Doa Sang Katak: Panduan Menghadapi Gejolak Media Sosial di Era Post-Truth

Syah Rian
Founder Sayap Kata Komunitas (Pegiat Literasi)
Konten dari Pengguna
8 Juni 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syah Rian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sampul Buku Doa Sang Katak 1: Mencari Kebenaran dengan Cerita dan Meditasi. Foto: Dok. Gramedia Pustaka Utama
zoom-in-whitePerbesar
Sampul Buku Doa Sang Katak 1: Mencari Kebenaran dengan Cerita dan Meditasi. Foto: Dok. Gramedia Pustaka Utama
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia maya kini menjelma menjadi medan pertempuran. Informasi beterbangan liar, kebenaran menjadi kabur, dan emosi meledak tak terkendali. Di satu sisi, platform ini menghubungkan kita dengan orang-orang dari seluruh dunia, membuka jendela informasi, dan menjadi wadah untuk berbagi ide dan kreativitas.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, media sosial juga menjadi arena pertempuran informasi, di mana kebenaran dikaburkan, emosi meledak, dan kebencian menyebar bagaikan api. Ini lah era post-truth, di mana emosi dan opini mengungguli fakta dan logika. Media sosial, platform yang seharusnya menghubungkan, justru menjadi arena perdebatan sengit yang menguras energi.

Mengapa Kita Mudah Terpancing Emosi di Media Sosial?

Algoritma media sosial dirancang untuk membuat kita terus "terpaku". Konten sensasional yang memancing emosi, entah amarah, ketakutan, atau rasa superioritas, membuat kita tak bisa lepas dari genggaman layar. Ditambah lagi, ruang gema (echo chamber) yang tercipta membuat kita hanya terpapar informasi yang sesuai dengan pandangan kita, semakin menguatkan bias kognitif yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, kita mudah terjebak dalam pusaran emosi. Perdebatan yang seharusnya konstruktif berubah menjadi ajang saling hujat. Informasi yang belum terverifikasi disebarkan tanpa ampun, menebar kebencian dan perpecahan. Kita lupa bahwa di balik avatar di layar sana, ada manusia dengan perasaan yang bisa terluka.
Lantas, bagaimana kita bisa mengendalikan emosi di tengah pusaran informasi yang menyesakkan ini?

Doa Sang Katak: Jalan Keluar dari Pusaran Emosi

tulis Anthony de Mello dalam bukunya yang fenomenal, Doa Sang Katak. De Mello, seorang biarawan Jesuit dan penulis spiritual ternama, mengajak kita untuk melampaui kungkungan ego dan menemukan ketenangan batin di tengah gejolak dunia.
Ilustrasi katak menyerupai kotoran burung. Foto: Dok. Steve Richards
Doa Sang Katak bukan sekadar kumpulan kata-kata indah, melainkan panduan untuk menghadapi gejolak emosi di media sosial dan menemukan kebahagiaan sejati. De Mello menawarkan beberapa kunci penting untuk melepaskan diri dari pusaran emosi:
ADVERTISEMENT
1. Menumbuhkan Kesadaran Diri:
Langkah pertama adalah mengenali pemicu emosi Anda. Amati bagaimana algoritma dan konten tertentu memengaruhi perasaan Anda. Sadari kapan Anda mulai terjebak dalam pola pikir negatif dan berprasangka buruk.
2. Melampaui Ego:
Ego adalah sumber utama penderitaan. Lepaskan kebutuhan untuk selalu menang, benar, dan disukai. Sadari bahwa Anda bukan "like" dan "komentar" di media sosial.
3. Berlatih Meditasi:
Meditasi membantu menenangkan pikiran yang gaduh dan meningkatkan kesadaran diri. Ini bekal ampuh untuk mengendalikan emosi di dunia maya yang penuh distraksi.
4. Fokus pada Saat Ini:
Hindari terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kecemasan masa depan. Sadari dan hayati momen yang sedang Anda alami.
5. Mengembangkan Empati dan Memaafkan:
ADVERTISEMENT
Upayakan untuk memahami sudut pandang orang lain, meskipun berbeda. Maafkan diri sendiri dan orang lain atas kesalahpahaman yang terjadi.
6. Menolak Gosip dan Penghakiman:
Hindari menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Fokuslah pada menyebarkan hal-hal yang positif dan membangun.
7. Bijak Menggunakan Media Sosial:
Batasi waktu Anda di media sosial. Pilih konten yang menginspirasi dan membawa vibrasi positif.
8. Kembali ke Realitas:
Media sosial hanyalah cerminan virtual dari dunia nyata. Bangun hubungan yang tulus dan bermakna dengan orang-orang di sekitar Anda.
Dengan melepaskan ego dan berfokus pada kesadaran penuh, kita dapat mengakses kasih sayang dan kebijaksanaan yang terpendam di dalam diri kita.
ADVERTISEMENT
Doa Sang Katak bukan solusi instan untuk semua masalah di era post-truth. Namun, dengan menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membangun ketahanan mental dan emosional yang lebih kuat. Kita dapat menavigasi dunia maya dengan lebih bijak, tanpa terjebak dalam pusaran kebencian dan perpecahan.
Mari kita jadikan Doa Sang Katak sebagai kompas moral di era post-truth. Dengan menumbuhkan kesadaran diri, kasih sayang, dan kebijaksanaan, kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai dan penuh harapan, di mana setiap individu dapat hidup dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan.