Konten dari Pengguna

Eksklusivitas Digital dan Efeknya pada Dialog Keagamaan

Syahiduz Zaman
Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5 Agustus 2023 21:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahiduz Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Filter Bubble. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Filter Bubble. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di tengah kemajuan era media digital yang begitu pesat, fenomena "filter bubble" (gelembung penyaring) telah muncul. Ini adalah situasi di mana algoritma media sosial menyaring informasi berdasarkan preferensi pengguna, sehingga hanya konten yang sesuai dengan nilai-nilai pengguna yang ditampilkan. Hasilnya, pengguna media sosial sering terjebak dalam ruang pandangan yang terbatas, khususnya dalam konteks keagamaan.
ADVERTISEMENT
Gelembung penyaring ini membentuk batas eksklusif di sekitar pengguna media sosial, hanya mempertontonkan informasi dan perspektif yang sejalan dengan keyakinan agama mereka. Dampaknya, keragaman agama menjadi terhambat dan pengguna media sosial menjadi rentan terhadap bias konfirmasi, yaitu kecenderungan untuk mencari dan mempercayai informasi yang mendukung pandangan mereka dan mengabaikan atau meremehkan informasi yang bertentangan.
Pada tingkat yang lebih mendalam, gelembung penyaring keagamaan dapat mendorong sikap intoleransi. Pengguna media sosial yang terus-menerus dihujani oleh opini dan materi yang mendukung keyakinan mereka, bisa menjadi kurang terbuka terhadap pemahaman agama alternatif. Ini berpotensi menghambat persatuan sosial dan toleransi antaragama.
Dengan adanya eksklusivitas digital ini, pengguna media sosial perlu lebih berhati-hati dan proaktif. Mereka perlu mencari dan mengeksplorasi berbagai konten dan keyakinan agama untuk memahami perspektif orang lain dan melakukan diskusi yang inklusif dan terinformasi. Sebagai bagian dari solusi, platform media sosial dan perusahaan teknologi perlu berusaha untuk mempromosikan suasana yang lebih inklusif dan beragam dengan menawarkan akses ke berbagai pandangan agama dan mengurangi efek algoritma yang mempersempit pandangan pengguna.
ADVERTISEMENT
Namun, dampak eksklusivitas dunia digital ini tidak hanya terbatas pada gelembung penyaring keagamaan. Eksklusivitas digital ini juga bisa membatasi pemahaman dan pengalaman agama pengguna media sosial. Pengguna mungkin kehilangan kesempatan untuk membandingkan dan memahami agama-agama lain, sehingga bisa menimbulkan stereotype dan prasangka terhadap agama lain.
Hal ini memicu urgensi bagi pengguna media sosial untuk mencari pemahaman yang lebih luas dan beragam tentang agama saat ini. Peran institusi pendidikan, keluarga, dan pemuka agama menjadi sangat penting dalam membentuk sikap toleransi dan menghargai keberagaman agama. Sebuah pemahaman yang lebih mendalam tentang agama dapat memperkuat ikatan sosial dan memfasilitasi dialog antaragama yang produktif.
Untuk mengatasi gelembung penyaring , ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pengguna media sosial perlu mengenali eksklusivitas gelembung penyaring keagamaan di media sosial dan memahami bagaimana algoritma platform menampilkan konten berdasarkan preferensi dan perilaku mereka. Selain itu, pengguna juga perlu aktif dalam mencari dan mengeksplorasi konten dan perspektif agama yang beragam. Interaksi dengan berbagai agama dapat membantu mengatasi prasangka dan kesalahpahaman.
ADVERTISEMENT
Media sosial memiliki potensi yang besar untuk mempromosikan pemahaman agama dan percakapan antaragama. Konten di media sosial dapat menunjukkan cara membuka wawasan keagamaan dengan berbagai cara. Pemuka agama, peneliti, dan praktisi dapat mengkomunikasikan pandangan keagamaan yang inklusif dan toleran melalui media sosial. Pengguna biasa juga dapat berbagi pengalaman, cerita, dan sudut pandang keagamaan mereka untuk memperdalam kesadaran kita akan keragaman agama.
Penting juga untuk memahami efek sosial dan psikologis dari eksklusivitas digital. Eksklusivitas dapat merugikan masyarakat dan orang-orang. Gelembung penyaring keagamaan dapat mempolarisasi dan menekan kelompok-kelompok agama secara sosial. Dampak psikologis dari eksklusivitas digital juga terlihat. Pengguna gelembung penyaring keagamaan dapat memperkuat intoleransi mereka dan mengalami isolasi sosial.
Untuk melawan efek sosial dan psikologis ini, masyarakat, institusi pendidikan, dan perusahaan teknologi perlu bekerja sama. Mempromosikan inklusi dan toleransi sangat penting dalam kelompok agama. Bisnis teknologi juga perlu mengembangkan algoritma yang lebih adil dan menawarkan pandangan yang lebih religius untuk menghindari gelembung penyaring bagi pengguna media sosial. Dengan demikian, kita dapat menerima keragaman agama dan membangun dunia digital yang lebih inklusif yang mendorong kemajuan spiritual dan sosial.
ADVERTISEMENT