Konten dari Pengguna

Mengenal Etnis Tionghoa dan Sejarahnya Bersama Sinolog Leo Suryadinata

Syahra Salsabila
Mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
30 November 2020 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahra Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Leo Suryadinata, a Singaporean Sinologist. source: straitstime.com
zoom-in-whitePerbesar
Leo Suryadinata, a Singaporean Sinologist. source: straitstime.com
ADVERTISEMENT
Siapa sih etnis Tionghoa itu?
Sejak kapan mereka datang ke Indonesia?
ADVERTISEMENT
Bagaimana kondisi etnis Tionghoa di masa lalu?
Ketika mendengar kata ‘Tionghoa’, apa yang muncul di benak kalian? Koko ganteng dengan mata sipitnya? Cici cantik dengan kulit putihnya, atau akong yang sering bilang ‘haiya’? Tentunya kalian sudah tahu seperti apa karakteristik dari orang Tionghoa. Namun, apakah kalian sudah tahu sejak kapan mereka datang ke Indonesia? Bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia? Nah, melalui tulisan ini saya akan mengajak kalian untuk mengenal lebih dekat etnis Tionghoa berdasarkan karya-karya seorang sinolog asal Singapura, Leo Suryadinata.
Leo Suryadinata ialah seorang sinolog kelahiran Jakarta yang bekewarganegaraan Singapura. Sejak muda Leo sudah tertarik dengan sejarah Indonesia dan Tiongkok, sehingga dia mengambil jurusan sastra Tiongkok dan sastra Asia Tenggara untuk mendapat gelar sarjananya di Nanyang Technological University. Dia juga pernah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia dengan jurusan sastra Tiongkok yang kemudian membawanya dalam ketertarikan terhadap etnis Tionghoa di Indonesia dan menghasilkan banyak karya dari ketertarikannya tersebut. Melalui karya-karyanya kita bisa mengenal lebih dekat etnis Tionghoa melalui sejarah-sejarah yang pernah mereka alami.
ADVERTISEMENT
Siapa yang disebut Etnis Tionghoa?
Chinese Family. Source: freepik.com
Selama ini yang kita ketahui tentang Etnis Tionghoa adalah Orang Tiongkok. Namun, etnis Tionghoa yang ada di Indonesia bukan berarti bahwa mereka adalah warga negara Tiongkok yang migrasi ke Indonesia. Orang Tionghoa adalah mereka yang memiliki garis keturunan dengan orang Tiongkok, atau bisa juga disebut peranakan Tiongkok. Seperti yang dikatakan Leo Suryadinata dalam salah satu bukunya, bahwa orang Tionghoa adalah mereka keturunan campuran akibat dari pernikahan antar ras di masa lalu menunjukkan bahwa tidak semua orang Tionghoa murni keturunan orang Tiongkok, atau bisa jadi hanya leluhur mereka yang berasal dari sana. Namun, pada dasarnya peranakan Cina berasal dari imigran yang masih baru atau disebut kaum Totok. Kaum Totok adalah mereka yang lahir di Tiongkok, namun keturunan mereka masih mahir berbahasa ibu karena mendapat pendidikan Tiongkok (Suryadinata, 2013).
ADVERTISEMENT
Kedatangan Etnis Tionghoa di Indonesia
The great wall of China. source: freepik.com
Informasi yang pasti tentang kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia sangat sulit ditemukan, karena pada masa itu yang berlayar ke Nusantara adalah kaum bawah yakni para pedagang yang buta aksara. Namun, beberapa peneliti telah melakukan penelitian dan menemukan artefak-artefak tua milik Tiongkok di bagian timur pantai Sumatera dan di pesisir utara Pulau Jawa yang diperkirakan sudah ada sejak 200 tahun sebelum Masehi. Namun, penemuan itu tidak cukup untuk mendapatkan jawaban apakah etnis Tionghoa pada saat itu sudah menetap di Nusantara? Teori lain tentang kedatangan etnis Tionghoa di masa lalu adalah kedatangan mereka di Nusantara tidak secara langsung. Mereka terlebih dahulu singgah di beberapa negara tetangga hingga kemudian berlayar ke Nusantara yakni pada abad ke-5 Masehi. Sejak kedatangan mereka di Nusantara, etnis Tionghoa mengalami banyak peristiwa dalam sejarah. Apa saja yang mereka alami? Yuk, kita cari tahu dari karya-karya Leo Suryadinata!
ADVERTISEMENT
1. Sebagai orang asing di Jawa
Pada abad ke-19, etnis Tionghoa masih dipandang sebagai orang asing oleh orang pribumi. Orang asing pada saat itu diartikan sebagai pendatang baru, tergolong dari ras lain, dan memeluk agama yang berbeda dengan yang mereka anut. Karena hal itu, komunitas orang Tionghoa mulai menyesuaikan kebudayaan mereka dengan yang ada di Jawa. Seperti yang terdapat pada buku karya Leo Suryadinata yang berjudul “Negara dan Minoritas Tionghoa” bahwa adat-istiadat Hokkian mengalami perubahan dan penyesuaian dengan keadaan di Jawa. Misalnya, pakaian peranakan yang merupakan kombinasi dari unsur Tionghoa dan Jawa. Hal ini ditunjukkan untuk menunjukkan bahwa mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di Pulau Jawa.
2. Etnis Tionghoa dibawah Kolonial Belanda
ADVERTISEMENT
Pada era kolonialisme Belanda, etnis Tionghoa juga mengalami banyak tekanan yang berasal dari kebijakan-kebijakan yang diterbitkan oleh Belanda. Misalnya, adanya sistem opsir, sistem pemukiman, dan pas jalan yang diterbitkan khusus untuk etnis Tionghoa yang menyebabkan etnis Tionghoa tidak dapat berbaur dan menjadi salah satu sebab terpencarnya etnis Tionghoa ke daerah-daerah tertentu. Kebijakan-kebijakan yang ditujukan kepada etnik Tionghoa diterbitkan dengan tujuan memisahkan etnik Tionghoa dengan orang pribumi untuk mencegah terjadinya kerjasama antara etnis Tionghoa dan orang pribumi dalam melawan Belanda.
3. Diskriminasi Etnis
Diskriminasi etnis Tionghoa yang masih sering terjadi di Indonesia rupanya sudah terjadi sejak awal kemerdekaan. Pada tahun 1959, presiden mengeluarkan peraturan dimana usaha kecil milik orang asing (termasuk Tionghoa) di tingkat desa tidak diberi izin lagi. Hal ini semakin menunjukkan besarnya diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Dalam bidang politik, etnis Tionghoa juga mengalami diskriminasi dimana di era pemerintahan Soeharto etnis Tionghoa dilarang mendirikan organisasi sosial-politik. Hal ini disebabkan karena mereka memandang bahwa organisai tersebut bersifat eksklusif dan merekan ingin orang Tionghoa bergabung dengan ormas yang didominasi orang pribumi. Diskriminasi yang didapatkan oleh etnis Tionghoa masih sering didapatkan hingga masa kini, terutama di masa pandemi virus Corona yang digadang-gadang berasal dari Cina menjadikan mereka mendapat perlakuan yang berbeda dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beberapa poin diatas saya harap bisa membawa kita untuk mengenal lebih jauh etnis Tionghoa beserta sejarah-sejarah yang pernah mereka alami. Semoga dengan adanya artikel ini bisa mempererat tali persaudaraan dan kerukunan dalam hidup dengan keberagaman SARA. Salam Persatuan!