Konten dari Pengguna

Guru Dalam Tuntutan Jaman, Antara Penjaga Moral dan Penguasaan IPTEK Anak Bangsa

syaiful azhary
ASN di BKPUK BRIN Kawasan Jawa Timur. Jabatan saat ini adalah selaku Pranata Humas Ahli Muda.
27 November 2023 13:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari syaiful azhary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati pahlawannya”. Profesi guru adalah pahlawan dalam mencerdaskan bangsa. Menghadapi arus globalisasi guru dituntut untuk bekerja professional khususnya dalam menjaga moral dan memberikan transfer IPTEK kepada anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Tuntutan jaman yang terus berubah menuntut para guru untuk bisa beradaptasi. Saat ini guru, dihadapkan dengan tantangan era globalisasi dan tantangan kemajuan IPTEK yang kian masif. Seperti kita ketahui budaya globalisasi terkadang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Selain penguasaan IPTEK, hal ini juga merupakan ancaman pada karakter peserta didik di sekolah. Guru yang profesional dituntut untuk mampu membentuk karakter anak bangsa yang berakhlak dan berwawasan global.
Melihat ancaman globalisasi terhadap anak bangsa
Hal pertama yang menjadi perhatian penulis adalah ancaman terhadap kualitas moral anak bangsa. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di internet yang menyajikan konten konten foto dan video yang tidak pantas, kekerasan, diskriminasi SARA dalam situs situs maupun media sosial yang dengan mudah diakses tanpa adanya filterisasi. Dikhawatirkan hal ini akan merusak moral anak bangsa apabila terjadi kealpaan dalam kontrol dan perhatian dari guru ataupun orang tua siswa.
ADVERTISEMENT
Ancaman yang kedua adalah tergerusnya kebudayaan lokal akibat derasnya arus globalisasi akibat terjadinya kontak budaya. Banyak bentuk ancaman dari tergerusnya budaya lokal ini diantaranya yaitu ancaman pada nasionalisme karena adanya perubahan gaya hidup yang kebarat-baratan. Salah satu contoh nyata adalah cara berpakaian anak jaman sekarang yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Adapula perilaku kecanduan game online kepada para anak bangsa saat ini.
Guru sebagai penjaga moral anak bangsa
Dari beberapa literatur disebutkan bahwa lemahnya pendidikan karakter nilai-nilai kebangsaan menyebabkan fenomena yang terjadi saat ini yaitu merosotnya karakter cinta tanah air dan moral anak bangsa untuk memegang teguh budaya Indonesia. Fenomena ini akan terus berkembang pada nilai-nilai karakter di lembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan dalam menghadapi arus globalisasi agar tetap dapat menjunjung tinggi kaidah-kaidah moral budaya bangsa. Hal ini kemudian memunculkan ke khawatiran Bersama terhadap perilaku-perilaku tidak normatif yang semakin jauh dan mengakibatkan rusaknya kehidupan berbangsa.
ADVERTISEMENT
Disni peran guru selain harus mampu membangun insan cendekia juga di tuntut untuk bisa berinovasi dalam memberikan pembelajaran agar lebih menarik tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter budaya bangsa Indonesia. Khususnya di era globalisasi saat ini, guru diharapkan mampu menjadi penjaga moral anak bangsa dalam mengantisipasi masuknya budaya-budaya barat yang memberikan ancaman nyata terhadap nilai-nilai kearifan lokal bagi generasi muda anak bangsa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Kurniasih disebutkan bahwa dibutuhkan suatu pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, gatong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai dengan iman dan takwa kepada Tuhan YME berdasarkan Pancasila.
Guru dalam transfer IPTEK di era globalisasi
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di sebutkan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar didik atau mendidik, yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Mengutip definisi Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan sebagai daya upaya dalam memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, untuk memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa yaitu . mengembangkan kemampuan kognitif saja, dan pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor secara terintegrasi. Sejatinya globalisasi harus bisa dijadikan sebagai jembatan untuk meraih kesuksesan peserta didik agar bisa lebih cerdas dan inovatif. Kemajuan teknologi haruslah mampu dimanfaatkan agar dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Penulis adalah murid dari guru guru yang telah berjasa dan akan selalu terukir dalam sanubari. Artikel ini dibuat agar kita tidak melupakan jasa guru kita, seperti slogan yang sering kita dengar bahwa “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. (SA).
ADVERTISEMENT