Konten dari Pengguna

Teori Proses Ironis: Mengapa Memaksa Tidur Membuat Kita Terjaga?

Syahrul Nur Anwar
Pengusaha medioker di bidang jasa yang nyambi jadi mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara di Universitas Terbuka
23 Juli 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syahrul Nur Anwar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi susah tidur. Sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susah tidur. Sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Begitu yang ditulis Emil Cioran dalam buku pertamanya, "On The Heights Of Despair". Terdengar cukup berlebihan, namun ternyata saya merasakan kebenaran kata-kata Cioran tersebut beberapa minggu belakangan.
ADVERTISEMENT
Aneh sekaligus paperlappap—meminjam ungkapan bahasa Jerman—rasanya mengalami kondisi tak bisa tidur serta siklus tidur-bangun secara tidak alami. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling umum.
Menurut penelitian (Eliza, 2022) sekitar 67 dari setiap 100 orang di Indonesia mengalami insomnia. Dari 67 orang tersebut, setidaknya 37 orang mengalami insomnia ringan dan 15 orang mengalami insomnia sedang.
Menurut Hoeve (1992), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Secara garis besar, insomnia merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan tidur, baik dalam hal durasi (kuantitas) maupun kelelapan (kualitas) tidur.
ADVERTISEMENT
Meskipun terdapat berbagai faktor penyebab insomnia, salah satu faktor yang sering diabaikan dan jarang dituturkan adalah bagaimana upaya keras untuk tidur justru bisa memperparah kondisi ini. Inilah yang kemudian dikenal sebagai 'teori proses ironis dari kontrol mental, yang dikemukakan oleh psikolog sosial Daniel Wegner.
Teori ini menjelaskan bahwa ketika kita berusaha keras untuk mengontrol atau menekan pikiran tertentu, seperti "Saya kudu tidur sekarang", otak kita sebenarnya melakukan dua proses: proses operasional dan proses monitor.
Proses operasional adalah upaya sadar untuk memikirkan hal-hal lain atau menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk tidur—menghitung domba, misalnya. Namun, proses monitor, yang bekerja secara otomatis dan tanpa henti, terus-menerus mengawasi apakah kita berhasil tidur atau tidak.
Ilustrasi sulit tidur Foto: Shutterstock
Inilah paradoksnya: saat kita berusaha keras untuk tidur, proses monitor secara terus-menerus mengingatkan kita perihal tujuan tersebut, membuat kita semakin sadar akan fakta bahwa kita belum tidur. Akibatnya, alih-alih merasa sans dan akhirnya tertidur, kita justru semakin terjaga dan cemas. Fenomena ini sering dialami oleh orang-orang yang menderita insomnia, di mana kecemasan tentang tidak bisa tidur membuat tidur menjadi semakin sulit dilakukan.
ADVERTISEMENT
Solusi untuk mengatasi insomnia, menurut teori ini, bukanlah dengan mencoba lebih keras untuk dapat tidur, melainkan dengan cara mengurangi tekanan dan ekspektasi terhadap tidur itu sendiri. Teknik seperti mindfulness dan meditasi bisa membantu dengan mengalihkan fokus dari tujuan tidur ke pengalaman saat ini, mengurangi aktivitas proses monitor yang berlebihan. Dengan tidak terlalu memaksakan diri untuk tidur dan membiarkan pikiran mengalir dengan bebas, kita justru bisa menciptakan kondisi yang lebih kondusif untuk tidur.
Dalam kesimpulannya, teori proses ironis dari kontrol mental memberikan wawasan penting tentang bagaimana upaya keras untuk tidur dapat menjadi kontraproduktif. Mengerti bahwa kontrol berlebihan justru bisa membuat kita lebih terjaga dapat menjadi langkah awal dalam mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi insomnia.
ADVERTISEMENT
Pada gilirannya, hal ini membuat saya sadar bahwa tak semua upaya keras dapat berimplikasi pada hasil yang diinginkan. Terkadang membuat semuanya mengalir sebagaimana mestinya merupakan jawaban yang jarang dihadirkan. Seperti insomnia.