Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengatasi Kesenjangan Pendidikan Di Daerah Terpencil Untuk Masa Depan Yang Adil
17 Desember 2024 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syahra Artika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah desa kecil di pelosok Sulawesi, seorang anak bernama Ardi bangun saat langit masih gelap. Untuk sampai ke sekolah, ia berjalan kaki sejauh lima kilometer melalui jalan berbatu dan menyusuri sungai kecil. Tasnya penuh dengan buku seadanya. Sekolahnya bukanlah bangunan megah dengan semua fasilitas. Hanya ada dua ruang kelas sederhana, masing-masing dengan atap seng yang sering bocor saat hujan. Ardi dan teman-temannya belajar dalam keadaan sulit dengan dukungan guru honorer yang gajinya bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
ADVERTISEMENT
Kisah seperti Ardi bukanlah hal asing di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, sekitar 9,5 juta anak di Indonesia masih kesulitan mengakses pendidikan layak, terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Kesenjangan ini semakin terasa ketika kita melihat perbandingan antara fasilitas pendidikan di kota besar dan desa-desa terpencil. Di kota, anak-anak menikmati sekolah dengan laboratorium canggih, akses internet cepat, dan kurikulum yang mendukung keterampilan abad ke-21. Sementara itu, di banyak daerah terpencil, akses pendidikan berkualitas masih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau.
Kesenjangan ini bukan hanya soal infrastruktur. Akses terhadap tenaga pendidik yang berkualitas juga menjadi persoalan utama. Laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa banyak sekolah di daerah terpencil kekurangan guru tetap. Kebanyakan dari mereka bergantung pada guru honorer yang harus mengajar lintas mata pelajaran karena keterbatasan jumlah tenaga pendidik. Padahal, kualitas guru memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan akademik dan karakter anak didik.
ADVERTISEMENT
Mengapa kesenjangan ini terus terjadi? Faktor geografis menjadi salah satu penyebab utama. Daerah-daerah terpencil sulit dijangkau karena minimnya infrastruktur jalan, jembatan, dan transportasi publik. Selain itu, rendahnya perhatian pemerintah daerah dan alokasi anggaran pendidikan yang tidak merata memperparah kondisi ini. Pemerintah pusat telah berupaya dengan berbagai program seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Program Indonesia Pintar (PIP), namun implementasinya sering kali belum tepat sasaran akibat kendala birokrasi dan minimnya pengawasan.
Lalu, bagaimana kita mengatasi kesenjangan pendidikan di daerah terpencil? Pertama, Pemerintah harus memastikan pembangunan infrastruktur dasar di daerah-daerah tersebut terlebih dahulu. Untuk membuka isolasi di wilayah terpencil, jalan yang layak, jembatan yang menghubungkan, dan akses transportasi penting. Distribusi guru, buku, dan fasilitas pendukung pendidikan akan lebih mudah jika akses fisik diperluas.
ADVERTISEMENT
Kedua, memperkuat staf pendidik harus menjadi prioritas utama. Bagi guru yang bersedia mengabdi di daerah terpencil, pemerintah dapat memberikan insentif yang layak, seperti jaminan kesejahteraan, tunjangan khusus, dan fasilitas tempat tinggal. Agar pengajaran di daerah terpencil tidak tertinggal, program pelatihan dan pengembangan kompetensi guru juga perlu diperluas.
Ketiga, teknologi harus dioptimalkan. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa pendidikan berbasis teknologi adalah solusi alternatif, meskipun tidak sempurna. Anak-anak di daerah terpencil dapat memperoleh pendidikan yang sama dengan anak-anak di perkotaan melalui program seperti sekolah pintar berbasis internet atau penggunaan media offline yang murah.
Namun, berbagai pihak harus bekerja sama untuk mencapai ini. Sektor swasta dapat berpartisipasi dengan memberikan kontribusi melalui program CSR yang berfokus pada pendidikan, masyarakat harus lebih aktif mengawal kebijakan pendidikan, dan pemerintah pusat dan daerah harus bekerja sama.
ADVERTISEMENT
Untuk memerangi kemiskinan dan menciptakan generasi emas di masa depan di negara yang besar dan beragam seperti Indonesia, akses yang sama ke pendidikan sangat penting. Kita sedang mengabaikan masa depan negara ini jika kita terus membiarkan anak-anak seperti Ardi berjuang sendirian dalam keterbatasan. Pendidikan yang layak adalah hak setiap anak, tak peduli di mana mereka tinggal. Sudah saatnya kita memastikan bahwa tak ada lagi cerita tentang anak-anak yang harus berjalan berjam-jam hanya untuk mengejar mimpi mereka di sekolah sederhana yang tak layak.
Membangun pendidikan di daerah terpencil memang bukan tugas mudah, namun bukan berarti mustahil. Dengan komitmen bersama, kesenjangan pendidikan ini bisa kita atasi, demi masa depan Indonesia yang lebih cerah dan berkeadilan.
ADVERTISEMENT