20 Cara Melawan Tirani

Syafri Arifuddin Masser
Juru tulis: puisisyafri, peresensi di resensi.co.id, buruh suara di Radio Banua Malaqbi, relawan lterasi di Kamar Literasi & Teras Aksara Mamuju
Konten dari Pengguna
22 Januari 2022 10:09 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syafri Arifuddin Masser tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto dari Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto dari Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Kudeta masih saja terjadi di berbagai negara. Peralihan kekuasaan dengan cara-cara yang mengkhianati supremasi sipil di negara demokratis yang dilakukan oleh militer adalah awal kediktatoran. Menurut Edward luttwak dalam bukunya Kudeta, militer setidaknya selalu berhasil melakukan kudeta ketimbang penantang sipil untuk mengambil alih kekuasaan diktator.
ADVERTISEMENT
Kudeta Mursi di Mesir dan yang terjadi di Myanmar adalah contoh yang paling baru. Sebagai masyarakat sipil kita seakan tidak pernah memetik preseden di abad 20 ketika Fasisme, Nazisme, dan Komunisme berkembang di Eropa. Dan karena itulah buku "Tentang Tirani" dari Timothy Snyder ini penting untuk dibaca.
Peristiwa keruntuhan kediktatoran dan kudeta-kudeta masa lalu menunjukkan kalau negara bisa gagal dan demokrasi dapat tumbang, etika bisa menguap dan masyarakat dapat terberai. Sejarah keruntuhan itu seharusnya menjadi pegangangan bagaimana menghadapi tirani di masa depan.
Sejarah yang dimaksud adalah sejarah di abad 20 ketika demokrasi semu ala Fasis, Komunis, dan Nazi menjadi pilihan setelah kekalahan feodalisme. Pada kenyataannya, tirani berkembang tidak jauh beda dan barangkali jauh lebih mengerikan.
ADVERTISEMENT
Tirani adalah sebuah kekuasaan yang dilakukan dengan sewenang-wenang. Baik dilakukan oleh raja atau presiden yang dipilih berdasarkan pemilihan umum sepanjang autokrasi dan otoritarianisme menjadi ciri kekuasaannya.
Timothy Snyder setidaknya merumuskan 20 hal pelajaran yang bisa kita petik dari abad 20 untuk mempersiapkan diri kita terhadap ancaman pemerintahan kediktatoran masa depan. Adapun 20 hal itu adalah:
ADVERTISEMENT
Buku “Tentang Tiran” ini terlalu bias Amerika yang melihat Nazi Jerman dan Komunis Uni Soviet sebagai dua contoh paling representatif dalam melihat sebuah negara di mana tirani bekerja, walaupun sebenarnya memang demikian. Namun, hal ini tidak mengejutkan sebab kita tahu kalau Amerika pernah berkonflik dengan Jerman dalam perang dunia dua dan Uni Soviet dalam perang dingin.
Sayangnya Timothy Snyder menganggap Amerika seolah menjadi kiblat demokrasi yang anti tiran, padahal tirani-tirani yang dibuat oleh Amerika pasca perang dunia dua sebagai pemenang perang tak pernah dibahas.
Kita tahu bagaimana menderitanya negara-negara dunia ketiga setelah Amerika jadi negara adikuasa di mana Amerika punyak hak veto dalam PBB sehingaa Palestina sukar mendapatkan kemerdekaannya dan Amerika dapat mengembargo secara ekonomi satu negara. Amerika merupakan negara yang menciptakan tirani ekonomi dan politik global.
ADVERTISEMENT
Meski ditulis dengan sederhana dan sangat amerikasentris, setidaknya apa yang diterankan Timothy ini semacam peringatan, kalau sejarah bisa saja berulang, di mana negara-negara fasis dengan otoritarianisme dan totaliterismenya bisa saja muncul besok di negara demokrasi.
Kendatipun peringatan itu ditujukan kepada warga Amerika Serikat pra dan pasca Donal Trump terpilih, tetapi apa yang disampaikan Timothy dalam bukunya ini juga secara tidak langsung diperuntukkan kepada masyarakat dunia agar kita belajar dari sejarah kelam pemerintahan tirani agar kita dapat menghindari sekaligus mencegah sebuah negara demokrasi menjadi tiran.