Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Muhammad dalam Cara Pandang Pendidikan dan Pengajaran
6 Januari 2025 10:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari SYAIFUL BATO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tepat 12 Rabiul Awal sekitar 14 abad yang lalu, di kota Mekkah lahir dari Rahim Aminah Binti Wahab, seorang putra suku Quraisy, Muhammad Bin Abdullah. Putra yang kelak akan menjadi cikal bakal terjadinya perubahan besar bagi masyarakat Mekkah dan dunia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pengaruhnya tidak hanya diakui oleh komunitas muslim. Michael H. Heart seorang sejarahwan non muslim Amerika dalam bukunya “The 100: A Ranking of The Most Influental Persons in History” menempatkan peringkat pertama bagi Nabi Muhamad sebagai manusia paling berpengaruh di dunia.
Nabi Muhammad adalah seorang tokoh yang memiliki multi peran. Dalam cara pandang akidah beliau adalah seorang rasul, dalam cara pandang politik beliau adalah seorang pemimpin, dan dalam cara pandang pendidikan, beliau adalah seorang pendidik.
Tulisan ini, akan melihat sosok nabi Muhammad dalam cara pandang pendidikan. Namun, sebelum lebih jauh penulis ingin menekankan bahwa, di dalam glosarium pendidikan islam, ada banyak terminologi yang menunjukan sosok nabi Muhammad sebagai seorang pendidik atau guru.
ADVERTISEMENT
Ada Murabbi, yang dimana Rasulullah menjadi rujukan pendalaman spiritual. Ada juga Muabbid, yang menitikberatkan tugas Rasulullah untuk memperbaiki adab, moral atau perilaku ummatnya. Lalu, yang terakhir ada juga istilah Muallim, yang bermakna peran atau posisi Rasulullah sebagai sumber ilmu dan pengetahuan.
Dalam konteks pendidikan, tentu, ada banyak hal yang bisa kita teladani dari nabi Muhammad. Mulai dari peran, semangat, metode, ataupun orientasi nya. Sebagaimana beliau menegaskan diri sebagai Uswatun hasanah, maka sudah menjadi kewajiban kita, ummat nya untuk meniru.
Pertama, dalam peran nya sebagai seorang edukator, nabi Muhammad bukan hanya menjadi guru bagi ummat yang hidup di zaman nya, tetapi juga menjadi sosok guru imagener yang sudah terbukti menginspirasi cara pandang, sikap, dan orientasi hidup bagi ummat yang hidup setelah nya.
ADVERTISEMENT
Bayangkan, berapa banyak individu muslim di seluruh dunia yang hidup nya lebih teratur setelah mereka secara serius mendalami kekayaan karakter nabi Muhammad. Bukan hanya itu, sosok non muslim sekaliber Mahatma Gandhi pun dibuat terkesan
Dalam suatu kesempatan ia pernah menyatakan “ Saya sangat yakin bahwa bukanlah pedang yang digunakan islam untuk mencapai kehebatan nya, kecuali melalui kesederhanaan, kebersahajaan dan kehati –hatian Muhammad kepada sahabat dan pengikutnya, serta keyakinan pada Tuhan dan tugasnya.“
Kedua, semangat belajar sepanjang hayat. Nabi Muhammad adalah sosok yang selalu menekankan arti penting belajar bagi setiap muslim tampa memandang batasan usia. Bahkan, dalam satu hadits nya beliau pernah menyatakan bahwa “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”.
ADVERTISEMENT
Artinya, tidak ada kata terlambat belajar dalam kamus seorang muslim. Sebagai contoh, 3 Khalifah pertama dalam sejarah islam seperti Abu Bakar, Umar Bin Khattab, dan Ustman Bin Affan baru mengenal islam di usia 25 tahun keatas.
Usia tersebut tentu tidak tergolong masa yang ideal untuk belajar. Namun, karena adanya kemauan dan rasa ingin tahu yang besar terhadap islam menyebabkan mereka terus bersemangat memperbaiki diri sehingga terbentuk jati diri sebagai muslim yang hebat.
Ketiga, metode mengajar yang variatif. Dalam rangka mendidik ummat islam, nabi Muhammad tidak hanya mengedepankan ceramah. Tetapi juga nabi selalu memberi contoh kedalam tindakan nyata.
Selain itu, nabi juga dalam beberapa kesempatan juga menggunakan dialog langsung kepada ummat. Contohnya, pada suatu waktu, ada seorang pemuda yang meminta restu kepada Rasulullah untuk mengizinkan nya berzina.
ADVERTISEMENT
Nabi tidak langsung melarangnya, tetapi nabi justru mengajak pemuda tersebut berpikir dengan melontarkan beberapa pertanyaan apabila perbuatan serupa dilakukan pada ibu atau saudari perempuan nya. Alhasil, dengan sendirinya pemuda tersebut sadar dan mengakui kenaifannya.
Metode yang beragam dalam mendidik ummatnya ini, karena Rasul sadar betul bahwa, tiap orang mempunyai daya tangkap yang berbeda. Oleh karenanya, sebagai pemberi risalah, beliau mengusahakan cara yang sefleksibel mungkin, asal ummatnya paham, dan bisa mengamalkan apa yang sudah diajarkan.
Selanjutnya, orientasi belajar untuk pemenuhan tugas sebagai Abdullah (hamba Allah) dan Khalifatullah (wakil Allah). Kedua posisi ini menegaskan bahwa, seorang muslim selain dibebani kewajiban beribadah, dia juga dituntut sebagai individu yang harus terlibat aktif untuk peduli dengan permasalahan sosial.
ADVERTISEMENT
Pernah suatu saat nabi ditanya pendapatnya tentang ahli ibadah yang rajin bersedekah tetapi ia menyakiti tetangga dengan mulutnya. Nabi justru menjawab bahwa “ia tak punya kebaikan sama sekali dan termasuk ahli neraka”
Dari hadits diatas, bisa kita tangkap suatu pesan, bahwa seharusnya, jika semakin taat seorang muslim dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah, maka ia juga semakin peka dengan manusia lain. Pada intinya, nabi mengajarkan kesimbangan antara dunia dan akhirat, tidak hanya dominan di sisi.
Terakhir, sebagai sebuah catatan penting bahwa dalam rangka pemenuhan tugas kependidikan, nabi Muhammad tidak hanya mengajar atau mengedukasi, tetapi juga menunjukan jalan. Sebagai ummat, kita tidak hanya mendapatkan ilmu dan kesadaran tetapi juga nilai – nilai luhur untuk menjalani hidup
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, apapun peran kita, baik sebagai guru, orang tua, ataupun tokoh masyarakat harus bisa menjadi sosok pertama yang mengamalkan nilai luhur yang diajarkan nabi sebelum kita mengajarkan nya kepada anak.
Perlu diingat, yang namannya anak, tidak akan sekedar mendengar perkataan kita, tetapi juga akan melihat tindakan kita.
Syaiful Bato, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia