Konten dari Pengguna

Mengenal Penyakit Alzheimer: Penyakit Usia Lanjut

syahwa reva
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta
30 September 2024 17:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syahwa reva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Penyakit Alzheimer: Penyakit Usia Lanjut
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa itu alzheimer?
Mungkin beberapa orang masih belum mengetahui penyakit yang satu ini. Penyakit alzheimer diidentikkan sebagai penyakit bagi para lansia, membuat para manusia yang memasukki usia lanjut mulai khawatir karena adanya penyakit ini. Alzheimer biasa dikenal sebagai penyakit demensia yang paling umum. Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai oleh penurunan daya ingat dan fungsi kognitif lainnya, disertai dengan penurunan bertahap dalam kegiatan sehari-hari serta gejala berperilaku dan psikologis. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai masalah medis, seperti kehilangan ingatan, kesulitan berbicara dan menulis, gangguan visuospasial, perubahan kepribadian, perilaku, dan kesulitan dalam merawat diri (Klaten, S. T. 2024).
ADVERTISEMENT
Faktor penyakit alzheimer
Faktor penyebab penyakit alzheimer yang paling umum adalah usia. Alzheimer’s and related dementias education and referral center menyatakan bahwa pengembangan penyakit alzheimer terjadi pada penderita usia 65 tahun atau lebih, dan kurang dari 10% kasus terjadi sebelum usia tersebut. 1 dari 13 orang yang berusia 65-84 tahun mengidap penyakit alzheimer. Hal tersebut membuktikan bahwa manusia yang berusia 65 tahun atau lebih, risiko alzheimer mereka meningkat. Selain faktor usia, ada faktor lain dari penyakit alzheimer, berikut faktor-faktornya:
Beberapa peneliti menemukan bahwa 50% kasus Alzheimer disebabkan oleh faktor genetik yang diwariskan melalui gen autosomal dominan. Orang yang memiliki hubungan keluarga dekat dengan penderita Alzheimer memiliki risiko enam kali lebih tinggi terkena demensia dibandingkan dengan orang tanpa riwayat keluarga Alzheimer.
ADVERTISEMENT
2. Faktor Infeksi
Ada hipotesis bahwa infeksi virus pada keluarga penderita Alzheimer bisa menjadi penyebab, berdasarkan analisis immuno blot yang menunjukkan adanya antibodi reaktif. Infeksi virus ini mempengaruhi sistem saraf pusat secara perlahan, kronis, dan remisi. Beberapa penyakit infeksi, seperti penyakit Creutzfeldt-Jacob dan kuru, diduga memiliki keterkaitan dengan Alzheimer.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti paparan aluminium, silikon, merkuri, dan seng juga dianggap berperan. Aluminium, sebagai neurotoksin potensial pada sistem saraf pusat, ditemukan pada neurofibrillary tangles dan plak senilis, tetapi belum dipastikan apakah aluminium menjadi penyebab utama kerusakan saraf atau hanya bersifat terkait. Ketidakseimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, dan natrium juga ditemukan pada penderita Alzheimer, meski patogenesisnya belum jelas.
ADVERTISEMENT
4. Faktor Imunologis
Terdapat hubungan signifikan antara Alzheimer dan penyakit tiroid, khususnya tiroid Hashimoto, yang merupakan penyakit inflamasi kronis yang lebih sering terjadi pada wanita muda karena faktor imunitas.
5. Faktor Trauma
Ada kaitan antara Alzheimer dan trauma kepala, terutama pada petinju yang menderita demensia pugilistik, di mana autopsi menunjukkan adanya banyak neurofibrillary tangles (Klaten, S.T. 2024).
Pengobatan penyakit alzheimer
Pengobatan penyakit alzheimer dibagi menjadi dua, yaitu untuk penderita penyakit alzheimer ringan hingga sedang, dan penderita penyakit alzheimer sedang hingga parah. Obat untuk penyakit alzheimer dibuat guna mengendalikan gejala dan mengobati penyakit tersebut (National Institute on Aging, 2023).
a. Pengobatan bagi penderita penyakit alzheimer ringan hingga sedang
ADVERTISEMENT
Mengobati gejala Alzheimer dapat memperpanjang kenyamanan dan kemandirian penderita serta meringankan beban pengasuh. Obat seperti galantamine, rivastigmine, dan donepezil, yang merupakan penghambat kolinesterase, diresepkan untuk mengurangi gejala kognitif dan perilaku pada Alzheimer ringan hingga sedang. Namun, efektivitasnya menurun seiring perkembangan penyakit.
Obat imunoterapi seperti lecanemab dan donanemab disetujui untuk Alzheimer tahap awal. Mereka menargetkan protein beta-amiloid yang membentuk plak di otak, terbukti memperlambat penurunan kognitif hingga 18 bulan. Sebelum pengobatan, dokter melakukan pemindaian PET atau analisis cairan serebrospinal. Efek samping, seperti ARIA, memerlukan pemantauan ketat dengan MRI (National Institute on Aging, 2023).
b. Pengobatan bagi penderita penyakit alzheimer sedang hingga parah
Memantine, antagonis NMDA, digunakan untuk Alzheimer sedang hingga berat, membantu mengurangi gejala dan mempertahankan fungsi harian seperti penggunaan kamar mandi. Obat ini bekerja dengan mengatur glutamat, yang berlebihannya dapat merusak sel otak. Karena berbeda dengan inhibitor kolinesterase, kedua obat ini bisa diresepkan bersamaan. FDA juga menyetujui donepezil, patch rivastigmine, dan kombinasi memantine-donepezil, serta brexpiprazole untuk menangani agitasi terkait Alzheimer (National Institute on Aging, 2023).
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Klaten, S. T. (2024). Faktor dan Pengobatan Penyakit Alzheimer. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3234/faktor-dan-pengobatan-penyakit-alzheimer. Diakses pada Senin, 23 September 2024 pukul 12.00 WIB.
National Institute on Aging. 2023. Bagaimana Penyakit Alzheimer Diobati? https://www.nia.nih.gov/health/alzheimers-treatment/how-alzheimers-disease-treated. Diakses pada Sabtu, 28 September 2024 pukul 17.09 WIB.