Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Tradisi Gotong Royong di Tengah Masyarakat Dukuh Ancik
27 November 2024 9:06 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Sahro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah dusun kecil yang terletak di daerah pedalaman, tepatnya di Dukuh Ancik, Kelurahan Cilibur, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, terdapat sebuah tradisi yang sudah sangat jarang ditemui di banyak tempat lainnya. Di sinilah tempat di mana masyarakat masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan saling membantu tanpa pamrih. Tradisi ini sudah ada sejak lama dan diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu. Tradisi itu dikenal dengan sebutan gotong royong, yang menjadi salah satu identitas masyarakat Dukuh Ancik.
ADVERTISEMENT
Apa itu Gotong Royong?
Bagi sebagian orang, gotong royong mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Namun, di Dukuh Ancik, gotong royong bukan hanya sekadar istilah, melainkan sudah menjadi cara hidup yang sangat mendalam. Setiap warga di sini saling membantu satu sama lain dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari urusan sehari-hari hingga acara-acara penting yang melibatkan masyarakat luas.
Salah satu contoh nyata dari tradisi gotong royong ini terlihat ketika seseorang, sebut saja si A, ingin membangun rumah. Di banyak tempat, membangun rumah adalah sebuah proyek besar yang membutuhkan biaya besar, dan untuk itu banyak orang harus meminjam uang ke bank atau lembaga keuangan lainnya. Namun, di Dukuh Ancik, tradisi gotong royong membuat proses ini menjadi lebih ringan dan terjangkau.
ADVERTISEMENT
Misalnya, si A ingin membangun rumah dengan biaya sekitar Rp 100.000.000. Tapi, yang menarik adalah, di Dukuh Ancik, si A tidak perlu memiliki seluruh uang tersebut. Bahkan, dia bisa hanya menyediakan sebagian saja, mungkin hanya sekitar 25% dari total kebutuhan dana untuk pembangunan. Lalu, pertanyaannya, dari mana si A mendapatkan sisa dana tersebut? Di sinilah tradisi unik yang disebut sohongan berperan.
Apa Itu Sohongan?
Sohongan adalah sistem tradisional yang masih dijalankan di Dukuh Ancik, di mana seseorang yang ingin membangun rumah, seperti si A, bisa meminta bantuan kepada tetangga atau saudara untuk membeli bahan material bangunan, seperti batu, pasir, semen, besi, dan lain-lain. Bahkan, bisa juga berupa uang tunai. Bahan-bahan atau uang yang diberikan ini kemudian menjadi hutang yang harus dikembalikan oleh si A kepada si B atau si C, yang telah membantu.
ADVERTISEMENT
Namun, yang istimewa dari sistem sohongan ini adalah fleksibilitasnya. Ketika si B atau si C nantinya membutuhkan bantuan untuk membangun rumah mereka, si A harus mengembalikan hutangnya. Tapi, yang menarik, hutang ini tidak harus dibayar sekaligus atau dalam waktu yang sangat cepat. Sistem ini memungkinkan proses pengembalian hutang dilakukan secara bergilir, sehingga beban finansial terasa lebih ringan dan tidak terlalu membebani satu pihak.
Bahkan, tradisi ini mendorong adanya ikatan saling percaya antar warga. Tidak ada perasaan khawatir atau curiga, karena masyarakat Dukuh Ancik sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran dan tanggung jawab. Ketika seseorang memberikan bantuan kepada orang lain, itu bukan hanya soal uang atau materi, tetapi tentang menjaga keharmonisan dan saling menguatkan dalam kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Rewang: Warga Berkumpul untuk Membantu
Selain sohongan, ada lagi tradisi menarik di Dukuh Ancik yang disebut rewang. Tradisi ini menjadi salah satu bentuk nyata dari gotong royong yang sangat khas. Rewang adalah bentuk solidaritas warga dalam membantu proses pembangunan rumah. Jika si A sedang membangun rumah, cukup ada satu atau dua tukang utama dan seorang kenek. Tapi yang luar biasa adalah, lebih dari 10 orang, bahkan bisa mencapai 20 orang, warga sekitar akan datang dengan sukarela untuk ikut membantu.
Mereka tidak hanya sekadar hadir sebagai penonton, tetapi benar-benar ikut berkontribusi dalam setiap tahapan pembangunan rumah. Ada yang membawa bahan bangunan seperti pasir, batu, atau semen. Ada yang membantu memasang atap, mengecat, atau mengatur tata ruang. Tidak ada yang merasa terbebani, karena semua bekerja sama dengan penuh semangat dan saling mendukung. Tradisi rewang ini bukan hanya mempercepat pembangunan rumah, tetapi juga menciptakan rasa kebersamaan yang tak tergantikan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Dukuh Ancik percaya bahwa dengan saling membantu, semua pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat dan lebih ringan. Tidak ada yang merasa sendirian dalam menghadapi tantangan hidup. Tradisi ini mengajarkan bahwa keberhasilan seseorang adalah keberhasilan bersama, dan kebahagiaan seseorang adalah kebahagiaan bersama pula.
Bantuan dari Ibu-Ibu: Dapur Jadi Lebih Ringan
Tidak hanya para pria yang terlibat dalam tradisi gotong royong ini, ibu-ibu di Dukuh Ancik juga berperan sangat besar dalam menjaga kelancaran proses gotong royong. Ketika warga bekerja keras untuk membangun rumah, ibu-ibu akan membawa bahan-bahan kebutuhan dapur, seperti beras, minyak sayur, dan bahan makanan lainnya. Ini dilakukan agar keluarga yang sedang membangun rumah tidak kesulitan dalam urusan konsumsi sehari-hari. Dengan begitu, beban hidup mereka menjadi lebih ringan, dan mereka bisa fokus pada pembangunan rumah tanpa khawatir kelaparan.
ADVERTISEMENT
Para ibu ini tidak hanya sekadar membawa bahan makanan, tetapi mereka juga memastikan agar kebutuhan dapur lainnya tercukupi selama proses pembangunan rumah. Ini adalah bentuk konkret dari kebersamaan yang sangat terasa di Dukuh Ancik. Mereka tidak hanya membantu dengan tenaga, tetapi juga dengan perhatian dan kasih sayang.
Acara Tradisional Lainnya: Gotong Royong Terus Berlanjut
Di Dukuh Ancik, tradisi gotong royong tidak hanya terbatas pada pembangunan rumah. Ketika ada acara-acara penting lainnya, seperti tahlilan, khitanan, atau perayaan lainnya, masyarakat akan bergotong royong untuk memastikan acara tersebut berjalan lancar. Misalnya, ketika ada yang meninggal dunia, ibu-ibu akan datang untuk takziah dan membawa beras atau makanan. Sumbangan ini digunakan untuk modal tahlilan pada hari pertama, ketiga, atau ketujuh. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan yang tinggi, tanpa ada rasa enggan atau terbebani.
ADVERTISEMENT
Keberadaan tradisi gotong royong ini juga membuat masyarakat Dukuh Ancik sangat erat dan harmonis. Setiap orang merasa memiliki satu sama lain, dan siap untuk saling membantu kapan pun diperlukan. Inilah yang membuat kehidupan di Dukuh Ancik terasa lebih ringan, lebih berarti, dan lebih penuh kebahagiaan. Tidak ada rasa kesendirian, karena semua saling bahu-membahu dalam segala hal.
Menjaga dan Melestarikan Tradisi
Walaupun tradisi gotong royong ini sudah ada sejak zaman dahulu, hingga saat ini, pada tahun 2024, tradisi ini tetap hidup dan dilestarikan dengan baik oleh masyarakat Dukuh Ancik. Masyarakat di sini sangat bangga dengan tradisi mereka dan berusaha untuk meneruskannya ke generasi berikutnya. Mereka tidak hanya ingin melestarikan tradisi ini karena sudah menjadi kebiasaan, tetapi juga karena mereka percaya bahwa gotong royong adalah fondasi utama yang membuat mereka tetap kuat dan bertahan sebagai sebuah komunitas.
ADVERTISEMENT
Saya sangat berharap, semoga generasi sekarang dan yang akan datang tetap menjaga dan melestarikan tradisi gotong royong ini. Karena, selain meringankan beban fisik dan material, gotong royong juga memperkuat ikatan sosial, meningkatkan rasa solidaritas, dan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Tradisi ini mengajarkan bahwa hidup akan lebih indah ketika kita saling bergandengan tangan dan membantu satu sama lain.
Bagaimana dengan daerah kalian? Apakah kalian juga memiliki tradisi gotong royong seperti ini? Saya yakin, jika tradisi semacam ini bisa diterapkan di berbagai tempat, kehidupan kita akan lebih harmonis dan penuh kebahagiaan.
Ancik memang keren, dan tradisi gotong royong di sini adalah salah satu contoh nyata dari betapa pentingnya kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT