Muslim di sana”, hal ini disebabkan oleh kota Paris yang bersih dan disiplin yang merupakan salah satu implementasi dari ajaran Islam.
Gambar : Monumen Bunga di Manhattan Square, Amerika untuk mengenang tragedi 9/11. Sumber : https://www.pexels.com/id-id/foto/new-york-bunga-manhattan-monumen-1919317/
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa moderasi Islam sebenarnya sudah ada dari awal ajaran agama Islam itu sendiri. Tetapi, masih banyak umat Islam yang belum menunjukkan representasi yang baik sebagai seorang muslim. Oleh karena itu, upaya moderasi Islam dalam hubungannya dengan diplomasi antara Indonesia dan Arab Saudi menuai banyak tantangan. Beberapa tantangan tersebut diantaranya:
ADVERTISEMENT
1. Pandangan skeptis dari masyarakat terkait adanya moderasi Islam yang masuk ke Indonesia. Sebagai target diplomasi Arab Saudi melalui moderasi Islam ini, masyarakat Indonesia memiliki pemikiran yang lebih kuat tentang wacana ini dibandingkan dengan Arab Saudi itu sendiri.
2. Akan terjadi penurunan atau potensi melemahnya dukungan yang datang dari para penganut Salafisme di Indonesia.
3. Legitimasi Arab Saudi sebagai promotor moderasi Islam yang cenderung lemah dan dikhawatirkan akan memicu gesekan dengan penganut paham-paham lain seperti aswaja.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa penjelasan sebelumnya adalah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Arab Saudi telah berkembang sejak lama, dengan sejarah kontak awal yang dimulai dari masa peradaban Phunisia dan Saba. Hubungan ini telah meningkat ke sektor keagamaan setelah tersebarnya agama Islam. Arab Saudi juga termasuk salah satu negara awal yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan berperan besar dalam usaha memerdekakan Indonesia melalui forum-forum internasional serta dukungan moral. Moderasi Islam menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Arab Saudi. Dengan menekankan jalan tengah dan menghindari kekerasan, menjadi fokus utama dalam hubungan diplomasi antara Indonesia dan Arab Saudi. Namun, upaya ini menghadapi tantangan, termasuk pandangan skeptis masyarakat Indonesia dan potensi gesekan dengan kelompok-kelompok Islam lainnya. Meskipun begitu, moderasi Islam tetap menjadi salah satu faktor penting untuk memperkuat hubungan dan kerjasama diplomasi antara kedua negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Ahmad Agis Mubarok, and Diaz Gandara Rustam. “ISLAM NUSANTARA: MODERASI ISLAM DI INDONESIA.” JISH (Journal of Islamic Studies and Humanities), vol. 3, no. 2, 29 May 2019, pp. 153–168, https://doi.org/10.21580/jish.32.3160. Accessed 11 Sept. 2023.
Jeda Nulis. “Menjadi Muslim Moderat Itu Bagaimana Sih?” YouTube, 4 May 2018, www.youtube.com/watch?v=qAxXcuDoIyE. Accessed 24 Jan. 2023.
“Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Riyadh, Kerajaan Arab Saudi.” Kementerian Luar Negeri Repulik Indonesia, kemlu.go.id/riyadh/id/pages/hubungan_bilateral_ri_-arab_saudi/635/information-sheet.
Zarkasyi, Fajar Imam, and Irmawan Effendi. “Moderasi Islam Sebagai Diplomasi Publik Arab Saudi Di Indonesia.” Jurnal ISIP: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, vol. 20, no. 1, 23 Aug. 2023, pp. 19–32, jisip.jurnaliisipjakarta.id/index.php/jisip/article/view/10/7,https://d
oi.org/10.36451/jisip.v20i1.10. Accessed 14 May 2024.