Konten dari Pengguna

Bahasa Minangkabau: Ragam, Sosial, dan Karya Sastra yang Menggugah

Syahadatul Hayati
Halo! Saya Syahadatul Hayati seorang Mahasiswi dari Universitas Andalas
6 Oktober 2024 15:06 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahadatul Hayati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.canva.com/design/DAGSx-2vzbk/4hYrRqjmE6mhc2mNVuinYw/view?utm_content=DAGSx-2vzbk&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
zoom-in-whitePerbesar
https://www.canva.com/design/DAGSx-2vzbk/4hYrRqjmE6mhc2mNVuinYw/view?utm_content=DAGSx-2vzbk&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama antar manusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bahasa juga termasuk unsur kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Bahasa minangkabau
Bahasa Minangkabau adalah salah satu bahasa daerah yang hidup dan berasal dari rumpun Austronesia (Zalner di dalam Keraf, 1984). Bahasa Minangkabau merupakan Bahasa daerah yang digunakan oleh Masyarakat Minangkabau di Provinsi Sumatera Barat. Bahasa Minangkabau ini memiliki beberapa bunyi vocal dan konsonan yang khas. Bahasa Minangkabau di Provinsi Sumatra Barat terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Pasaman, dialek Agam-Tanah Datar, dialek Lima Puluh Kota, dialek Koto Baru, dan dialek Pancung Soal. Perbedaan Dialek tersebut dapat terlihat dari cara penyebutan, intonasi, pelafalan sebuah dan dapat dilihat juga dari cara penyebutan sebuah kata yang berbeda dan mengacu pada hal yang sama.
1. Ragam Dialek
Ragam dialek merujuk pada variasi bahasa yang terjadi dalam satu bahasa yang sama, yang biasanya muncul akibat perbedaan geografi, sosial, atau budaya. Dialek mencakup perbedaan dalam pengucapan, kosakata, tata bahasa, dan kadang-kadang juga makna. Dialek di Provinsi Sumatra Barat terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Pasaman, dialek Agam-Tanah Datar, dialek Lima Puluh Kota, dialek Koto Baru, dan dialek Pancung Soal.
ADVERTISEMENT
2. Ragam Sosial
Ragam sosial dalam bahasa Minangkabau merujuk pada variasi penggunaan bahasa yang dipengaruhi oleh faktor sosial, termasuk usia, latar belakang pendidikan, status ekonomi, dan konteks interaksi. Ragam sosial ini mencerminkan keanekaragaman dalam komunikasi di antara penutur bahasa Minangkabau.
• Bahasa formal: digunakan pada konteks resmi seperti saat di lingkungan Pendidikan, Acara pemerintah, dan dalam media (baik media sosial maupun media cetak).
• Bahasa Informal: Bahasa informal adalah bentuk komunikasi yang lebih santai dan akrab, yang digunakan pada percakapan sehari hari maupun pada saat interaksi sosial.
• Bahasa dalam konteks adat: Bahasa Minangkabau juga memiliki bentuk khusus yang digunakan dalam konteks adat dan tradisi. Dalam upacara adat, terdapat istilah dan ungkapan yang mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma budaya.
ADVERTISEMENT
3. Bahasa Khas
Dalam karya sastra, bahasa Minangkabau sering kali memiliki gaya bahasa yang khas, dengan penggunaan metafora dan ungkapan yang menggambarkan nilai-nilai budaya Minangkabau, seperti adat, agama, dan filosofi hidup. Sedangkan dalam acara adat, bahasa yang digunakan sering kali memiliki istilah dan ungkapan yang sangat khusus, mencerminkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Minangkabau.
Bahasa Minangkabau juga dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain, terutama bahasa Melayu dan bahasa daerah lain di Sumatera. Interaksi sosial dengan masyarakat luar, termasuk kolonialisasi, telah membawa pengaruh dari bahasa Belanda dan bahasa Arab, terutama dalam istilah agama dan pendidikan.
Sastra Lisan Minangkabau
Sastra lisan adalah suatu bentuk sastra yang melibatkan pengumpulan penyanyi dan pendengarnya, dan menyajikan karya sastra secara lisan. Sastra lisan Minangkabau adalah suatu warisan kebudyaan yang diwariskan dari mulut ke mulut. Setiap daerah di Minangkabau mempunyai sastra lisan dari daerahnya masing masing. Sastra lisan Minangkabau mempunyai tema-tema yang bersifat Islami dan non-Islam. Contoh sastra lisan bertema Islam antara lain Salawat Dulang, Baikayaik, dan Badikia, sedangkan sastra lisan bertema non-Islam antara lain kaba-kaba yang dinyanyikan atau dibawakan dalam Randai dan Bagurau (suatu bentuk nyanyian yang melibatkan pertukaran pantun sambil diiringi oleh suara saluang).
ADVERTISEMENT
1. Salawat Dulang
https://www.canva.com/design/DAGSx00HQGs/Y3l9oURmtzLpHp8FufauXA/view?utm_content=DAGSx00HQGs&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
Salawat dulang atau salawat talam adalah salah satu bentuk sastra lisan Minangkabau yang bertema Islam, di mana dua orang membacakan hafalan teks disertai dengan iringan tabuhan pada dulang, yaitu nampan kuningan dengan diameter 65 cm. Penampilan salawat dulang berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti "peluru kendali" dan "gas beracun" dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.
2. Pantun
https://www.canva.com/design/DAGSx0e4sfA/s07GP-_AYi_NdVTuFGBSjw/view?utm_content=DAGSx0e4sfA&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
Buah kesusastraan lisan Minangkabau salah satunya adalah Pantun. Patun sering dijadikan buah bibir, bunga kaba, dan hiasan pidato. Pantun terdiri dari beberapa baris dalam jumlah yang genap, dari dua baris sampai dua belas baris. Setiap baris terdiri dari empat kata dengan rima akhir yang sama. Separuh jumlah baris disebut sampiiran. Separuh berikutnya adalah isi pantun yang sesungguhnya. Pantun yang sempurna ialah apabila sampirannya mengandung ketiga unsur tersebut contohnya ialah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Den tatah indak tatatah,
Den tutuah juo nan jadi
Den tagah indak tatagah,
Den suruah juo nan jadi
Ku tatah tak tertata,
Ku tutuh jua yang jadi.
Ku tagah tak tertegah,
Ku suruh jua yang jadi.
3. Bagurau
Bagurau, kadang disebut juga berdendang, merupakan sastra lisan yang tersebar luas di wilayah Minangkabau. Bagurau berbentuk pendendangan pantun-pantun lepas dalam suasana bergurau yang diiringi alat musik, di antaranya saluang. Pertunjukan bagurau menjadi wadah untuk bersosialisasi, berinteraksi, berintegrasi, dan berekspresi melalui pantun dalam suasana penuh keakraban.
Sastra Tulis Minangkabau
sastra tulis Minangkabau adalah jenis sastra yang ditulis dalam bahasa Minangkabau dan dipelihara oleh masyarakat Minangkabau.
1. kaba
https://www.canva.com/design/DAGSx2xbAQc/yyY1VdJn9eP6c3ekUC-KdA/view?utm_content=DAGSx2xbAQc&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
Kaba adalah salah satu karya sastra klasik Minangkabau yang berbentuk prosa. Kata kaba sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu khabar, yang artinya pesan, kabar atau berita. Kata khabar berubah dalam ucapan Minangkabau menjadi kaba. Jika terlihat dari gaya bahasanya, Kaba betul betul merupakan produk khas Minangkabau. Jika dilihat dari isi ceritanya, maka kaba dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu yang klasik dan yang baru. Kaba yang dikategoriksn klasik ialah kaba yang diangkat dari hikayat. Bahkan Tambo seperti Tambo Pagaruyuang diolah menjadi Kaba Cindur Mato.
ADVERTISEMENT
Kaba Cindua Mato ini awalnya ditulis dalam aksara jawi, kemudian oleh Syamsuddin St. Rajo Endah menulisnya dalam versi Latin, yaitu menggunakan bahasa Minangkabau, tujuannya agar cerita tentang kaba tidak hilang, dan dapat dibaca oleh masyarakat Minangkabau. Kaba Cindua Mato ini adalah kaba yang menceritakan tentang keluarga Kerajaan Pagaruyuang yang saat itu dipimpin oleh Bundo Kanduang. Bundo Kanduang adalah raja termahsyur di Minangkabau, yang oleh masyarakat Minangkabau dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Kaba adalah salah satu cerita rakyat di samping dongeng, hikayat, dan cerita lainnya.
2. Tambo
https://www.canva.com/design/DAGSxzuF20A/aC8LDnk7L09SBcJ4mKcAGg/view?utm_content=DAGSxzuF20A&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=editor
Tambo atau Tombo atau Tarambo atau Tarombo adalah karya sastra sejarah yang merekam kisah-kisah legenda-legenda yang berkaitan dengan asal usul suku bangsa, negeri dan tradisi dan alam Minangkabau. Tambo Minangkabau ditulis dalam bahasa Melayu yang berbentuk prosa.
ADVERTISEMENT
Tambo di Minang secara garis besar dibagi dua bagian utama:
• Tambo alam, yang mengisahkan asal usul nenek moyang serta tentang Kerajaan di Minangkabau.
• Tambo adat, yang mengisahkan adat, sistem pemerintahan, dan undang-undang tentang pemerintahan Minang pada masa lalu.
Penyampaian kisah pada tambo umumnya tidak tersistematis, sementara kisahnya kadang kala disesuaikan dengan keperluan dan keadaan, sehingga isinya dapat berubah-ubah menurut kesenangan pendengarnya. Namun demikian pada umumnya Tambo Minang adalah karangan saduran, oleh sipenyadur tidak menyebutkan sumbernya sehingga seolah-olah merupakan hasil karyanya.