Konten dari Pengguna

Berjoeang Melawan Penjajahan Covid-19 Dengan Semangat 45

syaiful azhary
ASN di BKPUK BRIN Kawasan Jawa Timur. Jabatan saat ini adalah selaku Pranata Humas Ahli Muda.
2 Agustus 2021 9:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syaiful azhary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
<a href="https://www.freepik.com/vectors/poster">Poster vector created by YusufSangdes - www.freepik.com</a>
zoom-in-whitePerbesar
<a href="https://www.freepik.com/vectors/poster">Poster vector created by YusufSangdes - www.freepik.com</a>
ADVERTISEMENT
Penulis merasa saat ini kita “dijajah” oleh pandemi Covid-19. Sudah banyak korban, belum lagi rasa takut dan panik berkepanjangan kita rasakan. Lalu, sampai kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir?. Pertanyaan ini pasti ada dalam benak kita saat ini. Belum lama ini, Bapak menteri kesehatan RI pun menjawab belum tahu kapan Pandemi Covid-19 ini akan berakhir ketika ditanya dalam rapat dengan anggota DPR-RI. Lalu apakah kita akan menyerah dengan keadaan ? jawabannya tentu tidak. Penulis melihat momen rangkaian peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 ini sebagai penyemangat kita untuk bangkit dengan segala upaya dengan semangat 45 mari kita berjoeang (ejaan lama untuk kata berjuang) melawan penjajahan Covid-19 ini.
ADVERTISEMENT
Berjoeang dengan semangat 45
76 tahun yang lalu di bulan Agustus tepatnya tanggal 17 rakyat Indonesia bersuka cita merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dari bangsa penjajah. Betapa bangganya kita atas perjuangan para pahlawan kita yang mengangkat senjata bahu membahu sampai akhirnya kita berhasil mengusir bangsa penjajah dan merasakan menjadi bangsa yang merdeka. Rasa suka cita ini selalu kita rayakan dalam bentuk rangkaian hari kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahun di bulan Agustus.
Nah, apakah semangat juang 45 itu masih mengalir dalam aliran darah kita untuk melawan penjajahan covid-19 yang kita alami saat ini?. Momen peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ini tidak hanya sekedar menjadi seremonial belaka tetapi mari kita maknai sebagai pembangkit semangat kita untuk berjuang dan berupaya agar kita bisa merdeka dari belenggu dan penjajahan pandemi Covid-19 ini.
ADVERTISEMENT
Perjuangan dan Pengorbanan Melawan Covid-19
Penulis secara pribadi merasa bahwa kita patut memberikan rasa hormat dan apresiasi setinggi - tingginya atas perjuangan para relawan dan tenaga kesehatan kita yang rela mengorbankan nyawa mereka untuk menolong saudara-saudara kita yang telah terpapar positif Covid-19. Begitupun perjuangan satgas covid-19 dan berbagai jajaran pemerintah yang tidak henti hentinya dan tak mengenal lelah dalam menyuarakan seruan seruan pengingat kepada kita untuk selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan agar kita semua bisa selamat dan terhindar dari penularan covid-19 yang kita tahu terus bermutasi dan semakin berbahaya. Segala upaya terus mereka lakukan agar kita bisa merdeka dari jajahan covid-19 ini.
Kita mengenal istilah, dalam perjuangan butuh pengorbanan. Disiplin menjalan protokol kesehatan adalah bentuk perjuangan agar kita selamat dari penularan pandemi Covid-19. Berbagai pengorbanan pun kita lakukan seperti menahan diri untuk tidak beraktivitas diluar rumah jika tidak ada hal penting dan mendesak, memakai masker setiap saat yang mungkin bagi sebagian dari kita merasa mengganggu sirkulasi pernafasan kita, menjaga jarak sosial sebagai kebiasaan baru dari kebiasaan ketimuran yang kita lakukan sebelumnya seperti berjabat tangan, memberikan pelukan sebagai representasi rasa sayang atau kehangatan persahabatan, menahan diri untuk tidak berkumpul dengan teman, dan masih banyak lainnya.
ADVERTISEMENT
Aku, Kamu, Kalian Bisa Apa ?
Lalu apa yang bisa kita lakukan?, apakah kita hanya berpangku tangan dan menyaksikan mereka berjuang dan pengorbanan yang mereka berikan. Saat ini ancaman yang kita hadapi tidak nampak oleh mata tetapi sangat berbahaya. Dahulu para pemuda secara suka rela menyingsingkan lengan baju mereka mengangkat senjata berperang melawan penjajah baik secara kontak pertempuran terbuka ataupun bergerilya dengan senjata api ataupun senjata sederhana seperti bambu runcing dan lain sebagainya. Apakah menurut kalian mereka semua tahu cara berperang dan menggunakan senjata api ? tentu saja jawabannya belum tentu. Penulis berkeyakinan modal utama mereka adalah semangat juang dan keinginan yang kuat untuk bisa mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini.
ADVERTISEMENT
Dijaman teknologi komunikasi 4.0 ini kita bisa menggunakan teknologi informasi digital untuk berjuang. Semangat juang yang dahulu di gaungkan oleh para pejuang harus kita bangkitkan lagi untuk bersama sama berjuang melawan penjajahan covid-19 ini. Perjuangan itu dimulai dari diri kita sendiri dan untuk orang lain. Bukankah kita akan di minta pertanggungjawaban pada waktunya nanti “untuk apa ilmumu dan waktumu kau gunakan semasa kau hidup ?”.
Semuanya sudah ada di depan kita saat ini, kemajuan teknologi komunikasi dan perangkat gadget yang diyakini penulis sudah terkoneksi dengan internet dan di lengkapi dengan berbagai platform media sosial yang terkoneksi secara luas tanpa ada batasan wilayah, jarak, ataupun waktu.
Bagaimana caranya berjuang saat ini ?
ADVERTISEMENT
Penulis mengajak pada kita semua, marilah semangat juang 45 ini kita jadikan pemacu kita untuk membangun narasi-narasi positif di media sosial yang kita miliki baik itu berupa memberikan edukasi, motivasi, ataupun upaya upaya melawan hoaks dan menjawab tantangan disrupsi teknologi informasi dengan menghasilkan konten konten informasi positif bagi masyarakat. Mari kita jadikan media sosial kita menjadi media yang berfungsi sosial untuk orang lain. Masih banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan untuk melawan penjajahan pandemi covid-19. Penggunaan media sosial kita secara bijak dan bermanfaat sosial bagi sesama adalah hal terkecil dan paling mudah kita lakukan saati ini.
Dalam ilmu komunikasi, cara kita dalam memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan ide atau gagasan dan bersama sama mencapai tujuan yang kita harapkan dapat kita lihat dalam teori uses and gratifications. Demikian juga dengan upaya kita membangun narasi untuk membakar semangat joeang saudara saudara kita yang terpapar positif covid-19 untuk sembuh dan masyarakat di seluruh penjuru dunia yang belum terpapar atau negatif covid-19 untuk tidak lalai dan abai dengan protokol kesehatan di era new normal ini menjadi bagian dari proses dalam teori agenda setting.
ADVERTISEMENT
Penulis percaya jika kita abai maka bukan hanya kita tetapi orang disekitar kita juga yang akan menuai badai berupa penularan covid-19 ini. Mari kita bangun framing di media sosial kita berupa pemikiran yang sama “ayo kita bisa bangkit dan merdeka dari jajahan covid-19 ini”. Semua kembali ke diri kita, apakah ikut berjuang menjadi pemain atau hanya menjadi penonton yang hanya bisa bersorak dan memberikan kritik dan cibiran belaka?.