Konten dari Pengguna

Dilema ASN, “Mencuri Panggung atau Tergantikan”

syaiful azhary
ASN di BKPUK BRIN Kawasan Jawa Timur. Jabatan saat ini adalah selaku Pranata Humas Ahli Muda.
18 Mei 2022 14:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syaiful azhary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Images diambil dari pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Images diambil dari pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tuntutan Profesionalisme kinerja dan tranformasi digital membuat aparatur sipil negara (ASN) saat ini harus bisa memanfaatkan digital platform dalam mencuri panggung di mata publik dan stakeholder mereka. Ancaman tergantikan dengan robot kecerdasan buatan bukan hisapan jempol bagi ASN tetapi sudah terpampang nyata di hadapan kita saat ini.
ADVERTISEMENT
Jabatan fungsional antara reward dan punishment
Jabatan fungsional menuntut ASN untuk bekerja profesional dan menutup fleksibilitas kinerja ASN dengan memenuhi butir - butir angka kredit yang sangat rigid sesuai dengan talenta yang mereka miliki. Agenda transformasi dalam bentuk reformasi birokrasi telah menggeser jabatan struktural menjadi jabatan fungsional di lingkungan instansi pemerintah yang tentu saja diikuti dengan reward dan punishment yang akan diterima ASN. Penulis melihat bagi ASN yang menduduki jabatan fungsional tertentu jangan dahulu berbesar hati dengan tunjangan fungsional dan tunjangan kinerja sesuai golongan jabatan yang mereka terima, tetapi dibalik itu semua ada bayang bayang kekhawatiran punisment apabila mereka tidak bisa memenuhi tuntutan hasil kinerja minimal yang dibebankan.
Kenaikan pangkat yang bisa diraih dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding pejabat struktural dijanjikan bagi mereka yang bisa bekerja profesional. Akan tetapi tidak demikian dengan pejabat fungsional yang tidak mampu bekerja profesional khususnya dalam memenuhi hasil kinerja minimal yang harus dipenuhi. Belum lagi mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya kerja yang terus berubah di era transformasi digital.
ADVERTISEMENT
Percepatan transformasi digital menghempas zona nyaman ASN
Transformasi digital yang demikian cepat harus diimbangi dengan peningkatan skill dan knowledge ASN dalam menyikapi perubahan tersebut. Saat ini ASN harus melupakan masa masa indah bekerja mereka bekerja di zona nyaman. Sudah tidak ada lagi istilah kerja santai bagi ASN. Yang ada saat ini adalah harus bekerja sambil terus belajar. Bekerja secara profesional dan terus belajar hal hal baru khususnya meningkangkatkan skill dan kapabilitas mereka untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan transformasi digital yang berubah sangat cepat dan sangat masif.
Percepatan transformasi digital menjadi momok yang menakutkan tetapi harus dihadapi oleh ASN. Arus informasi dan teknologi melibas berbagai generasi ASN yang ada saat ini. Tidak ada lagi istilah generasi ASN jaman old ataupun jaman now. Generasi jaman old dianggap sebagai generasi gaptek atau gagap teknologi, sedangkan generasi jaman now adalah generasi melek teknologi. ASN harus open mind dalam menerima literasi media dan digital platform. Pengembangan kompetensi dan kapasitas diri menjadi sebuah keharusan dan kewajiban dalam setiap individu ASN.
ADVERTISEMENT
Mencuri panggung vs Robot Kecerdasan buatan
Penulis menggunakan istilah mencuri panggung untuk memberikan gambaran kepada pembaca terhadap ASN yang memiliki nilai atau value di mata masyarakat. Publik dan stakeholder saat ini sudah sangat kritis dalam menilai dan mengevaluasi kinerja instansi pemerintah baik itu sebagai sebuah institusi maupun ASN di dalamnya. Rencana pemerintah untuk menggunakan robot kecerdasan buatan untuk menggantikan peran ASN sebagai bentuk signifikansi reformasi birokrasi di masa mendatangkan haruslah bisa menjadi pemacu bagi ASN untuk bisa mencuri panggung.
ASN harus bisa mengambil peran sesuai dengan fungsi di mana mereka ditempatkan. ASN harus bisa menjadi “sesuatu” dan dianggap penting peran dan keberadaannya sehingga layak untuk bisa dipertahankan. Mereka tidak lagi menjalankan peran secara konvensional melainkan harus bisa bekerja dan beradaptasi dengan digital platform yang terus bergerak dinamis. Eksistensi mereka saat ini dipertaruhkan dalam bayang bayang robot kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hanya sebatas opini dari penulis berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sesuai dengan kapasitas penulis yang mendapatkan amanah untuk menjalankan jabatan fungsional pranata humas ahli muda BRIN kawasan Purwodadi. Penulis berharap tulisan ini bisa menjadi pemacu bagi ASN untuk bisa terus meng-upgrade diri kita ke level yang lebih tinggi sehingga kita mendapatkan panggung dan tetap eksis tidak tertelan jaman. Pilihan ada di kita sendiri, apakah kita akan tergantikan dan terlupakan karena perubahan jaman, ataukah justru kita bisa lebih dianggap “ada” karena bisa mengikuti transformasi digital yang terus berubah secara masif.