Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Mengejar Pendidikan Berkualitas di Tengah Guru yang Terabaikan
2 Februari 2025 12:23 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syakroni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru merupakan figur sentral dalam sistem pendidikan yang memegang peran penting dalam membentuk generasi penerus bangsa. Sebagai pilar utama pendidikan, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas pada menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup mendidik, membentuk karakter, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak bangsa. Peran strategis ini menempatkan guru sebagai motor penggerak utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
ADVERTISEMENT
Tetapi permasalahan kesejahteraan guru sering kali terabaikan, sedangkan kontribusi mereka sangat menentukan masa depan pendidikan di Indonesia. Melihat data dari Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) pada tahun 2024 menunjukkan realitas yang sangat memprihatinkan. Sebanyak 42% guru di Indonesia hidup dengan penghasilan di bawah Rp 2 juta per bulan, dan lebih dari 13% lainnya hanya menerima gaji sebesar Rp 500 ribu. Lebih parah lagi, sekitar 74% guru honorer menerima upah jauh di bawah standar upah minimum terendah di Indonesia. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kesejahteraan guru berada pada level yang sangat rendah dan jauh dari kata layak. Kondisi ini jelas memerlukan perhatian serius dari pemerintah untuk memastikan bahwa guru mendapatkan penghargaan yang setara dengan peran strategis mereka.
Rendahnya penghasilan yang diterima oleh guru banyak dari mereka mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian besar guru bahkan harus menjalani profesi di luar dunia pendidikan, seperti berdagang kecil-kecilan, menjadi pekerja lepas, hingga pekerjaan serabutan lainnya, termasuk memulung. Pilihan-pilihan ini sering kali bukan merupakan keinginan mereka, tetapi lebih kepada kebutuhan mendesak untuk bertahan hidup. Fenomena ini mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi para guru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain penghasilan yang rendah, masalah lain yang tidak kalah serius adalah tingginya angka guru yang terjerat utang, terutama melalui pinjaman online (pinjol). Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2024, profesi guru termasuk salah satu kelompok yang paling rentan terjebak dalam jeratan pinjol. Banyak guru terpaksa mencari solusi instan melalui pinjaman ini untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Beban utang ini tidak hanya memengaruhi kondisi psikologis mereka, tetapi juga berpotensi mengurangi fokus dan kualitas pengajaran yang mereka berikan kepada siswa.
Permasalahan yang dihadapi oleh guru ini tidak hanya menjadi cerminan dari kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mereka, tetapi juga menunjukkan lemahnya prioritas terhadap sektor pendidikan secara keseluruhan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan membutuhkan dukungan yang lebih besar agar dapat menjalankan tugas mereka dengan optimal. Tanpa adanya perhatian serius terhadap kesejahteraan mereka, sulit untuk mewujudkan visi pendidikan berkualitas yang mampu mencerdaskan bangsa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Salah satunya adalah dengan memastikan bahwa gaji guru berada di atas standar kebutuhan hidup layak. Selain itu, perlindungan terhadap guru dari jeratan utang terutama pinjol juga harus menjadi prioritas. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan peran guru dalam kehidupan bangsa harus terus dibangun. Dengan demikian, dukungan terhadap profesi guru dapat menjadi gerakan bersama yang harus melibatkan berbagai elemen masyarakat agar terwujudnya kesejahteraan guru.
Guru bukanlah sekadar pengabdi yang bekerja tanpa mengharapkan imbalan. Mereka adalah tenaga profesional yang memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter dan masa depan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, mereka berhak mendapatkan penghasilan yang layak, jaminan perlindungan hukum, serta peluang untuk mengembangkan kompetensi melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan.
ADVERTISEMENT
Ungkapan "guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" sering digunakan untuk menghormati dedikasi para pendidik. Namun, jika penghormatan ini hanya menjadi retorika kosong tanpa tindakan nyata, maknanya justru menjadi kontraproduktif. Walaupun ungkapan tersebut bertujuan untuk memuliakan profesi guru. Oleh karena itu tidak dapat menutupi kenyataan bahwa mereka memerlukan kesejahteraan dan dukungan yang konkret agar dapat menjalankan tugas mereka dengan optimal.
Masyarakat dan pemerintah perlu bersama-sama mengubah cara pandang terhadap profesi guru, dari sekadar penghormatan simbolis menjadi pengakuan yang konkret dan substansial. Kebijakan yang memadai harus dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Selain itu penghargaan juga dapat diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan, seperti memberikan ruang bagi guru untuk berinovasi dalam pembelajaran dan mendukung riset serta pengembangan pendidikan. Sebab pada akhirnya kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan, dan kualitas pendidikan bergantung pada kesejahteraan serta kompetensi para gurunya.
ADVERTISEMENT