Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Covid-19 dan Petugas Medis
9 Agustus 2020 15:44 WIB
Tulisan dari Syafira Umima tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya kasus yang terjadi, Indonesia menempati urutan pertama negara terbanyak kasus COVID-19 di kawasan ASEAN. Pandemi Corona ini memaksa orang suka atau tidak suka untuk lebih berhati – hati dan memprioritaskan masalah kesehatan terlebih dahulu. Virus ini tidak memandang derajat, bahkan sekelas Pangeran Charles, seorang kebangsawan Inggris terkena virus menular ini. Maka dari itu, individu – individu dituntut untuk memiliki kemampuan mempertahankan dirinya dalam memutuskan rantai tali penularan, namun kemampuan setiap orang dan sistem imun tubuh seseorang berbeda – beda.
Tidak hanya masyarakat, petugas kesehatan yang merupakan garda terdepan juga sangat khawatir dikarenakan dokter dan perawat beresiko sangat tinggi tertular penyakit COVID-19, menurut kepala Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 74 dokter yang meninggal akibat Covid-19. Yang menjadi sumber prioritas masalah menurut petugas medis, bahwa bertambahnya pasien yang sangat banyak sehingga tidak memenuhi standar jam kerja yang sudah ada. Tidak hanya faktor jam kerja, beberapa tekanan yang dialami oleh dokter di Indonesia seperti pasien yang yang telah menutupi riwayat perjalanan mereka ke daerah yang terkena virus. Dengan kejadian tersebut diharapkan perlunya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan protokolnya untuk mencegah pekerja medis terinfeksi virus menular, dibutuhkannya kerjasama antara petugas medis dan masyarakat dalam mengurangi rantai penularan virus ini karena pasien tanpa gejala namun terinfeksi merupakan hal yang sangat berbahaya, maka dibutuhkannya kejujuran. Selain itu, faktor stress atau tekanan yang dialami oleh tenaga medis Indonesia yaitu menerima stigma negatif dari masyarakat yang tidak percaya hingga menerima kekerasan juga perlu diperhatikan. Sudah seharusnya hak- hak tenaga kesehatan harus dilindungi, diberi kompensasi dan perlindungan yang layak.
ADVERTISEMENT
Untuk rumah sakit sebagai fasilitas utama yang sangat penting, seharusnya mempersiapkan berbagai aspek bukan hanya dari satu sisi.
Pertama, kesiapan sumber daya manusia yang sangat vital. Setiap rumah sakit harus betul-betul memastikan sumber daya manusia yang dimiliki seperti dokter, perawat maupun tenaga non medis lainnya. Kesiapan dilihat dari jumlah sumber daya manusia yang dimiliki, kesiapan skill, maupun kesiapan fisik dan mental.
Kedua, kesiapan logistik rumah sakit berupa alat-alat medis, alat pelindung diri, ruang isolasi, maupun obat-obatan. Keberadaan logistik sangat penting karena sebagai penunjang utama bagi para tenaga kesehatan di rumah sakit. Dan dibutuhkannya kerjasama pemerintah dalam mengisi finansial Rumah Sakit.
Wabah virus Corona yang terjadi saat ini, jika kita rujuk pada sejarah Nabi merupakan wabah yang sudah terjadi dengan kondisi yang hampir sama, sehingga penanganannya pun hampir sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi rantai penularan wabah tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Kebijakan karantina dan isolasi juga pernah ada pada zaman Rasulullah. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Selama isolasi, diberikan petugas medis yang mumpuni dan mampu memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita. Slogan stay at home, sabar dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT juga merupakan suatu anjuran yang dicontohkan oleh Rasulullah ketika wabah pandemi merebak.
ADVERTISEMENT
Bagi umat Islam, wabah merupakan hikmahnya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam kondisi seperti ini untuk selalu memperbaharui keimanannya terhadap takdir Allah. Allah SWT juga berfirman: “Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Thaghabun[64]: 11).
Maka dari itu, belajar dari situasi yang sulit di sekarang, saya berpesan agar masyarakat di Indonesia bisa bahu-membahu dan saling membantu, pandemi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab para tenaga medis, melainkan seluruh rakyat Indonesia. Hentikan stigma negatif kepada tenaga medis, bersikaplah jujur tentang riwat perjalanan. Selain itu seluruh masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan, menjalankan pola hidup sehat, untuk di rumah saja jika tidak terlalu berkepentingan, jangan lupa berdoa dan selipkanlah doa untuk tenaga medis agar diberikan keselamatan dan kesehatan selalu.
ADVERTISEMENT